Azar 5, Pernikahan dan Keharmonisan, disarikan dari Nasihat Istri Rahbar

Azar 5, Pernikahan dan Keharmonisan, disarikan dari Nasihat Istri Rahbar

Tujuan Pernikahan, pernikahan merupakan kebutuhan natural baik untuk pria maupun wanita. Pernikahan adalah kebutuhan afektif, mental, fisikal, baik itu individual maupun sosial yang diterima dalam Islam. Oleh karena itu, semua ini layak dijadikan tujuan wanita muslim dalam meniti rumah tangga yang dijalani. Sebagian wanita mungkin memikirkan pertimbangan lain seperti mendapatkan kekayaan, status sosial atau bahkan untuk mendapatkan tipe pria tertentu, sesuai idaman mereka. Islam menyarankan pria dan wanita untuk tidak mengutamakan hal material. Semestinya hal-hal material dan semacamnya hanya dijadikan sebagai sebuah media, bukan dijadikan sebagai tujuan.

Sosok wanita dalam kehidupan rumah tangga bisa menjadi pembawa ketenangan dan kasih sayang dalam keluarga.Pria dan wanita secara alami memiliki ketertarikan satu dengan yang lain, sebuah modal yang bisa diarahkan menuju mahligai pernikahan. Pada dasarnyakebahagiaan suami-istri akan bertahan jika pasangan hidup harmonis dan sadar akan ancaman bagi pernikahan mereka lalu berhati-hati menghadapi berbagai ancaman itu. Beberapa di antara ancaman tersebut adalah adanya kecenderungan untuk berharap terlalu banyak dari pasangan yang dimiliki, tidak mencari kelebihan masing-masing malah saling mencari kesalahan, membanggakan keberhasilan individu dan keunggulan masing-masing keluarga, status sosial, dan saling memaksa selera pribadi terhadap segala sesuatu, dan semacamnya. Hal-hal semacamnya ini memang tampak sederhana tapi sangat besar pengaruhnya dalam aliran arus pernikahan dua pasangan manusia.

Ada beberapa hal yang bisa dilakukan sehingga hubungan seorang wanita dengan suami dan anak-anaknya terkait tugasnya sebagai seorang istri dan ibu bisa berjalan setimbang dan apik.Dalam kehidupan berpasangan, pria dan wanita berada dalam kedudukan yang sama. Mungkin saja pria dan wanita akan terus berada dalam status sosial yang berbeda jikakeduanya hanya sibuk memperhatikan keunggulan masing-masing. Menurut konsep agama, wanita dan pria memiliki hak dan kewajiban yang berbeda, tapi perbedaan ini seharusnya tidak merusahk keseimbangan hubungan mereka dalam keluarga, sebaliknya malah harus dijadikan modal kebersamaan dengan semangat saling mengisi kekurangan masing-masing. Hubungan antara ibu dan anak-anak didasari pada kasih sayang dan simpati, tapi kasih sayang ibu bisa berbeda karena pendidikan yang diterima dan pengalaman yang diperoleh dan hal itu mempengaruhi cara pengasuhan dan pendidikan anak.

Seorang wanita dengan segala kekurangan dan kelebihannya dibandingkan dengan seorang pria, mereka bisa berperang besar dalam kesinambungan dan keamanan aktivitas suami mereka dalam berbagai dimensi, seperti kegiatan ekonomi, politik, dan budaya. Seorang mufasir besar tidak akan bisa menuliskan penafsiran hasil dari penggalian atas ayat dan riwayat ketika istrinya tidak memberikan dukungan dan kesempatan luas, hal ini seperti tertoreh dalam sejarah penulisan Tafsir Mizan, penulis tafsir ini bahkan sampai menyatakan bahwa yang menulis tafsir itu bukanlah dirinya tapi istrinya, karena beliau sadar bahwa tanpa bantuan dan kelonggaran dari istrinya niscaya dia tidak akan mampu menyelsaikan tafsirnya tersebut dalam waktu 20 tahunan.Wanita dapat membantu suami dengan aktivitas mereka, yang sebenarnya sangat didasarkan pada seberapa banyak pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki. Tapi ditilik lebih rinci jika wanita dapat membuat suami memiliki ketenangan pikiran di rumah, pria akan dengan mudah menjalankan aktivitas mereka. Berjihad, mencari nafkah, mengajar, memimpin umat, dan lainnya.

