Aksi Bom Bunuh Diri Tidak Ada Kaitannya dengan Ajaran Islam
"Kelompok yang melakukan aksi bom bunuh diri tersebut tidak ada kaitannya dengan Islam. Rujukan mereka adalah hawa nafsu dan guru mereka adalah internet. Guru-guru tersebut tidak ada nilai sedikitpun, ia duduk di suatu tempat tertentu, mengajar dan mengeluarkan fatwa pembunuhan dan pengkafiran dengan cara yang menjijikkan. Di sana terdapat perbuatan plagiat teks-teks yang dipotong dan manipulasi fatwa-fatwa menurut hawa nafsu mereka."
Salah seorang ulama kharismatik Ahlusunnah Lebanon, Syeikh Maher Hammoud menyebutkan, dua serangan bom di depan kantor kedutaan besar Republik Islam Iran di Beirut adalah efek dari krisis di Suriah. Ini disebabkan konseptor fitnah di Suriah telah bersedia menunaikan apa saja permintaan Israel dan Amerika Serikat yang hendak mengadu Moqawama dengan sekterianisme.
Syeikh Maher Hammoud menyatakan hal tersebut dalam wawancaranya dengan media setempat Al Akhbar dan menyatakan pula bahwa pengeboman tersebut muncul menyusul kegagalan kelompok militant di Suriah, tindak balasan dari Arab Saudi yang mendapat lampu hijau dari Amerika Serikat. "Sudah menjadi fakta yang tidak bisa dibantah bahwa Arab Saudi saat ini dikendalikan oleh Bandar bin Sultan yang berada dibawah kontrol AS dan Israel sebagaimana telah diakui oleh internal keluarga Saud. Namun saya berpendapat, akhir yang bakal ditunai Saudi tidak ubahnya yang telah dialami oleh Qatar yaitu kekalahan." Jelasnya.
Syeikh Hammoud lebih lanjut menyebutkan penolakannya atas pengakuan Brigade Abdullah Azzam yang bertanggungjawab atas dua peledakan bom di Beirut. Menurutnya Al Qaeda juga tidak terlibat meskipun diakui pemimpin besar Al Qaeda di Lebanon Syaikh Sirajuddin Zureiqat. Baginya pelakunya adalah AS dan Israel, "Dari setting waktu peledakan bom tersebut saya melihat adanya rancangan yang begitu rapi. Pemilihan waktu peledakan bom bukan secara serampangan dan kebetulan belaka. Saya yakin, dalang dibalik pengeboman ini adalah negara adi kuasa."
Berkenaan dengan keterlibatan Hizbullah secara langsung di wilayah konflik di Suriah yang awalnya ditentang oleh ulama-ulama Ahlus Sunnah Lebanon, Syaikh Hammoud berkata, "Kita hendaklah menjadi orang yang waras dalam berpikir. Terdapat perbedaan antara setiap manusia ditinjau dari tahap perkembangan pemikirannya. Kamipun awalnya ketika mendapat berita bahwa Hizbullah melibatkan diri dalam perang di Suriah dan sejumlah dari mereka menjadi korban mengecam keputusan tersebut. Kami marah dan mengirim surat protes kepada Sayyid Hasan Nashrullah terhadap bahaya yang dapat ditimbulkan dari keputusan tersebut. Namun pendirian kami berubah setelah mendengar penjelasan langsung dari lisan Sayyid Hasan Nashrullah secara terperinci mengenai apa yang sesungguhnya yang terjadi di Suriah."
Syeikh Hammoud melanjutkan, "Sayang sekali, kami tidak mampu menceritakan semuanya secara terperinci kepada media, ini disebabkan ada perkara yang sulit untuk dipercayai oleh warga awam yang masih memendam kecurigaan terhadap Hizbullah. Contohnya operasi pembunuhan yang dialami kaum muslimin pengikut Syiah dan Alawi di Homs dan sebagainya. Tidak ada yang akan mempercayainya karena memang terlalu aneh. Saya sendiri secara pribadi menaruh kepercayaan kepada Sayid Hasan Nasrullah, saya percaya bahwa mereka yang berada di dalam Hizbullah sudah khatam pelajaran sebelum membuat keputusan. Kami tegaskan bahwa sebagian pihak mencemooh Hizbullah, karena tujuan mereka sejak awal adalah untuk menjatuhkan karakter Hizbullah."
"Setelah jelas bahwa mereka yang berada di bumi Syria adalah golongan Takfiri dari kelompok Da'ash dan Jabha Nusra, dan mereka ini dianggap pengganti rezim Suriah sehingga tidak ada orang biasa yang dapat memahami mereka. Ketika kita sampai kepada hakikat bahwa Da'ash memamerkan jalan kekerasan dan kekejaman, maka campurtangan Hizbullah merupakan perkara yang mudah dipahami. Secara pribadi saya mohon maaf dan mengucapkan bela sungkawa yang mendalam kepada semua korban akibat konflik di Suriah, namun bagi orang yang tahu, masalah dan situasinya tidaklah sebagaimana yang dilaporkan media-media."tambahnya.
