Kata Hikmah Imam Husain as Buruknya Ghibah

Kata Hikmah Imam Husain as Buruknya Ghibah

Imam Husain as berkata:

یا هذا کفّ عن الغیبة فانها ادام کلاب النار

Hai Fulan jauhilah[janganlah ber] ghibah karena ghibah adalah santapan anjing-anjing neraka

Salah satu misi pengutusan para nabi adalah untuk menyempurnakan akhlak mulia manusia. Maka itu, tak heran apabila kita menemukan begitu banyak hadis dan riwayat Nabi saw yang memuat masalahmasalah akhlak. Para ulama akhlak, baik yang klasik maupun yang kontemporer, telah mengupas persoalan akhlak sedemikian rupa. Barangkali pembaca masih ingat karya monumental Imam Khomeini yang membahas empat puluh hadis-hadis mistis dan akhlak dari Nabi dan keluarganya? Pembahasan buku tersebut sangat memikat bagi mereka yang concern pada persoalan akhlak.

 

Menurut definisi dari Rasul saw, ghibah adalah menceritakan kondisi seseorang yang dia sendiri tidak menyukainya. Definisi ini barangkali sangat umum sehingga karena keumumannya itu ulama klasik Syaikh taqiyuddin Ibrahim bin Ali Amili memberikan penjelasan yang cukup komprehensif atas persoalan ghibah.

Mengapa manusia melakukan ghibah. Menurut beliau, manusia melakukan ghibah lantaran dia kurang peduli terhadap jebakan dari perbuatan haram tersebut sekalipun sudah banyak ayat dan riwayat yang menyeru manusia untuk memperhatikan masalah ghibah ini.

 jenis ghibah yang diperbolehkan. Menurut beliau, setidaknya ada sepuluh situasi yang membolehkan ghibah di antaranya untuk memperbaiki keadaan masyarakat, dimintai bantuan untuk memperbaiki kejahatan, dimintai pendapat, dll

efek-efek dari perbuatan ghibah ada banyak bisa kita sebut diantaranya namimah (adu domba), kedengkian, dan jatuhnya nama baik seseorang.

 

Menurut para filsuf, perbaikan akhlak terkait dengan keindahan jiwa. Jiwa inilah yang akan dibangkitkan dalam bentuk terakhirnya di hari kiamat. Andai akhlaknya bagus, niscaya jiwanya indah. Jika jiwanya indah tentunya dia akan dibangkitkan dalam substansi manusia, bukan substansi binatang.

Penyakik Ghibah tidak pernah pandang bulu, bahkan seorang mukmin pun bias terkena penyakit ganas ini, padahal ghibah adalah bumbu neraka, hal ini tidak aneh karena lapangan dosa ghibah lebih mudah tersedia. Kondisi yang menarik manusia untuk melakukan ghibah lebih mudah dibandingkan untuk dosa-dosa lainnya, selain tanpa biaya ghibah juga cenderung tidak dibatasi oleh ruang dan waktu,

Dirumah, di kantor, di sekolah, di toko, jalan, di dalam bis, siang, malam, pagi, petang dua orang manusia bisa melakukan ghibah tanpa terbatasi jika tidak ada aturan ilahiah yang melarang mereka.

Nasihat salah satu Maksumin as kepada Abu Dzar Ra

يَا أَبَاذَر إِيَّاكَ وَ الْغِيبَةَ فَإِنَّ الْغِيبَةَ أَشَدُّ مِنَ الزِّنَا؛

“Ghibah lebih berat/dahsyat daripada Zina” menggambarkan betapa perbuatan ghibah sangat tercela dimata Islam, dimata Allah swt. Seperti kita tahu ketika ada dua manusia ingin berzina jelas mereka harus melewati batas ruang dan waktu, mereka tidak mungkin berzina dimana pun atau kapan pun mereka mau. Lapangan manusia untuk berzina sulit tersedia dibandingkan lapangan untuk berghibah. Zina hanya melibatkan dua orang pelaku dengan Allah, sedang ghibah, melibatkan dua pelaku dan selain harus bertanggungjawab dihadapan Allah mereka juga harus bertanggungjawab dihadapan orang yang dighibah.

 

Bagaimana upaya kita agar bisa terhindar dari perbuatan ghibah, selain saling mengingatkan lawan bicara kita agar tidak menghibah kita juga harus membiasakan sikap berbaik sangka pada orang lain, terutama orang yang memiliki posisi empuk untuk dighibah.

Ghibah biasa digambarkan dengan memakan daging bangkai, mengapa digambarkan demikian karena ketika dighibah pihak yang dighibah tidak bisa melakukan pembelaan diri seperti halnya bangkai yang dicabik-cabik.

Sebuah isyarat perlu kami utarakan disini, mungkin ada yang berpikir bahwa menceritakan perbuatan baik orang lain ke pihak lainnya adalah tindakan bijak dan merupakan kebalikan dari ghibah, seorang guru akhlak mengingatkan untuk tidak membicarakan kebaikan seseorang, kebaikan yang mana orang tersebut tidak ridha perbuatannya diketahui orang lain, dalam posisi ini, menceritakan kebaikan diniliai sebagai ghibah oleh beberapa ulama.

Al-Quran dalam surat al-Hujurat ayat 12 menyebutkan, "... Dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya...

[tvshia.com]

Kirim komentar