Imam Shadiq as, Nama, Dialog, Debat dan Mengapa Beliau tidak Melakukan Revolusi
Mengapa beliau diKenal dengan Imam Shadiq
Untuk mengetahui ini ada sebuah riwayat dari Imam sajad yang mengatakan Karena anak kelima dari Imam shadiq memiliki nama yang sama yakni Ja'far dan anak kelima ini mengaku-ngaku sebagai imam penerus, padahal imamah adalah sebuah wewenang dari Allah imam tersebut datang dan diperkenalkan pada masyarakat oleh Imam sebelumnya. Ja'far anak kelima ini dikenal dengan Ja'far Kadzab, dengan ini untuk membedakan antara dua ja'far ini, yang satu disebut Ja'far Shadiq dan satunya lagi disebut Ja'far Kadzab.
Imam Shadiq as dan Abu Hanifah
Imam Shadiq ini (saw) debat dengan Abo Hanifa
Ibnu Shabrama datang dengan Abu Hanifah, Imam (as) mengatakan kepada Ibnu Shabrama: siapa yang bersama Anda?
Ibnu Shabrama: seorang pria dengan pemikiran agama yang tajam.
Imam (as): mungkin dia adalah orang yang berpikir bahwa ia dapat menggunakan tatacara perbandingan dalam agama?
Ibnu Shabrama: ya.
Kemudian Imam (as) melihat Abu Hanifah dan berkata: siapa namamu?
Abu Hanifah: Al-Numan.
Imam (as): Hai Numan, apakah Anda mengukur kepala Anda?
Dia: dan bagaimana aku bisa melakukan hal itu?
Imam (as): Apakah Anda tahu mengapa ada katarak di mata, penyakit di telinga, dingin di hidung, dan basah di bibir?
Abu Hanifah tidak memiliki pengetahuan itu. Kemudian Imam (as) bertanya lagi: apakah Anda tahu frase yang dimulai dengan perselingkuhan dan berakhir dengan iman?
Abu Hanifah: Tidak, kemudian ia bertanya kepada Imam Shadiq (as) untuk menjelaskan kepadanya semua ini.
Kemudian Imam (as) berkata: Ayah saya mengatakan kepada saya, bahwa kakekku Rasulullah (saw) mengatakan: dari kebaikan dan kemurahan hati Allah, Dia membuat katarak bagi manusia di matanya sehingga akan menangkap kotoran, dan Dia membuat pahit di telinga sebagai tabir dari serangga(dan semacamnya). Karena jika serangga memasuki telinga seseorang lalu menuju otak, dia akan merasakan pahit dan meninggalkan(telinga itu). Dan Dia membuat dingin di hidung sehingga seseorang dapat menghirup, dan jika bukan seperti itu, otak akan busuk. Dan Dia membuat bibir basah sehingga bisa merasakan kenikmatan dalam mencicipi makanan.
Kemudian Abu Hanifah berkata kepada Imam Shadiq (as): tolong ceritakan tentang kalimat yang dimulai dengan kemusyrikan dan berakhir dengan iman.
Imam (as): Kemusyrikan adalah ketika seorang hamba mengatakan: "tidak ada Tuhan" dan iman adalah ketika ia melanjutkan "selain Allah"
Kemudian Imam mengatakan kepada Abu Hanifah untuk tidak menggunakan Qiyas dalam agama dan berkata: hai Abu Hanifah, ayah saya mengatakan kepada saya bahwa kakekku Rasulullah saw bersabda: yang pertama kali menggunakan Qiyas dalam agama adalah Iblis yaitu ketika Allah menyuruhnya bersujud kepada Adam. Iblis berkata: Aku lebih baik darinya, Anda menciptakan aku dari api, dan menciptakannya dari tanah liat.
Abu Hanifah bertemu Imam Shadiq (as) dikesempatan lain dan Imam bertanya: Apakah Anda tahu apa hukuman mematahkan 4 gigi seri rusa?
Abu Hanifah: Duhai putra Rasulullah, aku tidak tahu?
Imam (as): kau tidak tahu bahwa rusa hanya memiliki 2 gigi seri.
