Seberapa Besar Hasil Kebangkitan Al-Husain?
Adalah perlu untuk kita tanyakan, apakah hubungan antara kesyahidan Imam Husain dengan menguatnya agama Islam dan hidupnya kembali usul dan furu'-nya? Dari satu sisi, Muawiyah memaksakan tekanan politik dan ekonomi atas umat Islam, dia menahan arus protes dan perlawanan dengan cara membantai, mnyiksa, membuat miskin dan lapar. Dan di sisi lain, dia juga menghidupkan kembali nepotisme atas dasar kesukuan dan menyemarakkan kembali persaingan antarkabilah, sehingga dengan siasat ini dia berhasil mengadu domba dan melemahkan kekuatan mereka.
Sejauh data-data sejarah yang tercatat dalam kitab-kitab sejarah Islam, dapat ditemukan bebarapa hasil dan dampak dari kebangkitan Imam Husain as. di Karbala, di Asyura, melawan Yazid, penguasa zalim saat itu. Di antaranya:
1. Awal Perlawanan terhadap Penguasa
Dapat dipastikan bahwa bahwa Hari Asyura adalah kesempatan terakhir Imam Husain untuk mempersembahkan segala yang dimilikinya di jalan Allah swt, adalah kesempatan terakhir untuk menanam sesuatu. Pada hari itu pula beliau mulai menuai hasil.
Kita saksikan dalam sejarah bahwa kesyahidan Imam Husain melahirkan kebangkitan, pergerakan, bela sungkawa, duka cita, dan perlawanan terhadap rezim Bani Umayah. Orang pertama yang bangkit adalah seorang wanita, yaitu istri salah satu pasukan musuh. Ketika ia melihat pasukan Yazid hendak menyerbu kemah-kemah keluarga Al-Husain, segera ia mengampiri kemah dengan menggenggam sebatang kayu dan berdiri berjaga di depan kemah-kemah itu. Ia memanggil-manggil kabilah Bakr bin Wa'il: "Hai keluarga Bakr bin Wa'il! Wahai kabilahku! Wahai sanak familiku! Dimanakah kalian semua? Kemarilah, sesungguhnya perlakuan mereka sudah hampir menelanjangi keluarga terhormat Nabi!".
2. Gelombang Protes di Kufah
Di antaranya ialah protes yang diungkapkan oleh seorang buta bernama Abdullah bin Afif Azdi, sahabat Ali bin abi thalib as yang telah kehilangan sebelah matanya di perang Jamal dan sebelah lainnya di perang Siffin. Setelah mendengar ceramah Ibnu Ziyad di kufah yang menyatakan kemenangan dan mencaci maki Imam Husain as, segera Abdullah menyerang Ibnu Ziyad. Yang belakangan ini mengeluarkan perintah penangkapannya, namun orang-orang kabilah Abdullah mengantarkannya sampai ke rumah dan selamat. Belum merasa puas, Ibnu Ziyad pun mengirim sekelompok orang yang tak berprikemanusiaan untuk menangkapnya. Abdullah melawan mereka dengan segenap keberaniannya, sebelum akhirnya ia tertangkap dan gugur sebagai syahid.
3. Menghidupkan identitas masyarakat Islam
Adalah perlu untuk kita tanyakan, apakah hubungan antara kesyahidan Imam Husain dengan menguatnya agama Islam dan hidupnya kembali usul dan furu'-nya? Dari satu sisi, Muawiyah memaksakan tekanan politik dan ekonomi atas umat Islam, dia menahan arus protes dan perlawanan dengan cara membantai, mnyiksa, membuat miskin dan lapar. Dan di sisi lain, dia juga menghidupkan kembali nepotisme atas dasar kesukuan dan menyemarakkan kembali persaingan antarkabilah, sehingga dengan siasat ini dia berhasil mengadu domba dan melemahkan kekuatan mereka. Ini diusahakannya untuk mengamankan pemerintahannya. Di sisi ketiga, dia mengotori intelektualitas secara umum; membayar orang-orang untuk mengarang hadis, tafsir dan takwil ayat yang menguntungkan dia dan pemerintahannya. Dengan demikian, dia dapat menampilkan pemerintahannya di balik wajah yang ramah dan santun.
Di samping politik busuk anti Islam ini, ada pula faktor lain seperti; merekayasa dan mengembangkan kelompok-kelompok Jabriyah dan Murjiah yang secara ideologis mendukung politik Muawiyah. Semua ini berdampak sangat negatif pada masyarakat, dan menciptakan suasana hening yang pahit dan hina pada mereka. Politik jahat ini telah menghapus identitas masyarakat Islam dan menjungkirbalikkan norma-norma serta membuat orang-orang Islam menjadi penakut, pengecut, dan hanya mementingkan penampilan luar saja.
