Kisah Mengenaskan Budak Kulit Hitam di AS
Pada kesempatan kali ini kami akan mengupas nasib mengenaskan dan pahit warga kulit hitam di Amerika Serikat melalui buku Roots: The Saga of an American Family, karya Alex Haley. Sejarah warga kulit hitam di Amerika banyak mengalami pasang surut. Hampir seluruh warga kulit hitam yang hidup di Amerika Serikat berasal dari benua Afrika. Nenek moyang mereka diculik oleh AS dari Afrika serta dibawa secara paksa ke Amerika dalam kondisi mengenaskan. Setibanya di Amerika mereka dijadikan budak secara paksa pula.
Warga kulit hitam Afrika ini tidak bersalah dan hanya karena warna kulitnya saja mereka dipaksa menjadi budak dan dihina habis-habisan. Sejak saat itu, kehidupan yang manis dan tenang hanya menjadi impian yang tak mungkin digapai. Alex Haley, penulis besar AS dengan apik menceritakan penderitaan warga kulit hitam Amerika. Novelnya yang berjudul Roots pernah disinggung oleh Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran atau Rahbar, Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei dalam pidatonya dan menilai karya tersebut sangat unik serta menarik untuk mengetahui wajah sebenarnya pemerintahan Amerika Serikat.
Alex Haley awalnya adalah seorang angkatan laut yang tergabung dalam Coast Guard. Dalam penugasan Pacific theater of operations, Haley mulai belajar menulis cerita. Berawal dari menuliskan surat cinta teman-temannya, Haley kemudian juga menulis artikel dan cerita pendek untuk dikirimkan ke majalah dan penerbit ketika kembali ke Amerika.
Menyadari bakatnya dalam jurnalisme, setelah Perang Dunia II Coast Guard mengijinkan Haley untuk pindah ke bagian jurnalisme. Pada tahun 1949 Haley mendapatkan ranking First Class Petty Officer bidang jurnalistik, dan karirnya terus menanjak dengan dipromosikan menjadi Chief Journalist Coast Guard yang menjadi jabatannya selama 20 tahun hingga Haley pensiun di tahun 1959. Haley adalah pemegang jabatan Chief Journalist Coast Guard yang pertama, bahkan posisi ini diciptakan untuk Haley, karena kemampuan tulis-menulisnya yang menonjol dalam Coast Guard.
Setelah pensiun dari Coast Guard, Alex Haley menekuni karir menulisnya di beberapa majalah ternama dan menulis buku. Bersama majalah Playboy, Haley bertugas mewawancara tokoh-tokoh ternama yang tidak mudah membagikan cerita hidup mereka. Beberapa tokoh tersebut antara lain Martin Luther King, Jr., George Lincoln Rockwell, Quincy Jones dan banyak lagi. Karyanya yang terkenal adalah THE AUTOBIOGRAPHY OF MALCOLM X dan novel historikal ROOTS: THE SAGA OF AN AMERICAN FAMILY.
ROOTS ditulis oleh Haley berdasarkan sejarah keluarganya sendiri yang menceritakan tentang perjuangan warga Afrika-Amerika. Roots dipublikasikan dalam 37 bahasa, dan diadaptasi menjadi miniseri televisi yang sangat populer. Haley mengklaim, untuk penulisan buku ROOTS dia telah melakukan penelitian sejarah keluarganya selama sepuluh tahun. Namun pada tahun 1978, Harold Courlander menuduh Haley telah melakukan plagiat dengan menjiplak 81 bagian dari novelnya, THE AFRICAN. Kasus ini diselesaikan dengan Haley membayar sejumlah uang dan mengeluarkan pernyataan bahwa dia mengakui dan meminta maaf bahwa banyak isi dari THE AFRICAN karangan Harold Courlander ada di bukunya, ROOTS.
Lepas dari kasus tersebut, Alex Haley tetap dikenang sebagai penulis literatur Afrika-Amerika yang hebat. Namanya diabadikan sebagai nama hall di U.S. Coast Guard Training Center Petaluma di Petaluma, CA yaitu Halley Hall. Karakter Alex dan Haley Dunphy di serial televisi Modern Family juga berasal dari tokoh jurnalis ini.
Cerita menyedihkan perbudakan di Amerika mulai terjadi sejak tahun 1691. Para budak dari Afrika dibawa ke negara inipada abad ke 17 dan 18. Mereka dipekerjakan di kebun jagung dan kapas, ladang tembakau dan beras. Maka tak bisa dipungkiri bahwa para budak Afrika ini memainkan peran penting dalam perekonomian Amerika Serikat. Biasanya para budak ini diperas keringatnya hingga titik terakhir dan dipaksa bekerja keras dengan gaji yang sangat kecil. Bahkan wanita Afrika yang tengah hamil pun dipaksa bekerja keras di ladang dan perkebunan. Perempuan ini hanya diberi hak selama tiga hingga empat bulan untuk menyusui bayinya. Oleh karena itu, bayi yang dilahirkan para budak ini kebanyakan meninggal duniadengan mengenaskan.
Amerika yang dewasa ini kita kenal dan yang mengklaim pembela Hak Asasi Manusia (HAM), tumbuh dan berkembang di atas penderitaan dan cucuran darah para budak Afrika. Ekonomi Amerika saat ini dan seluruh kekuatan negara ini dibangun di atas genangan darah budak Afrika. Namun anak cucu para budak ini yang berkembang di Amerika, namanya pun tidak pernah disebut untuk mendapat pujian, namun sebaliknya mereka masih tetap hidup dalam diskriminasi.