Untuk ketiga kalinya, ia bertemu Imam Shadiq (as) dan Imam (as) bertanya tentang beberapa isu dalam Islam dan ia tidak menjawabnya. Di antara pertanyaan beliau adalah: yang lebih besar di mata Allah, Pembunuhan atau perzinaan?
Dia menjawab: Pembunuhan.
Imam (as): lalu mengapa Allah menerima 2 orang saksi untuk pembunuhan dan belum menerima kecuali ada 4 saksi untuk masalah perzinaan.
Kemudian Imam bertanya Abu Hanifah: Apa yang lebih baik, Shalat atau puasa?
Dia: Shalat lebih baik.
Imam (as): Maka menurut pendapat anda, setelah siklus menstruasi, apakah seorang wanita harus mengganti(mengqadha) Shalat yang ditinggalkan, Tapi Allah mewajibkan mengganti puasa pada masa hari-hari haid dan tidak mewajibkan untuk mengganti shalat.
Kemudian Imam bertanya: apa yang lebih kotor, air seni atau air mani?
Dia: Air Seni.
Imam (as): "Jadi menurut ukuran Anda, kita harus mandi (Ghusul) setelah buang air kecil karena lebih kotor, dan tidak setelah mengeluarkan air mani. Sedangkan Allah mewajibkan Mandi setelah keluar air mani dan tidak mewajibkannya setelah mengeluarkan air seni."
"Bagaimana pendapat kamu tentang seorang laki-laki yang mempunyai seorang budak. Lalu laki-laki itu menikah dan sekaligus menikahkan budaknya pada malam yang sama. Kemudian, keduanya menggauli masing-masing istrinya pada malam yang sama. Selanjutnya, keduanya melakukan perjalanan dan meninggalkan istri masing-masing di satu rumah; lalu masing-masing istrinya melahirkan seorang anak. Kemudian rumah itu runtuh menimpa mereka dan membunuh kedua wanita tersebut, sementara kedua anak itu selamat. Sekarang, menurut pendapatmu, mana dari kedua anak itu yang berkedudukan sebagai tuan dan mana yang berkedudukan sebagai budak? Mana yang sebagai pewaris dan mana yang diwarisi?"
Untuk ketiga kalinya Abu Hanifah terdiam tidak dapat menjawab pertanyaan.
Abu Hanifah menyatakan bahwa ia tidak mampu untuk memecahkan masalah tersebut dan berkata: Aku memiliki batas (dalam pengetahuan).
Dan di sini Imam Shadiq (as) mengajukan pertanyaan lain: apa pendapat Anda tentang seorang buta yang membutakan mata pria lain, dan memotong tangan yang lain, apa yang akan menjadi hukumannya?
Abu Hanifah: Saya pria dengan pengetahuan tentang sunah para nabi.
Kemudian Imam (as) bertanya: Kemudian memberitahu saya tentang pepatah Allah ketika Dia mengutus Musa dan Harun ke Fir'aun {dia mungkin ingat atau takut}. Apakah Anda berpikir bahwa "mungkin" di sini adalah masalah keraguan.
Dia menjawab: ya.
Imam (as): Anda mengatakan bahwa Allah ragu ketika ia berkata "mungkin"
Dia: Saya tidak tahu.
Kemudian Imam (as) mengatakan: Anda mengklaim bahwa Anda memiliki pengetahuan tentang Kitab Allah, dan kamu tidak berasal dari yang mewarisi (pengetahuan). Anda mengklaim bahwa Anda seorang pria yang berqiyas, dan yang pertama kali menggunakan langkah-langkah itu adalah Iblis (semoga Allah melaknatnya) karena Islam tidak dibangun di atas Qiyas. Anda mengklaim bahwa Anda memiliki pendapat Anda sendiri (Ra'yu), dan satu-satunya pendapat yang benar adalah hanya untuk Rasulullah saw. Untuk itu Allah berfirman {hakim antara mereka karena Allah menunjukkan Anda} dan Allah tidak mengatakan untuk orang lain. Anda mengklaim bahwa Anda adalah orang yang terbatas, dan siapa turun ke atas dirinya sehingga lebih layak untuk memiliki pengetahuan lebih dari Anda. Anda mengklaim bahwa Anda memiliki pengetahuan tentang sunah-sunah dari para nabi, dan nabi terakhir memiliki pengetahuan lebih banyak dari Anda.