Akan tetapi, syahadah Imam Husain meniupkan hawa segar pada dunia Islam, mewujudkan perkembangan dahsyat dalam Islam. Dampak sosial ini karena Imam Husain as telah membangkitkan roh muslimin melalui gerakan kesyahidan. Beliau telah menghidupkan tradisi syahadah di tengah masyarakat Islam, dan mengurangi perbudakan yang mendominasi sejak akhir priode kepemimpina Utsman dan memuncak pada zaman Muawiyah serta anaknya. Beliau telah merubah perasaan takut menjadi berani. Singkatnya, bahwa beliau telah menganugerahkan identitas Islam pada masyarakat muslim.
4. Menghinakan Pemerintahan Dzalim
Kebangkitan Al-Husain aktif membongkar kebusukan pemerintahan dzalim Bani Umayyah yang senantiasa berusaha memperlihatkan tingkah ulah mereka sesuai dengan agama dan memimpin muslimin atas nama Islam sebagai pengganti Rasulullah saww. Melalui cara inilah mereka memperkokoh eksistensi mereka di tengah masyarakat. Tampak bagaimana Husain bin Ali melucuti jubah mereka semua di depan dunia Islam.
5. Pemisahan Para Khalifah dari Islam
Salah satu dampak positif kebangkitan Imam Husain ialah memisahkan antara oknum khilafah dalam Islam itu sendiri. Andaikan beliau tidak bangkit melawan Yazid, tidak kecil kemungkinan kejahatan dan politik busuk Yazid akan berujung pada pemberontakan dari unsur-unsur yang sejak awal membenci Islam. Kendati kita saksikan dalam sejarah Islam bahwa di sana sini terjadi pemberontakan terhadap khalifah muslim, yang secara sekilas memihak pada Islam seperti; pemberontakan Iran terhadap pemerintahan Bani Umayyah.
Namun demikian, perlu dicatat pula bahwa Imam Husainlah orang pertama yang mencetuskan perlawanan bersenjata secara serentak melawan pemerintahan khalifah. Beliaulah yang membedakan Islam dari oknum-oknum jahat yang memerintah pada waktu itu. Bahkan, beliau telah membuka pintu pemberontakan di atas dasar-dasar Islam melawan pemerintahan dzalim dan menjadi contoh bagi yang lain. Sejak itulah peranan para khalifah sebagai penjaga Islam telah hilang. Bahkan sebaliknya, Islam berada di pihak yang menentang mereka.
6. Protes Utsman
Ubaidillah bin Ziyad memiliki saudara bernama Utsman. Dia berkata pada Ubaidillah: "Saudaraku! Sungguh hatiku sangat menginginkan agar semua keturunan Ziyad tertimpa kemelaratan, kehinaan, bencana dan nasib naas, asalkan jangan ada kejahatan semacam ini di antara keluarga kita". Ibu Ubaidillah, Marjanah, adalah perempuan kotor. Iapun berkata pada Ubaidillah yang telah melakukan kejahatan besar tersebut: "Wahai anakku, kamu telah melakukan semua ini, dan percayalah sesungguhnya bau surga tidak akan pernah sampai di hidungmu".
7. Perlawanan di dalam Istana Yazid
sewaktu menghadiri pertemuan Yazid, Yahya bin Hakam, saudara Marwan bin Hakam –orang yang sengsara untuk selama lamanya- berdiri dari tempat duduknya dan melakukan aksi protes terhadap Yazid seraya berkata padanya: "Maha suci Allah! Kau wajibkan pernghormatan pada keluarga dan putri-putri Sumayyah (yakni, keturunan ibu Ubaidillah bin Ziyad), tapi kau perlakukan keluarga Nabi Muhammad saww di majlismu semacam ini?!". Ya, panggilan Husain telah menggema dari dalam rumah-rumah itu.
8. Protes Istri Yazid
Hindun, istri Yazid, pun memprotes perlakuan suaminya terhadap Imam Husain dan keluarganya. sampai akhirnya Yazid terpaksa mengelak dan membela diri bahwa aku tidak rela akan tindakan ini, bukan aku yang melakukannya, melainkan Ubaidillah pelaku semua ini dengan inisiatif dirinya sendiri.
9. Punahnya Bani Umayah
Tatkala mereka membunuh Imam Husain as dan memenggal kepalanya, mereka berpikir setelah itu semuanya akan berakhir dengan mudah. Sebaliknya, mereka baru mengerti bahwa mayat suci Al-Husain lebih berbahaya dari pada saat beliau hidup. Tanah beliau jadi ka'bah orang-orang yang berhati nurani. Zainab pun pernah menyampaikan kenyataan ini kepada Yazid.