Selain posisi wanita sebagai istri dan ibu pihak pria juga dituntut menjadi seorang suami dan ayah yang seimbang, menyeimbangkan dengan berbagai upaya yang dilakukan istri untuknya, jadi dalam keluarga terjadi timbal balik saling mendukung dan saling menguntungkan. Semestinya peran pria sebagai seorang suami sama seperti peran wanita sebagai seorang istri. Mereka berdua adalah partner dalam kehidupan suami-istri yang didasari kedudukan yang sama tapi dengan hak dan tanggung jawa yang berbeda. Selama anak-anak mendapat perhatian, pria harus berdampingan dengan wanita dalam setiap upaya mengantarkan anak-anak dengan benar. Pada kenyataannya, peran yang satu melengkapi peran yang lainnya. Salah satuprinsip yang bisa dijalankan untuk menguatkan hubungan keluarga adalah ditumbuhkannya bentuk timbal balik kasih sayang dan rasa hormat, dua unsur ini akan sangat berperan positif sebagai tali pengikat dan pendukung bagi kokohnya bangunan rumah tangga.

Saya percaya bahwa wanita muslim harus berusaha menjadi teladan selama tidak melupakan tugasnya sebagai istri dan sebagai seorang ibu. Mereka juga harus mendidik anak-anak dengan baik dan menikmati tugas penting tersebut bagi mereka. Selain itu, kepribadian seorang wanita sangat penting dalam masyarakat dan dunia Islam. Wanita muslim ketika benar-benar menjalankan tugasnya sebagai seorang muslimah maka dengan sendirinya hal itu akan menjadi magnet dan membuat orang non islam terutama kalangan wanita mereka menjadi hormat dan menghargai agama Islam.

Pria dan wanita harus menunjukkan rasa tanggung jawab. Mereka tidak boleh hanya mementingkan kepentingan individu. Mereka tidak boleh lengah tentang apa yang terjadi di tanah air mereka sendiri dan dunia Islam. Tanggung jawab memiliki beragam dimensi, seperti aspek budaya, politik, dan sosial. Wanita muslim dapat berpartisipasi dalam menangani urusan negara. Sebagai contoh, dalam proyek internasional, dengan menyumbangkan pikiran-pikiran cerdas dan cemerlang bagaimana mendidik anak menjadi pemuda shalih dan shalihah dan lainnya.

Ketika wanita muslim memilih prototipe utama dalam kehidupannya hal ini akan menjadi modal besar, karena wanita semacam ini berjalan dengan rambu-rambu jelas mengikuti teladan yang tidak akan menyesatkannya kejalan yang keliru, sebagai misal ketika wanita menjadikan Sayidah Zahra, putri Nabi Muhammad saw, wanita teladan seluruh alam maka dengan sendirinya wanita tersebut akan bergerak menuju kesempurnaan, satu tawaran yang disediakan bagi wanita muslim yang meneladani sosok seperti Sayidah Zahra yaitu kesempatan untuk menjadi wanita kamil, wanita sempurna dimata Sang Khalik.Mereka dapat mempelajari lebih mendalam melalui penyebaran Islam ke seluruh dunia dan tulisan biografi mengenai beliau. Terlebih lagi, wanita terhormat kita harus mengikuti teladan sebaik yang mereka bisa. Sebuah keyakinan mendalam tentang Sayidah Zahra (a.s.) mempengaruhi kehidupan wanita muslim dalam banyak sendi,Jika karakter beliau telah dikenali dengan benar maka akan membawa perubahan drastis dalam kehidupan wanita. [TvShia]

Kirim komentar