Dan Abu Hanifah mengatakan Imam Shadiq (as): Saya tidak akan berbicara dengan ra'yu atau Qiyas dalam agama setelah ini.
Imam Jaafar Sadiq (as) menjawab: Tidak, cinta kepemimpinan tidak akan meninggalkan Anda, seperti itu juga dengan orang-orang sebelum kamu.[i]
Abu Hanifah, pemimpin mazhab Hanafi mengungkapkan kalimat indah tentang keagungan Imam Shadiq as. Abu Hanifah sendiri merupakan cendekiawan yang terkenal di masa itu. Suatu hari Khalifah Mansur yang begitu dengki dengan keagungan Imam Shadiq as mengusulkan kepada Abu Hanifah untuk menggelar ajang debat dengan Imam Shadiq. Khalifah meminta Abu Hanifah merancang pertanyaan yang sulit sehingga dengan cara itu pamor Imam Shadiq as diharapkan akan turun ketika tak bisa menjawabnya.
Abu Hanifah mengatakan, "Aku telah siapkan 40 pertanyaan yang sulit kemudian aku menemui Mansur. Saat itu Imam Shadiq as juga berada dalam pertemuan tersebut. Ketika melihatnya aku begitu terpesona hingga aku tidak bisa menjelaskan perasaanku di waktu itu. 40 masalah aku tanyakan kepada Jakfar bin Muhammad. Beliau menjelaskan masalah tersebut tidak hanya dari pandangannya sendiri namun ia mengungkapkan pandangan berbagai mazhab. Di sebagian masalah ada yang sepakat dengan kami dan sebagian bertentangan. Terkadang beliau menjelaskan pula pandangan yang ketiga. Ia menjawab 40 soal yang aku tanyakan dengan baik dan terlihat sangat menguasainya hingga aku sendiri terpesona oleh jawabannya. Harus kuakui, tidak pernah kulihat orang yang lebih faqih dan lebih pandai selain Jakfar bin Muhammad. Selama dua tahun aku berguru padanya. Jika dua tahun ini tidak ada, tentu aku celaka".
Khalifah Mansur pun merasakan posisinya makin terancam. Lalu, ia meracuni Imam Shadiq as hingga akhirnya beliau gugur syahid pada 25 Syawal 148 H.
Mengapa Imam Shadiq tidak melakukan Kebangkitan
Ada yang memperbandingkan Imam Shadiq dengan Imam Husein as dan mempertanyakan kalau ia benar-benar seorang Imam mengapa tidak melakukan kebangkitan, pertanyaan ini juga pernah terlontar dari seorang syiah yang hidup bersama beliau, menanggapi pertanyaan tersebut Imam, menunjukkan bahwa sebenarnya beliau tidak memiliki sahabat yang cukup sehingga bisa bangkit, banyak yang mengaku sebagai pengikut syiah tapi dalam aplikasinya hanya alpa. Ketika ingin bangkit tapi pendukung tidak mendukung maka hasilnya akan sia-sia sedang tindakan-tindakan lain seperti menyebarkan pengetahuan juga lebih tepat dilakukan, dan kita tahu sekarang betapa besar isi kandungan penjelasan-penjelasan yang Imam Shadiq jelaskan. Dalam hadis, tanya jawab dan lainnya.
Sahabat Imam shadiq sejati tidak berpikir lagi untuk menjalankan perintahkan yang beliau lakukan hanya bisa dihitung dengan jari, waktu itu salah satu contoh seorang syiah sejati beliau disuruh masuk kedalam api, tanpa berbicara apalagi melakukan protes orang itu masuk kedalam api, dia pun duduk disana tanpa sedikit luka atau apa, dia yakin, imamnya tidak akan memerintahkan suatu tindakan yang merugikan. Dan mengapa Imam Mahdi nanti bangkit, karena beliau memiliki sahabat sejumlah 313 orang yang memiliki kualitas ini, taat terhadap segala hal yang diperintahkan Imam padanya.
Kirim komentar