Riyadh Kehilangan Kontrol Hadapi Tehran

Riyadh Kehilangan Kontrol Hadapi Tehran

 

Peristiwa ledakan di daerah Seravan, Iran sekali lagi menelan korban. Kali ini, ledakan ini menyebabkan tiga personel Sepah Pasdaran Republik Islam Iran gugur syahid. Banyak usaha yang telah dilakukan oleh Riyadh untuk memberikan dukungan terhadap aksi teroris di perbatasan Iran dan ledakan teroris di dekat Kedubes Iran di Beirut. Mungkin ini adalah sebuah kebijakan yang sedang diambil Arab Saudi dalam rangka melakukan balas dendam terhadap banyak keberhasilan yang telah diperoleh Tehran dalam ranah internasional.

Untuk membuktikan klaim ini, mungkin kita perlu menelaah banyak kebijakan dan pengrusakan yang sering dilakukan oleh para penguasa Arab Saudi selama ini.

Sekalipun Arab Saudi tidak menyetujui aksi salafi radikal karena dapat mengancam dinasti Al Sa’ud, tetapi Riyadh senantiasa mendukung penyebarluasan aliran radikal ini di luar area perbatasannya dan menekankan supaya aliran Wahabiah tersebar luas di seluruh masyarakat Islam.

Suriah adalah contoh nyata dari upaya campur tangan atas kedaulatan sebuah negara. Dukungan terhadap kelompok-kelompok teroris bukan hanya menghentikan proses natural sebuah upaya reformasi, dan sebagai gantinya, perang intern tersulut, pembataian rakyat terjadi di mana-mana, dan fatwa-fatwa aneh tersebar di seluruh dunia, tetapi juga membuat para sekutu regional dan Barat rezim Riyadh takjub.

Untuk itu, negara-negara Barat yang selama ini memandang Arab Saudi sebagai sentral spiritual di Timur Tengah dan Al Sa’ud dapat memainkan setiap bentuk krisis di Timur Tengah sekarang telah memahami kekeliruan mereka. Mereka memahami bahwa Arab Saudi, demi memelihara kepentingannya, rela mengorbankan seluruh negara sekutunya.

Sudah terbukti bagi Barat bahwa Arab Saudi bukan hanya ancaman bagi keamanan regional, tetapi ancaman besar bagi keamanan internasional. Kebijakan “membenci orang lain” yang sangat kentara di kalangan kelompok DAESH (Pemerintah Islam Iraq dan Syam) sangat bertentangan dengan kebijakan para petinggi Arab Saudi yang selama ini selalu menyatakan membela kelompok-kelompok moderat.

Hal itu terjadi ketika salah satu media yang dekat dengan Israel Debca mengekspos, Bandar bin Sultan kepala badan keamanan dan spionase Arab Saudi tengah menjalankan sebuah kebijakan baru dengan landasan memporak-porandakan stabilitas intern Iran guna melawan kebijakan baru Washington yang mulai ingin mendekat dengan Tehran. Ia pun memperoleh dukungan penuh Raja Abdullah bin Abdulaziz dalam hal ini.

Salah satu tindakan penting Bandar dalam hal ini adalah ledakan teroris di daerah Seravan, Iran beberapa waktu lalu. Sebuah lembaga bernama Militer Keadilan Baluchestan menerima tanggung awab ledakan ini. Badan spionase Arab Saudi memiliki peran signifikan dalam membentuk lembaga tersebut. Tujuan utama pembentukan lembaga ini adalah menyulut api fitnah dan merusak keamanan di dalam negeri Iran. Lebih menarik lagi, sebuah kelompok bernama Jaisy al-‘Adl mengklaim ingin membebaskan Ahli Sunah Iran yang sudah bertahun-tahun dizalimi oleh pemerintah Iran. Sekalipun konspirasi ini mengalami kegagalan total lantaran kebencian Ahli Sunah Iran terhadap kelompok-kelompok radikal tersebut, tetapi peran Arab Saudi dalam seluruh konspirasi ini terbukti dengan gamblang. Pada dasarnya, seluruh kebijakan Arab Saudi terfokus pada penciptaan jurang pemisah antara Syiah dan Ahli Sunah, dan Riyadh telah banyak menggelontorkan dana untuk masalah ini.

Singkat kata, salah satu tujuan utama pembentukan al-Qa’idah adalah menghadapi pengaruh politik dan keagamaan Iran sebagai sentral perlawanan terhadap kekafiran dan pusat umat Islam berkumpul.[TvShia/Shabestan]

Kirim komentar