Mengenai aksi bom bunuh diri yang terjadi di beberapa wilayah di seluruh dunia Islam, Syeikh Hammoud berkata, "Kelompok yang melakukan aksi bom bunuh diri tersebut tidak ada kaitannya dengan Islam. Rujukan mereka adalah hawa nafsu dan guru mereka adalah internet. Guru-guru tersebut tidak ada nilai sedikitpun, ia duduk di suatu tempat tertentu, mengajar dan mengeluarkan fatwa pembunuhan dan pengkafiran dengan cara yang menjijikkan. Di sana terdapat perbuatan plagiat teks-teks yang dipotong dan manipulasi fatwa-fatwa menurut hawa nafsu mereka."
"Saya sudah berkali-kali berbincang dengan para pemuda kami yang sangat besar permusuhannya terhadap Syiah. Saya katakan kepada mereka: Kamu semua tidak mengambil sikap terhadap Syiah berdasarkan ilmu pengetahuan. Apa yang terjadi adalah sebaliknya, kamu melihat Syiah sudah maju kedepan. Mereka telah sampai ke tempat yang kamu tidak jangkau. Maka kedudukan gerakan Islam Sunni sentiasa berjalan ditempat dan masih sibuk mendebatkan metode yang tepat, sedangkan Syiah itu minoritas dan akidahnya meragukan seperti yang kamu katakan. Padahal kamu telah lihat mereka lebih maju daripada kamu, mereka mengambil perjuangan Moqawama, menduduki wajah politik di pentas dunia sehingga membuatkan hati kamu iri. Oleh itu pergilah buka lembaran kitab-kitab kuning sehingga mencium bau isi hati kamu, kamu terdesak, mereka berada di atas daripada kita sementara kita yakini bahwa aqidah mereka itu rusak."
Syeikh Hammoud menambahkan, "Saya rasa, apa yang terjadi adalah fatwa yang disalah gunakan, yang justru bersumber dari hawa nafsu, hasad dan keterbelakangan mereka, sudah pasti itu hanya berasaskan kepentingan mereka. Mereka mencoba memuaskan diri mereka sendiri, tetapi kekuatan mereka cacat di sisi Allah dan manusia."
Mengenai dampak permikiran Wahabi terhadap gerakan Islam, Syeikh Hammoud berkata, "Kita tidak boleh memandang remeh efek dari pemikiran Wahabi dan Saudi. Baik kita suka atau tidak, pengaruh Saudi terhadap gerakan Islam sangatlah besar dan semuanya ingin memenuhi tujuannya. Cara golongan Salafi menggunakan nash syar'i sangat bermasalah. Ia tidak mampu mencerna dan memahami hakikat nash. Golongan Salafi juga berkhayal bahwa akidah Syiah itu batil selirihnya, sehingga apa saja yang dilakukan Iran maupun Syiah mereka tolak mentah-mentah."
"Golongan Takfiri yang cenderung mengkafirkan semua orang, ini masalah besar yang tidak kita temui penyelesaiannya. Kita perlukan ruang yang benar-benar bebas, kita perlukan ulama, dialog yang aktif, dan bukan sekadar bersuara di media. Tetapi peranan cendikiawan dan cerdik pandai mungkin bisa membuat mereka gagal. Paling tidak bisa mengurangi aksi kekerasan dan teror mereka yang menumpahkan darah. Saya percaya, tanpa dorongan yang positif, ini sulit untuk diselesaikan." Jelasnya.
"Sekiranya kita ingin jujur mengenai kebenaran, maka sekarang ini tidak ada yang bisa mengklaim diri yang paling benar. Kami sering melakukan dialog secara ilmiah namun tidak juga bisa menuntaskan perbedaan yang ada. Sekiranya kita bisa lebih cerdas berpikir kemenangan Gaza tahun 2009 bisa memusnahkan sekterianisme. Namun sayang, sekarang isu beda mazhab dan sekterianisme malah cukup menjadi alasan untuk saling membunuh. Saya tegaskan, semua itu karena telinga ditulikan dari kenyataan dan lebih tertarik dengan biaya yang telah disediakan oleh Arab Saudi." Ungkapnya.
Mufti Ahlus Sunnah Lebanon lainnya, Syaikh Muhammad Rashid Qabbani dalam wawancaranya bersama stasiun televisi Lebanon turut mengecam aksi-aksi bom bunuh diri dan peledakan bom yang telah merenggut nyawa puluhan bahkan ratusan korban. "Aksi peledakan bom yang terbaru di Beirut menunjukkan pihak oposisi di Suriah telah gagal dan kali ini hendak menyulut api fitnah dikalangan rakyat Lebanon khususnya antar umat islam." Katanya.
"Para pelaku peledakan telah banyak belajar dari mereka yang memiliki hubungan dengan konspirasi kuasa-kuasa besar." Tambahnya lagi.
Diberitakan ulama Mufti Ahlus Sunnah Lebanon mengucapkan bela sungkawa atas kematian Hujjatul Islam Ebrahim Anshari yang menjadi korban jiwa dalam aksi peledakan bom di areal Kantor Kedutaan Besar Iran di Beirut selasa [19/11] lalu. Ucapan bela sungkawa tersebut disampaikan melalui pembicaraan via telepon kepada Kepala Duta Besar Republik Islam Iran di Beirut Ghazanfar Rokne Abadi. [tvshia/abna]
Kirim komentar