Krisis di Dunia Islam Menurut Rahbar

Krisis di Dunia Islam Menurut Rahbar

Para analis politik dan ekonomi internasional telah berkali-kali berbicara tentang posisi strategis kawasan Timur Tengah dan banyak negara menaruh perhatian serius atas setiap perkembangan di wilayah itu. Zona penting ini menyimpan cadangan terbesar minyak dan gas alam di dunia dan selalu menjadi primadona kekuatan-kekuatan arogan untuk memperlebar ekspansinya di sana. Oleh karena itu, negara-negara Timur Tengah memerlukan pemerintahan yang kuat dan stabil untuk menjaga independensi dan kepentingannya serta mencegah pengaruh asing.

 

Namun, sayangnya beberapa negara Timur Tengah sedang menyaksikan pergolakan hebat dan ketegangan politik internal. Mesir tengah bergerak menuju perang saudara dan Palestina masih terus menghadapi arogansi rezim Zionis Israel. Sementara di Irak, musuh-musuh kemanusiaan gencar mengobarkan konflik sektarian antara Syiah dan Sunni serta antara Kurdi dan Arab. Sisa-sisa anasir Partai Bath dan kelompok Takfiri dengan leluasa melancarkan serangan mematikan terhadap warga dan membunuh ratusan orang.

 

Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran atau Rahbar, Ayatullah Sayid Ali Khamenei dalam pidato terbarunya, menyoroti transformasi di Timur Tengah dan menyebutnya sebagai perkembangan yang memprihatinkan. Rahbar secara khusus mengulas pergolakan di Mesir, Palestina, dan Irak. Ayatullah Khamenei percaya bahwa selama kondisi politik Mesir tidak mencapai titik stabil, maka potensi perang saudara semakin terbuka lebar. Perang saudara akan menjadi alasan yang sangat tepat untuk intervensi kekuatan-kekuatan asing di negara tersebut, sebagaimana yang sedang berlangsung di Suriah.

 

Ayatullah Khamenei mengajak seluruh rakyat Mesir, kelompok serta tokoh-tokoh politik dan ulama untuk memikirkan dampak berbahaya dari situasi saat ini. Rahbar mengatakan, "Apakah tidak bisa dipahami pengaruh kondisi Mesir, dampak sangat berbahaya perang saudara dan efek-efek buruk lain dari kehadiran antek-antek Barat, Israel juga teroris di wilayah-wilayah dunia Islam?"

 

Ayatullah Khamenei mengecam keras pembunuhan warga sipil di Mesir dan menegaskan, "Bahasa kekerasan setiap kelompok dalam menghadapi kelompok lain benar-benar tidak ada gunanya dan jika perang saudara terjadi, maka akan tercipta alasan bagi kehadiran kekuatan asing dan rakyat Mesir akan ditimpa bencana yang besar." Rahbar lebih lanjut menyinggung pentingnya untuk memperhatikan demokrasi. Ia menuturkan, "Masalah Mesir harus diselesaikan oleh rakyat, kelompok-kelompok politik-agama, para tokoh dan ulama negara itu dan jangan memberi peluang bagi intervensi asing."

 

Di bagian lain pidatonya, Ayatullah Khamenei menyinggung penindasan rutin rezim Zionis Israel terhadap bangsa Palestina, dan mengatakan, "Salah satu musibah dunia sekarang adalah dukungan para pengklaim pembela hak asasi manusia dan demokrasi terhadap kejahatan nyata rezim Zionis." Berbicara tentang masalah dimulainya negosiasi damai pemerintah Otorita Ramallah Palestina dengan Israel, Rahbar menjelaskan, "Seperti perundingan-perundingan sebelumnya, negosiasi kali ini pun pasti akan berujung dengan diinjak-injaknya hak rakyat Palestina dan bertambahnya motivasi untuk melakukan penindasan dan kejahatan yang lebih besar."

 

Menurut Ayatullah Khamenei, salah satu petaka dunia modern adalah munculnya orang-orang yang secara terang-terangan mendukung kejahatan dan pelanggaran terhadap hak asasi manusia. Penindasan bangsa Palestina oleh Zionis akan terus berlanjut dengan dukungan Amerika Serikat dan Barat. Rahbar menambahkan, "Setelah lebih dari 65 tahun dari pendudukan Palestina, hingga sekarang penindasan dan perampasan hak-hak bangsa Palestina belum berhenti. Mereka masih menyaksikan perusakan rumah-rumah, penangkapan tanpa sebab, dan pemisahan paksa antara orang tua dan anak-anaknya."

