Laurent Guyenot: Suriah Akan Dipuji Dunia
Seorang penulis dan peneliti Perancis percaya bahwa Presiden Francois Hollande telah mengadopsi kebijakan agresif terhadap Suriah demi memenuhi selera dan kesenangan Israel. Tapi dia percaya, kebijakan itu pada akhirnya akan gagal.
Laurent Guyenot lahir di Perancis tahun 1960. Setelah lulus sebagai insinyur dari Universtas École Nationale Superieure de Teknik Avancées di Paris, dia bekerja cukup lama di industri persenjataan Amerika. Lalu dia beralih mempelajari tentang sejarah agama dan antropologi. Dia menerima gelar PhD dalam Studi Abad Pertengahan di La Sorbonne, Paris. Saat ini, dia aktif menulis di berbagai site seperti voltairenet.org, veterans news dan site lainnya.
Farsnews mewawancarai Guyenot tentang krisis Suriah dan melansirnya Minggu (15//12/13). Saat ditanya apakah perubahan kebijakan Amerika (dari ingin menyerang Suriah menjadi penghapusan senjata kimia Suriah) merupakan kemunduran politik AS, Guyenot mengatakan bahwa perubahan kebijakan itu merupakan kemenangan bagi perdamaian, rasionalitas dan kebenaran. Guyenot juga mengatakan bahwa dunia harus berterima kasih pada Rusia dan Iran dalam hal ini. Dia juga memuji efesiensi jurnalisme internet yang berhasil membongkar propaganda media mainstream.
Mengenai kegiatan para 'pejuang' al-Qaeda di Suriah yang membunuh warga sipil pro pemerintah dan tentara Suriah, Guyenot mengungkapkan bahwa pada tahun 1970-an, AS ingin menjebak Uni Soviet dalam perang Afghanistan dengan mendanai kelompok paling fanatik di Afghanistan lewat ISI Pakistan. AS benar-benar menciptakan terorisme. Setelah membentuk al-Qaeda, AS menggunakannya sebagai kambing hitam dalam serangan 9/11 dan sebagai dalih untuk menyerang Afghanistan 12 tahun lalu. Sekarang AS mempersenjatai lagi geng penjahat internasional yang sudah dicuci otaknya itu di Suriah.
Menurutnya, upaya AS untuk menyerang Suriah beberapa bulan lalu merupakan inti ideologi Machiavellian yang saat ini menguasai Badan Keamanan Nasional AS (NSA). Ideologi itu menyatakan bahwa kecanggihan tertinggi dalam permainan kekuasaan adalah menciptakan dan memanipulasi musuh Anda sendiri. Ide itu juga dimainkan dengan baik oleh rezim Israel saat ini.
Saat ditanya apakah Tentara Suriah bisa benar-benar membersihkan teroris yang telah merobek-robek negara itu selama hampir 3 tahun itu (mengingat kemajuan yang terus diperoleh Tentara Suriah di medan tempur akhir-akhir ini), Guyenot mengatakan dia tak mampu menilai kapasitas Tentara Suriah dan para teroris. Dia hanya bisa berharap Tentara Suriah berhasil mengembalikan kedaulatan bangsa dan rakyat Suriah.
Guyenot juga berharap, pemerintah Suriah akan semakin dewasa dan terus tumbuh lberkembang ewat ujian yang ada. Dia mengutip pernyataan Ahmed Shah Massoud bahwa perang adalah sebuah ujian dan negara yang berperang bak pria yang dapat tumbuh berkembang jika menghadapi perang tersebut dengan martabat mulia dan kerendahan hati. Menurut Guyenot, pada akhirnya, Suriah akan mendapatkan rasa hormat dan rasa terima kasih dari masyarakat internasional karena resistensi yang dilakukannya.
Saat disinggung bahwa pemerintah Suriah sedang melawan teroris dari 80 lebih negara, Guyenot megatakan bahwa lobi Zionis di Inggris, Perancis dan Jerman memang sangat kuat hingga teroris dari negara-negara itu berangkat menuju Suriah. Sementara di negara-negara Arab, pengiriman teroris itu terkait dengan masalah korupsi.
Untuk membantu jutaan pengungsi Suriah yang terpaksa meninggalkan tanah air mereka, Guyenot mengatakan bahwa satu hal yang bisa dilakukan Eropa adalah menekan pemerintah agar berhenti menjadi keledai Zionis dan lebih memperhatikan reputasinya sendiri di dunia internasional.
Menurut penulis itu, Zionis selalu memicu konflik sektarian di berbagai negara. Dan negara-negara Timur Tengah sangat rentan terhadap hal ini. Bak psikopat, Zionis membangun kekuatannya dengan menciptakan perpecahan negara lain. Karena itu, negara-negara harus belajar mengidentifikasi dan menghancurkan virus perpecahan yang ditebar oleh Zionis.
Menanggapi kebijakan luar negeri Perancis, Guyenot berpendapat bahwa kebijakan negara itu telah dibajak oleh Israel. Laurent Fabius merupakan pengkhianat yang tak mempedulikan nasib Perancis natinya.[TvShia/Islam Times]
Kirim komentar