Sunah qurani adalah 1 melawan 10.

Sunah qurani adalah 1 melawan 10.

 

Kita tidak perlu takut terhadap musuh. Analisa materialis tidak akan pernah mampu menafsirkan sunah Ilahi ini. Minggu ini adalah pekan muqawamah di Republik Islam Iran. Dengan alasan ingin mengupas makna dan substansi muqawamah, Kantor Berita Shabestan (KBS) berhasil menemui salah seorang dosen hauzah ilmiah dan perguruan yang sudah tidak asing lagi bagi dua dunia pendidikan.

Kosa kata muqawamah baru masuk dalam sastra Revolusi Islam kita dalam beberapa dasawarsa terakhir ini. Kosa kata sinonim muqawamah dalam sastra Al-Quran adalah kesabaran, dan lawan katanya adalah tindak pasrah dan menyerah kepada musuh.

Perlu kita ketahui bersama, muqawamah dan kesabaran adalah kunci utama kemenangan Muslimin atas musuh. Dalam sudah Al-Anfal ayat 65 kita membaca, “Wahai rasul! Doronglah orang-orang yang beriman untuk berperang [melawan musuh]. Jika ada di kalangan kalian dua puluh orang yang sabar, niscaya mereka pasti mengalahkan dua ratus orang. Jika ada di kalangan kalian seratus orang, niscaya mereka pasti mengalahkan seribu orang dari kalangan orang-orang yang kafir. [Hal ini] lantaran mereka adalah kaum yang tidak memahami.”

Ini adalah sebuah perhitungan matematis Qurani bahwa 1 orang yang sabar pasti bisa mengalahkan 10 orang.

Dengan demikian, kita tidak boleh takut terhadap musuh. Tentu analisa materialis tidak bisa memahami hal ini. Para analis militer dunia selalu berkeyakinan bahwa 10 orang pasti keluar sebagai pemenang. Untuk itu, kelompok minoritas harus selalu takut terhadap musuh.

Satu lagi. Ada dua faktor utama yang dapat menjamin kemenangan umat Islam. Mungkin dua faktor ini dilupakan atau diingkari oleh para analis materialis. Yaitu memiliki hubungan yang kuat dengan Allah dan tawakal kepada-Nya. Di sepanjang sejarah peperangan Islam, kita menyaksikan pasukan Islam yang berperang dengan penuh keyakinan dan karena Allah pasti selalu menang. Tetapi, pasukan non-Islam lantaran takut terluka, tertawan, dan terbunuh tidak pernah serius dalam berperang. Untuk itu, mereka cepat kalah.

Faktor kedua adalah muqawamah dan kesabaran. Jika Muslimin tidak kenal lelah dalam berperang melawan musuh, niscaya musuh pasti mundur.

Allah menyimpulkan dua faktor penting ini dalam sebuah ayat yang sangat simpel. Dia berfirman, “Mohonlah pertolongan dari kesabaran dan salat. Sesungguhnya hal ini sangat berat kecuali bagi orang-orang yang khusyuk.” (QS. Al-Baqarah : 45)

Jika kita merujuk kepada Surah Al-‘Ashr, Allah menilai bahwa seluruh manusia berada dalam kerugian kecuali empat kelompok: kelompok yang beriman, mengerjakan amal salih, berwasiat kepada kebenaran, dan berwasiat kepada kesabaran (muqawamah). Pertikaian-pertikaian yang terjadi antara Muslimin dan musuh dalam tiga dasawarsa terakhir ini telah membuktikan peran muqawamah yang sangat signifikan.

Contoh pertama adalah pengalaman kebangkitan rakyat Muslim Iran dan tekad Imam Khomeini untuk menggulingkan dinasti kerajaan Iran yang sudah berkuasa selama 2.500 tahun dan menggantikannya dengan Republik Islam Iran.

Contoh kedua adalah kesabaran rakyat Iran dalam menghadapi perang yang dipaksakan oleh Iraq. Hanya muqawamahlah yang telah memaksa Amerika dan Saddam mundur dan menerima resolusi PBB untuk berdamai.

Contoh ketiga adalah kemenangan Hizbullah dan Palestina dalam masing-masing perang yang berlangsung selama 33 hari dan 22 hari. Hanya muqawamahlah yang menyebabkan Israel yang selama bertahun-tahun diperkenalkan sebagai kekuatan yang tak terkalahkan bersedia secara resmi menerima kekalahan yang sangat memalukan. Akhirnya, Lebanon dan Palestina diumumkan kepada dunia sebagai pemenang.

