Apel Nabi yang Berbau Wangi (Bagian Pertama)

Apel Nabi yang Berbau Wangi (Bagian Pertama)

Hudzaifah Ibnu al-Yamani, seorang sahabat dekat Rasulullah Saw dan suatu hari ia menukil kenangannya tentang Nabi Saw dan cucunya Hasan as:

Apel Nabi yang Berbau Wangi (Bagian Pertama)ءIslamءagamaءShiءMohammadءAliءTVshiaءpenyelamatء
"Kami bersama Rasulullah Saw dalam perjalanan Hajjah al-Wada'. Tiba-tiba kami melihat Hasan as tengah berjalan ke arah kami. Rasulullah Saw dengan cara pandang penuh wibawanya tengah memperhatikan cucunya. Ketika Nabi mengetahui pandangan kami kepadanya, beliau berkata, "Malaikat Jibril yang membimbing jalannya dan Mikail yang menjaganya. Ia berasal dariku dan cahaya mataku."

Rasul Saw bangkit dari duduknya setelah mengucapkan kalimatnya. Kami yang melihat perbuatan beliau juga ikut berdiri untuk menyambut Hasan. Setelah dekat, Nabi berkata kepada Hasan, "Engkau adalah buah apelku yang harum, kecintaanku dan bertempat di hatiku."

 Setelah itu beliau memegang kedua tangan cucunya dan jalan bersama. Kami juga ikut berjalan di belakang mereka dan tiba-tiba mereka duduk di atas tanah. Kami juga ikut duduk di sekitar mereka.

 Nabi Saw melihat Hasan as dan setelah beberapa waktu beliau berkata, "Segera setelah aku, Hasan adalah pemimpin dan pembimbing masyarakat. Ia adalah hadiah yang dianugerahkan Allah Swt kepadaku guna menghidupkan Sunnahku dan melanjutkan jalanku. Allah Swt punya perhatian khusus kepadanya. Barangsiapa yang mengetahui maqam dan derajatnya, berbuat baik kepadanya karena aku dan penghormatannya kepadaku, maka Allah akan merahmatinya."

 Pada waktu itu kami melihat seorang Arab Badui yang tengah berjalan mendekati kami. Nabi Saw bersabda, "Orang ini tengah mendekati kita dan akan berbicara kepada kita dengan bahasa yang buruk. Ia punya banyak pertanyaan dan ingin mendapatkan jawabannya dari kami. Kalian semua harus mempersiapkan diri mendengar ucapannya yang tidak sopan dan kasar!"

 Orang tiba dihadapan kami. Untuk beberapa saat ia memandang Nabi Muhammad Saw dengan penuh kebencian lalu berkata, "Engkau Muhammad?"

 Nabi Menjawab, "Iya, benar."
"Selama tidak melihatmu, saya sering mencacimu. Sekarang ketika saya melihatmu, rasa permusuhanku kepadamu semakin bertambah."

Kami yang melihat sikap orang itu sudah sangat marah, tapi kami melihat Nabi Saw tampak begitu tenang. Beliau bahkan tersenyum setelah mengetahui kegeraman kami. Kemudian beliau memandang kami dengan penuh makna, ingin memahamkan agar kami bisa tenang.

 Orang Arab Baudi itu berkata, "Wahai Muhammad! Engkau mengaku seorang nabi? Padahal engkau tidak mampu membuktikan pengakuanmu!"
Nabi Saw berkata, "Bila salah satu anggota badanku bersaksi akan kenabianku, apakah engkau merasa puas?"
Dengan penuh rasa takjub orang Badui itu berkata, "Memangnya anggota badanmu dapat berbicara?"
Nabi Saw menjawab, "Iya."
Setelah itu beliau memandang Hasan dan berkata, "Hasan, berdirilah!" (IRIB Indonesia / Saleh Lapadi)

Sumber: Sad Pand va Hekayat; Imam Hasan as.

Kirim komentar