Sejenak Bersama Al-Quran: Risalah Terakhir Rasulullah Saw

Sejenak Bersama Al-Quran: Risalah Terakhir Rasulullah Saw

Risalah Terakhir Rasulullah Saw

 

Allah Swt berfirman, "Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir." (QS. al-Maidah: 67)

 

Ayat ini terkait dengan pengganti Rasulullah Saw dan pengangkatan Imam Ali as di Ghadir Khum ketika Nabi kembali dari melaksanakan haji terakhir pada tahun 10 Hijriah. Ayat ini sangat menarik ditelaah dikarenakan berada di antara dua ayat yang berbicara tentang melaksanakan dua kitab langit; Taurat dan Injil. Kemungkinan maknanya adalah adanya hubungan erat dan tak terpisahkan antara para pemimpin yang maksum dan kitab langit. Benar, Imam Maksum yang dapat menegakkan kitab Allah dan sebaliknya, hanya kitab Allah yang dapat memperkenalkan Imam yang hakiki.

 

Semua ahli tafsir Syiah dengan berlandaskan pada hadis-hadis Ahlul Bait dan sebagian ulama Ahli Sunnah menyebut pengangkatan Imam Ali as di Ghadir Khum sebagai Wali dan Imam merupakan makna dari ayat ini.[1] Patut direnungkan bahwa penulis tafsir al-Manar dengan berlandaskan pada Musnad Ahmad, Turmudzi, Nasai dan Ibnu Majah menyebut hadis "Man Kuntu Maulahu Fa'aliyun Maulahu" memiliki sanad yang sahih dan dapat dipercaya. Setelah itu ia berusaha meragukan hadis ini dengan dua alasan; pertama, yang dimaksud dengan wilayah adalah teman (Penulis tafsir al-Manar lupa bahwa teman tidak membutuhkan baiat, ucapan selamat dan segala bentuk formalitas yang terjadi di Ghadir Khum). Kedua, bila Imam Ali as menjadi pengganti Rasulullah Saw, mengapa ia tidak memrotes dengan bersandarkan pada kejadian di Ghadir Khum? (Sekali lagi penulis tafsir al-Manar lupa bagaimana di banyak tempat di buku Nahjul Balaghah, Imam Ali as memrotes dengan berdalilkan peristiwa Ghadir Khum. Tapi seakan-akan penulis al-Manar tidak mendengar keluhan Imam Ali as itu)[2]

 

Dari seluruh ayat al-Quran, hanya ayat ini yang mengancam bila Rasulullah Saw tidak menyampaikan pesan ilahi dan mengatakan seluruh usaha menyebarkan risalah ilahi selama 23 tahun ini akan menjadi sia-sia. Dengan demikian harus lebih cermat lagi mengkaji apa sebenarnya pesan yang belum disampaikannya, sehingga ada ancaman bila tidak menyampaikannya?

 

Nabi Muhammad Saw kepada Imam Ali as berkata, "Bila aku tidak menyampaikan wilayahmu kepada umat Islam, maka seluruh amalku akan terhapus."[3]

 

Dalam ayat ini ada beberapa poin yang dapat membantu untuk memahami ayat ini:

 

1. Surat al-Maidah diturunkan di akhir kehidupan Rasulullah Saw.

 

2. Di ayat ini Nabi Saw tidak dipanggil dengan "Ya Ayyuhan Nabi" tapi "Ya Ayyuhar Rasul" yang menunjukkan adanya risalah penting.

 

3. Perintah menyampaikan tidak dilakukan dengan bentuk "Abligh" tapi "Balligh" yang menunjukkan penyampaian ini tegas, resmi dan penting.

 

4. Nabi Saw diancam bila tidak menyampaikan pesan penting, maka segala upayanya dalam menyampaikan risalah ilahi menjadi sia-sia.

 

5. Rasulullah Saw mengkhawatirkan dampak dari risalah penting yang harus disampaikannya, tapi Allah menenangkannya dengan melindunginya dari keburukan masyarakat.

 

6. Nabi Saw tidak takut terkait dirinya, karena beliau sudah pernah menghadapi para penyembah berhala seorang diri dan berperang dengan orang-orang Kafir di medan perang dan tidak pernah takut. Dalam kondisi dilempari batu, sahabatnya disiksa, sementara apa yang harus ditakutkan di tengah umatnya?

 

7. Dalam ayat ini, pesan yang akan disampaikan oleh Nabi Saw sama dengan pentingnya semua pesan di masa penyampaian risalah. Itulah mengapa bila beliau tidak menyampaikannya, seakan-akan semua pesan risalah yang telah disampaikannya akan sia-sia.

 

8. Kandungan pesan yang akan disampaikan Nabi Saw harus satu masalah penting dan prinsip. Karena bila masalahnya parsial dan bersifat individual, maka tidak ada artinya ancaman dan jaminan dari Allah akan keselamatannya.