Pengalaman-pengalaman selama empat dasawarsa ini dapat menjadi pelajaran berharga bagi rakyat Iran, bangsa Palestina, seluruh bangsa dunia, dan para petinggi negara bahwa satu-satunya cara untuk mengusir para penjajah dunia dari Dunia Islam adalah muqawamah dengan penuh keberanian. Jika sebagian unsur di dalam negeri bersedia untuk pasrah dan menyerah, maka mereka harus tahu bahwa musuh tidak akan pernah puas dengan sedikit tuntutan yang dipenuhi.

Ada sekelompok Muslimin penakut yang tidak memiliki keberanian untuk menanggung resiko. Lantaran alasan mencegah kerugian ekonomi dan kekhawatiran terhadap kemenangan musuh, mereka secara jujur mengusulkan perdamaian kepada seluruh pejuang Muslimin. Kita banyak menyaksikan kelompok Muslimin yang jujur tapi penakut ini di permulaan kemunculan Revolusi Islam Iran, periode Pertahanan Suci, Palestina, dan Mesir. Sekalipun demikian, kita tidak pernah menuduh kelompok ini sebagai kaki tangan musuh asing, karena mereka memang memiliki kejujuran dalam menjalankan agama. Tapi mereka adalah sekelompok Muslimin polos yang belum memahami betul budaya muqawamah yang sangat ditekankan oleh Al-Quran.

Di permulaan Revolusi Islam Iran, kita mengenal sebuah kelompok yang dikenal dengan nama Anjomane Hujjatiyeh. Pemikiran kelompok masih sering kita saksikan di kalangan sebagian masyarakat. Di kalangan petinggi negara, kita bisa melihat Ir. Bazargan. Sekalipun sering melakukan perlawanan melawan imperialisme dunia, ia masih memiliki rasa takut yang sangat kuat untuk langsung melawan kekuatan Amerika. Lebih dari itu, ia sangat mengkhawatirkan penaklukan sarang inteligen Amerika di Tehran yang dilakukan oleh para mahasiswa pengikut garis Imam Khomeini ra. Bazargan begitu khawatir jangan-jangan api amarah Amerika melahap seluruh rakyat Iran. Sebaliknya, waktu itu Imam khomeini menyatakan penaklukan sarang inteligen Amerika ini adalah gelombang revolusi kedua.

Pada dasawarsa terakhir ini, kita juga menyaksikan dua sikap seperti ini. Jika Rahbar Revolusi Islam tidak menunjukkan keberanian dan sikap yang tegas, niscaya bahaya menerima perundingan irasional dengan Amerika mengancam bangsa ini.

 

Perlu saya tekankan di sini. Slogan “reformisme” dan “moderatisme” dalam hubungan nasional Republik Islam Iran dengan sendirinya dapat memiliki arti benar yang diyakini oleh seluruh orang yang berakal, karena memang tidak selayaknya kita membuat sebuah negara membenci kita tanpa alasan yang jelas. Sekalipun demikian, slogan ini juga mengandung arti samar yang anti nilai; yaity senantiasa berdamai dengan imperialisme dunia dan menuruti seluruh kehendak mereka. Padahal Allah sudah sejak dulu menekankan bahwa cita-cita musuh lebih besar dari apa yang mereka ungkapkan melalui mulut mereka.

Dalam Al-Quran, Allah menegaskan bahwa tujuan utama musuh adalah membasmikan Islam. Allah berfirman, “Yahudi dan Nasrani tidak akan rida sehingga engkau mengikuti agama mereka. Katakanlah bahwa petunjuk Allah adalah petunjuk [sejati]. Jika engkau mengikuti agama mereka setelah datang kepadamu pengetahun, maka engkau tidak akan pernah memiliki pelindung dan penolong.” [QS. Al-Baqarah : 120]

Untuk itu, Muslimin dengan muqawamah dan persatuan tidak boleh takut dalam menghadapi segala bentuk konspirasi musuh. [TvShia/Islamic-Sources]

*Ia juga pernah menempati posisi penting di jajaran negara Republik Islam Iran bertindak sebagai mediator hubungan akrab antara para pengikut Syiah dan Ahli Sunah di negeri para mulla ini. Ia adalah Hujjatul Islam wal muslimin Dr. Muhammad Hasan Zamani. Sekarang ia menempati posisi kepala Hubungan Internasional di Hauzah Ilmiah Republik Islam Iran.

Kirim komentar