Alex Haley sang penulis novel Roots menceritakan kisah nyata yaitu asal-usul keluarganya dari benua Afrika. Kisah dimulai dengan masa kecil Kunta Kinte di kampung Juffure di pedalaman Afrika. Kunta diculik dan dijual sebagai budak di Amerika tahun 1767 sewaktu ia masih remaja belasan tahun. Dapat dibayangkan kesedihan Kunta yang tercabut dari kampung halaman, akar budaya dan agamanya (ia Muslim) dikurung dan diperlakukan tidak manusiawi di negeri yang tidak dimengerti bahasanya, tak ada yang dikenal dan tanpa ada harapan akan bertemu dengan orang tua dan sanak keluarganya kembali.
Cara Haley mencari asal-usul nenek moyangnya berdasarkan cerita lisan dan kata-kata Afrika yang dikisahkan turun temurun di keluarganya dan menemukan kampung di tempat yang sekarang bernama Gambia. Haley menyatakan walaupun novel ini fiksi tetapi Kunta adalah benar nenek moyangnya. Ia mendapat tuduhan plagiat karena sebagian isinya dikutip dari buku lain. Banyak lagi kontroversi seputar isi buku dan tokoh-tokoh di dalam cerita ini yang diselidiki oleh ahli genealogi, ilmu yang mempelajari asal-usul. Meski demikian buku ini telah membangkitkan minat orang Amerika untuk mencari asal-usul keluarga masing-masing.
Kunta hidup dan besar di lingkungan yang indah di Afrika. Ayahnya memberinya kebebasan penuh dan sang ibu mendidiknya dengan keras. Sang ayah sangat taat dengan agamanya. Pendidikan ayah Kunta penuh dengan kejujuran dan sopan santun. Berdusta dan menghina yang lebih tua tidak ada dalam kamus pendidikan ayah Kunta.
Suatu hari di musim semi, Kunta tengah berjalan-jalan dan mengumpulkan kayu untuk membuat drum (gendang) untuk adiknya. Namun ia kemudian jatuh ke tangan kulit putih dan saat itulah kehidupannya berubah total. Ia mendapat perlakuan tak manusiawi dari kulit putih. Penyiksaan berulang kali merupakan makanan sehari-harinya dan akhirnya ia harus mendekam di ruang yang pengap serta bau dalam sebuah kapal yang membawa dirinya ke sebuah negara asing. Dengan tangan diborgol dan badan penuh luka ia harus melewati hari-hari yang penuh sengsara di dalam kapal. Selama perjalanan berbagai persoalan menggelayuti benaknya, mengapa kulit putih sedemikian buas dan kejam? Dalam pandangannya orang kulit putih sepertinya tidak memiliki Tuhan, karena mereka tidak menghormati apa pun, bahkan terhadap kehormatan perempuan kulit hitam.
Novel ini juga menggambarkan penderitaan dan kondisi mengenaskan orang kulit hitam di dalam kapal yang mengangkut mereka ke Amerika. Akhirnya mereka dijual ke cukong-cukong dan tuan tanah. Dalam novel ini diceritakan usaha Kunta melarikan diri dari majikan mereka sebanyak empat kali dan keempat-empatnya pun gagal. Dalam novel ini disebutkan, undang-undang AS menyebutkan jika budak kulit hitam melirik orang kulit putih maka mereka akan dipukul sebanyak sepuluh kali. Jika orang kulit putih bersumpah bahwa budak kulit hitam berdusta maka budak tersebut akan dipotong telinganya. Dan jika orang kulit putih bersaksi bahwa budak kulit hitam berbohong dua kali maka kedua telinga sang budak akan dipotong. Undang-undang menyebutkan, jika seorang budak membunuh orang kulit putih mereka akan digantung, namun jika membunuh budak kulit hitam lainnya mereka akan dihukum cambuk… Membaca dan menulis bagi orang kulit hitam dilarang dan ilegal. Memberi buku kepada orang kulit hitam juga merupakan pelanggaran terhadap undang-undang.
Ini hanya sebagian yang dikupas dalam novel Roots dalam cerita Kunta Kinte. Ketika Kunta untuk keempat kalinya gagal meloloskan diri dan kembali terjatuh ke tangan warga kulit putih, salah satu kakinya dipotong dengan dalih supaya ia tidak dapat lagi melarikan diri. Berbagai tindakan keji orang kulit putih juga diceritakan dalam novel ini, salah satunya adalah tangan mereka dipaku ke dinding dan mereka dipaksa memakan telinga mereka sendiri.
Novel Roots berbeda dengan novel-novel lainnya yang berisi fantasi dan khayalan belaka. Novel ini adalah sebuah realita sejarah yang menyakitkan. Roman yang ditulis berdasarkan data-data sejarah ini dengan gamblang menceritakan keganasan dan kebuasan kulit putih terhadap kulit hitam Afrika. Roman ini juga menjadi bukti kezaliman kulit putih terhadap warga kulit hitam Afrika yang diperbudak secara paksa. Ini bukan kejadian pra sejarah, namun terjadi sekitar 120-130 tahun lalu. [tvshia/irib]
Kirim komentar