 

Lembaga-lembaga internasional sampai sekarang juga belum mampu berbuat banyak atau justru sengaja membiarkan penindasan itu. Ayatullah Khamenei menyampaikan empati yang mendalam atas krisis Palestina dan mengatakan, dunia Islam memikul tugas penting terhadap masalah Palestina. Rahbar menandaskan, "Kami percaya bahwa dunia Islam tidak akan mengabaikan isu Palestina dan mengecam rezim penjajah dan para pendukung mereka."

 

Para pejabat Otorita Palestina telah mengikuti sejumlah perundingan dengan harapan bisa mencapai jalan damai dengan Israel. Mereka berpikir bisa mengakhiri krisis Palestina dengan mengajak Israel duduk di satu meja dan berjabat tangan. Para analis menilai perundingan damai selama lebih dari dua dekade lalu tidak membuahkan hasil apapun bagi Palestina dan bangsa-bangsa Arab, kecuali perluasan pembangunan distrik Zionis dan semakin meningkatnya tekanan Israel terhadap Palestina.

 

Washington dan Tel Aviv memanfaatkan perundingan damai itu sebagai sarana untuk menjustifikasi eskalasi penjajahan Israel terhadap bangsa Palestina. Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran mempersoalkan posisi Amerika Serikat sebagai mediator perundingan dan menegaskan, "AS secara terang-terangan memihak Zionis, dan tentunya perundingan dengan cara itu hanya akan merugikan pihak Palestina."

 

Konspirasi Barat dan Arab Saudi juga menyasar Irak sejak negara itu memutuskan membentuk pemerintahan demokratis. Sekarang nyaris tiada hari tanpa kekerasan dan insiden berdarah di Irak. Dalam beberapa hari dan pekan terakhir, nyaris setiap hari terjadi aksi teror atau ledakan bom mobil di Irak. Sejumlah warga Irak menjadi tumbal insiden tersebut. Kelompok krisis internasional yang bermarkas di Brussel dalam laporannya menyatakan, "Kekerasan di Irak telah meningkat dan bahkan lebih buruk dari Suriah."

 

Disebutkan pula dalam laporan itu bahwa serangan Al Qaeda ke penjara Al Taji dan Abu Ghuraib, yang mengakibatkan pelarian para narapidana, serta serangan anasir Al Qaeda ke berbagai wilayah yang berpopulasi Syiah semakin memperburuk kondisi krisis Irak. Perserikatan Bangsa-Bangsa menyatakan bulan Juli sebagai fase paling berdarah di Irak dalam lima tahun terakhir. Berdasarkan pengumuman PBB, lebih dari 900 orang tewas dan 1.567 lainnya terluka hanya pada bulan Juli lalu.

 

Perdana Menteri Irak Nouri al-Maliki menuding beberapa negara Arab membantu para teroris dalam mengacaukan Irak. Tanpa menyebutkan nama negara yang dimaksud, Maliki memperingatkan mereka dan mengatakan, "Giliran mereka yang merusak kawasan ini akan tiba. Negara-negara yang ingin mengekspor tindak kejahatan ke Irak, cepat atau lambat mereka juga akan terjebak kemunkaran mereka sendiri."

 

Dalam kabel rahasia AS tahun 2009, Arab Saudi diketahui selalu mendanai operasi-operasi teror di Irak sejak tahun 2003. Selain itu, Saudi pada dekade 1980 mendukung rezim Saddam Hussein untuk menyerang Iran dengan bantuan dana dan militer. Tak heran jika kebanyakan pengamat politik menganggap Arab Saudi sebagai pendukung utama terorisme dan eksekutor kebijakan Amerika Serikat dan Barat di wilayah Timur Tengah. Dalam beberapa dekade terakhir, Saudi memainkan peran sebagai penyokong dana terbesar untuk kegiatan Al Qaeda dan beberapa kelompok militan lain.

 

Menyebut kondisi Irak saat ini sebagai kondisi yang memprihatinkan, Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran mengatakan, "Di Irak ada pemerintahan yang terbentuk dengan suara rakyat. Tapi pemerintahan itu tidak disukai oleh kubu adidaya dunia dan rezim-rezim reaksionis di kawasan." Ayatullah Khamenei menambahkan, "Serangan teror, insiden, dan pembunuhan warga sipil di Irak sudah pasti didukung secara finansial dan politik oleh sejumlah negara kawasan dan lintas kawasan untuk merusak kedamaian rakyat Irak dan supaya rakyat di sana tidak bisa menyaksikan kedamaian dan kemakmuran di negeri mereka."

 

Di bagian akhir khutbahnya, Ayatullah Khamenei mengimbau kepada para elit politik dan berbagai lapisan masyarakat Irak dari kalangan Syiah, Sunni maupun Kurdi dan Arab supaya menyadari akan akibat buruk dari konflik internal. Perang saudara akan meluluhlantakkan infrastruktur yang ada dan akan menghancurkan masa depan bangsa. (IRIB Indonesia)

Kirim komentar