Ratapan dan kabungan duka cita saat itu berbeda dengan ratapan zaman sekarang. orang-orang seperti Kumeit dan Da'bal-lah yang melantunkannya. Yang belakangan ini adalah orang yang pernah berkata, "Llima puluh tahun sudah aku memikul tiang gantungku". Sebegitu rupa ia kidungkan ratapan duka cita untuk Al-Husain sampai mampu mengguncang kekuasaan dinasti Umayyah dan Abasiyyah. ia bukan Muhtasyam. Ia salah satu penyai-penyair kita yang meyakini dunialah yang semestinya bertanggung jawab atas terbunuhnya Imam Husain.
Mereka terheran-heran. Ternyata, kuburan Husain juga membawa bencana bagi mereka. Maka itu, mereka memutuskan untuk menghancurkan kuburan Husain as. Ya, mereka hancurkan kuburannya, sampai Mutawakkil menyamaratakan kuburan Husain as. dengan tanah serutin tujuh belas kali. Mereka berambisi untuk menghanguskan kuburan Husain as, menyamaratakannya dengan tanah biasa, menggenangkan air di atasnya agar tak seorangpun dapat mengenali dimanakah letak persis kuburan Husain as. Pada akhirnya, apakah semua usaha itu membuahkan hasil? Tidak, masyarakat malah lebih banyak lagi menziarahinya.
Mutawakkil sendiri punya seorang penyanyi perempuan. perempuan itu tidak ada di tempat tatkala khalifah Abasiyah ini menginginkannya. Dia bertanya: "Di mana dia?" Dikatakan padanya: "Sedang pergi keluar". Ternyata, perempuan itu pergi menziarahi Imam Husain. Mutawakkil betul-betul berang. Ia sadar bahwa nama Husain tidak mungkin dilupakan.
Jauh-jauh Imam Husain memberitahu kita bahwa Yazid tidak lama lagi akan mati. Dan ia pun menemui ajalnya setelah dua atau tiga tahun usia pemerintahannya yang penuh bencana itu. Muawiyah kedua meneruskan khilafah yang dirintis oleh kakeknya, Muawiyah bin Abu Sufyan. Selang empat puluh hari, dia berdiri di atas mimbar dan berkata: "Wahai manusia, dulu kakekku Muawiyah perang melawan Ali bin Abi Thalib dan kebenaran berada di pihak Ali, bukan di pihak kakekku, begitupula ayahku Yazid memerangi Husain bin Ali, padahal kebenaran bersama Husain, bukan bersama ayahku.
Sungguh aku membenci ayah semacam ini. Akupun tidak layak menduduki kekhilafahan ini, dan agar aku tidak terjerumus juga dalam dosa-dosa seperti yang telah dilakukan ayah dan kakekku, maka aku nyatakan sekarang juga bahwa aku mundur dari kedudukanku ini.
Bukan sekedar bualan lidah. Muawiyah kedua itu menepati pengundurannya dan dia tinggalkan kekhalifahan. Inilah kekuatan Husain bin ali as, yaitu kekuatan haq yang berpengaruh besar, baik pada kawan maupun lawan.
10. Kebangkitan Hurrah
Kejahatan terkeji lain yang dilakukan kekuasaan Bani Umayyah setelah kesyahidan Imam Husain as ialah tragedi Hurrah. Tragedi ini berkaitan dengan arus protes besar di Madinah pada tanggal 26 dan 27 dzulhijjah tahun 63 H., yang ditumpas habis secara tidak berprikemanusiaan oleh pasukan Syam. Sesuai janji yang diberikan Yazid, bahwa nyawa, harta, istri dan keluarga warga Madinah dihalalkan sebebas-bebasnya untuk pasukan itu. Mereka tidak lagi menyisakan satu kejahatan pun di sana.
Saat itulah warga Madinah baru menyadari kebusukan Yazid. Mereka baru mengerti seberapa harga kekhilafahan Yazid sehingga Husain bin Ali mengorbankan segalanya untuk melawannya. Mereka baru tergugah kenapa Husain dibunuh?! Mereka mengirim dewan delegasi ke Syam, terdiri dari tkoh-tokoh besar Madinah seperti; Mundzir bin Zubeir bin Awwam, Ubaidillah bin Amr Makhzumi, Abdullah bin Handhalah dan yang lainnya, dipimpin oleh Abdullah putra Handhalah sendiri; anak sahabat Nabi yang dimandikan oleh malaikat setelah syahid di medan perang.
Setelah sampai dan tinggal sementara di kerajaan Yazid, mereka baru mengerti apa yang sedang terjadi, dan ketika mereka kembali ke Madinah, mereka ditanya: "Apakah yang kalian saksikan?" Mereka menjawab: "ini saja sudah cukup bahwa ketika kita tinggal di Syam, kita selalu menyebut: 'Semoga tidak turun hujan batu dari langit menimpa kita!'. Mereka kembali ditanya: "Adakah gerangan?" Mereka menjawab: "Kita berhadapan dengan seorang khalifah yang terang-terangan minum arak, main judi, main anjing, macan kumbang dan kera, bahkan khalifah juga berzina dengan muhrimnya sendiri".