 

9. Pesan risalah tidak terkait dengan Tauhid, Nubuwah dan Ma'ad. Karena ketiga prinsip Islam ini telah disampaikan di awal risalah beliau di Mekah dan tidak perlu ada penekanan seperti yang ada dalam ayat ini di akhir hidup Nabi Saw.

 

10. Pesan ayat tidak terkait dengan shalat, puasa, haji, zakat, khumus dan jihad. Karena semua ini telah disampaikan beliau selama 23 tahun berdakwah, selain itu umat Islam juga telah melaksanakannya. Dengan demikian, tidak ada yang perlu dikhawatirkan.

 

Lalu, apa sebenarnya pesan penting yang harus disampaikan Rasulullah Saw di akhir hidupnya?

 

Banyak riwayat dari Syiah dan Sunni yang menyelamatkan kita dari kebingungan. Riwayat mengatakan, ayat ini terkait dengan peristiwa 18 Dzulhijjah tahun kesepuluh Hijrah saat beliau pulang dari pelaksanaan haji terakhir. Ketika itu beliau kembali hendak menuju Madinah dan tiba di sebuah tempat bernama Ghadir Khum. Ketika berada di sana, Allah Swt memerintahkan beliau untuk berhenti dan meminta umat Islam untuk berkumpul. Tempat ini ada air dan pepohonan sekaligus menjadi tempat persimpangan para jamaah haji dari daerah-daerah yang lain seperti Yaman, Irak, Syam, Madinah dan Habasyah.

 

Di tempat ini, Nabi Saw di tengah-tengah umat Islam dan sahabatnya naik ke mimbar yang dibuat dari pelana onta dan menyampaikan khutbah yang panjang. Di awal khutbahnya beliau menyampaikan tentang Tauhid, Nubuwah dan Ma'ad. Di sini tidak ada yang baru. Ucapan beliau kemudian mulai mengarah tentang kematiannya dan mencari tahu pandangan mereka tentang dirinya. Semua yang hadir menyebut segala kemuliaan, keagungan, pelayanan dan risalahnya ada pada tingkat yang paling tinggi. Setelah merasa pasti, beliau meninggikan suaranya agar sampai ke semua arah untuk menyampaikan pesan penting akan masa depan agama ini. Beliau kemudian berkata, "Barangsiapa yang menjadikan aku sebagai pemimpinnya, maka Ali juga sebagai pemimpinnya."

 

Dengan demikian, beliau secara lantang menyampaikan Ali sebagai pengganti setelah beliau. Tapi pasca wafatnya Rasulullah Saw, ketika Sayidah Fathimah as mendatangi rumah-rumah umat Islam di Madinah dan berkata, "Apakah kalian tidak melihat dan mendengar apa yang disampaikan Rasulullah Saw di Ghadir Khum?" Mereka menjawab, "Tempat kami jauh dengan Rasulullah Saw di Ghadir Khum dan kami tidak mendengar suaranya."

 

Allahu Akbar! Mereka menyembunyikan pesan ini karena takut. Mereka tidak komitmen dan berbohong kepada putri Rasulullah Saw!!!

 

Benar, umat Islam bila ingin mendapatkan haknya ia harus menbawakan dua orang saksi. Tapi Imam Ali as dengan puluhan ribu saksi, tetap saja tidak bisa mendapatkan haknya. Berhati-hatilah dengan cinta dunia, sifat hasud dan dengki yang tumbuh sejak di perang Badr, Khaibar dan Hunain yang dimiliki mereka terkait Imam Ali as.

 

Imam Baqir as berkata, "Islam didirikan atas lima prinsip; shalat, zakat, puasa, haji dan wilayah Ahlul Bait. Tidak ada yang diperhatikan melebihi masalah wilayat, tapi masyarakat hanya mengambil yang empat dan meninggalkan wilayah."[4]

 

Imam Ridha as berkata, "Setelah diturunkannya ayat ini, dimana Allah Swt menjamin akan melindungi Rasulullah, ‘Wallahu Ya'shimuka Min an-Nas', Nabi Saw meninggalkan segala bentuk sikap taqiyah."[5] (IRIB Indonesia / Saleh Lapadi)

 

Sumber: Mohsen Qarati, Daghayeghi ba Quran, Tehran, Markaz Farhanggi Darsha-i az Quran, 1388 Hs, cet 1.

 

 


[1]. Tafsir al-Kabir, Fakhr ar-Razi dan tafsir al-Manar.

[2]. Saya menuliskan kalimat ini di malam syahadah Imam Ali as, tengah malam 21 Ramadhan 1380.

[3]. Tafsir Nur al-Tsaqalain dan Amali as-Shaduq, hal 400.

[4]. Al-Kafi, jilid 2, hal 18.

[5]. Tafsir Nur al-Tsaqalain dan Uyun Akhbar ar-Ridha, jilid 2, hal 130.

sumber: IRIB Indonesia

Kirim komentar