Abdullah bin Handhalah mempunyai delapan anak laki-laki. Ia katakan pada warga Madinah: "Biar kalian mau berontak ataukah tidak, aku tetap akan bangkit melawan Yazid bersama delapan anak-anakku". Perlawanan pun dimulai. Sebagaimana dicatat sejarah bahwa Abdullah mengirim anak-anaknya melawan Yazid dalam kebangkitan Hurrah sampai semua syahid. Iapun menyusul kesyahidan anak-anaknya dalam kebangkitan itu.
Dimanakah Abdullah bin Handhalah saat Imam Husain as keluar dari madinah dan memperingatkan: "Apabila umat dipimpin oleh seorang seperti yazid, maka ucapkanlah selamat tinggal islam"? Saat itu ia belum sadar. Husain bin Ali memang harus syahid dulu supaya dunia Islam kembali sadar, agar orang seperti Abdullah bin Handhalah dan ribuan orang sepertinya di Madinah, Kufah atau di manapun saja membuka mata lebar-lebar dan menyadari bahwa memang benar Husain as memberikan peringatan itu.
11. Kebangkitan Tawwabin (orang-orang yang bertaubat)
Tiga tahun setalah peristiwa Karbala, sebagian warga Kufah yang dipimpin oleh Sulaiman bin Shurad al-Khuza'i merintis gerakan setahun setelah kematian Yazid, tepatnya pada bulan Jumadil-Awal tahun 65 H., dalam riwayat lian pada pada bulan rabiul awal. Gerakan ini mengangkat slogan Ya Latsaratil Husain, menuntut darah Imam Husain dan keluarganya, didukung oleh pemuka-pemuka Syiah di Iraq seperti; Musayyib bin Najbah Fazori, Rifaah bin Syadda Bajli, Abdullah bin Sa'ad bin Nufail Azdi, Abdullah bin Wal Tamimi dan sebagian tokoh Basrah serta Madain seperti; Mutsanna bin Makhramah Abdi dan Sa'ad bin Hudhzifah Yamani.
Di Kufah saja, ada lima ribu orang yang berkumpul dan bertaubat di kuburan Imam Husain as dan mengadakan duka cita di sana. Mereka menangis, mengakui dosa dan bertaubat kepada Allah swt. Mereka berikrar: "Selama kita masih belum tebus darah Husain bin Ali, kita tidak akan tinggal diam, kita mesti terbunuh atau terus menuntut darahnya. Mereka terus bergerak dan berhasil membantai para pembunuh yang terlibat di padang Karbala.
Sesungguhnya gerakan-gerakan demikian ini sudah aktif dimulai sejak sore Hari Asyura dan hari kedua belas bulan Muharram. Siapakah yang melakukan semua perubahan ini? Husain bin Ali as.
12. Kebangkitan Mukhtar
Ketika utusan Imam Husain as, Muslim bin aqil sampai di Kufah, Mukhtar bin Abi Ubaidah al-Tsaqafi bergabung dengannya. Namun, karena banyaknya persoalan yang disusul dengan terbunuhnya Muslim, Ubaidillah bin Ziyad menangkap dan memenjarakannya. Setelah peristiwa Asyura, Mukhtar dibebaskan oleh suami saudaranya, Abdullah bin Umar. Karena pada hari-hari itu Abdullah bin Zubeir bangkit di Mekkah dan menyatakan diri sebagai khalifah, ia langsung pergi ke Mekkah dan bergabung bersamanya.
Pada tahun 64 H., yakni lima bulan setelah kematian Yazid, dia pergi ke Kufah dan memulai pergerakannya melawan Bani Umayah. Dialah salah satu tokoh cemerlang dunia Syiah. Dia memulai kebangkitannya pada tanggal 14 Rabiul Awal tahun 66 H.
13. Kebangkitan Zaid bin Ali
Di antara kebangkitan-kebangkitan berdarah yang berusaha menebus darah Imam Husain ialah kebangkitan Zaid bin Ali terhadap Hisyam bin Abdil Malik, kebangkitan yang yang paling penting. Tentang Zaid, Imam Shadiq as. mengatakan: "Semoga Allah mencurahkan rahmat-Nya kepada Zaid, dia adalah seorang alim dan jujur, dialah manusia mukmin, penuh makrifat dan taat. Aku bersumpah dengan nama Allah, bahwa pamanku Zaid telah menempuh jalan lurus para syahid, yaitu jalan para syahid di sisi Rasulullah saww, Ali bin Abi Thalib as, dan Imam Husain as. Islamalternatif. [tvshia/IslamTimes]
Kirim komentar