Rahbar: Iman dan Persatuan, Dua Faktor Kekuatan untuk Resistensi

Rahbar: Iman dan Persatuan, Dua Faktor Kekuatan untuk Resistensi

Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Ayatollah al-Udzma Sayyid Ali Khamenei, Jum'at (9/8) dalam pertemuan yang dihadiri oleh para pejabat tinggi negara, Duta Besar negara-negara Islam, dan berbagai kalangan masyarakat menyebut iman dan persatuan sebagai dua faktor yang melandasi kegigihan bangsa-bangsa di dunia dalam melawan konspirasi musuh. Hal itu beliau sampaikan saat menyinggung berbagai peristiwa yang sengaja ditimpakan oleh bangsa-bangsa asing terhadap sejumlah negara Islam.

 Dalam pertemuan yang diselenggarakan di hari raya Idul Fitri tersebut, Ayatollah al-Udzma Khamenei mengatakan, "Berkat karunia Allah yang diiringi dengan keimanan dan persatuan, bangsa Iran selamat dari bidikan anak-anak panah beracun yang berusaha menebar pertikaian di tengah bangsa ini. Dengan percaya dan yakin akan janji-janji Ilahi, bangsa ini telah menjadikan kemajuan yang berkesinambungan sebagai bagian dari esensi gerakannya."

 

 

Seraya mengucapkan selamat hari raya Idul Fitri kepada seluruh rakyat Iran, beliau mengungkapkan bahwa puasa dan ibadah selama sebulan penuh yang dijalankan oleh bangsa ini akan mendatangkan rahmat Ilahi. Kepada para pejabat yang bertugas di pemerintahan yang baru, beliau berpesan untuk tidak melupakan dzikir dan doa serta keyakinan akan bantuan Allah dalam menjalankan tugas pengabdian berat yang mereka pikul.

"Dengan inayah dan bantuan Allah, para pejabat tinggi negara akan bisa melaksanakan tugas-tugas penting dan kewajiban yang berhubungan dengan hak-hak umum rakyat yang mereka pikul. Dengan demikian tak ada masalah yang tak bisa diselesaikan," kata beliau.

  Pemimpin Besar Revolusi Islam menjelaskan bahwa untuk memperoleh hidayah, karunia Ilahi , dan keyakinan akan janji-jani Allah kita harus mengerahkan segenap potensi yang ada dan bekerja keras.

  "Dengan bermalas-masalan dan tidak berbuat sesuatu, kita tak bisa mengharapkan rahmat Allah. Karena itu kita harus menguras pikiran, kepandaian, tenaga dan fasilitas sumber daya manusia yang besar ini," imbuh beliau.

 Menyinggung periode-periode yang dilalui oleh revolusi yang terkadang diwarnai dengan pesimisme sejumlah kalangan yang punya kepercayaan lemah akan pertolongan Allah, Rahbar menandaskan, "Di masa-masa itupun bangsa Iran menyaksikan datangnya pertolongan dari Allah. Sekarang, kondisi bangsa Iran dan negara ini lebih baik dari semua periode yang lalu."

Di bagian lain pembicaraannya, Ayatollah al-Udzma Khamenei menjelaskan kondisi dan kesulitan besar yang dihadapi negara-negara Islam khususnya di kawasan barat Asia dan utara Afrika. Menurut beliau, masalah itu sengaja ditimpakan dan dipaksakan oleh pihak-pihak asing kepada negara-negara tersebut.

"Solusi untuk mengatasi masalah dan menyelesaikan konflik itu ada di tangan rakyat. Rakyat, melalui kearifan tokoh-tokohnya dan bimbingan para pemimpin dan kaum cerdik pandainya harus mengambil keputusan sendiri supaya intervensi asing yang merugikan dan kemunafikan yang sengaja disusupkan ke tengah rakyat bisa dihentikan," kata beliau.

Seraya menjelaskan kondisi bangsa Iran yang tidak termakan oleh isu-isu pemicu konflik internal, Pemimpin Besar Revolusi Islam menegaskan, "Di Iran, para pemeluk berbagai madzhab dan beragam suku hidup berdampingan secara damai. Kubu-kubu politik dengan latar belakang berbeda bahu membahu dan berjalan bersama-sama. Konspirasi yang berusaha menebar konflik perselisihan politik, kesukuan dan madzhab di tengah bangsa ini tak bisa menimbulkan kesannya saat berhadapan dengan kekuatan iman, solidaritas dan persatuan bangsa."

Beliau menyimpulkan bahwa keimanan dan persatuan adalah dua faktor utama yang melahirkan kekuatan bagi suatu bangsa dalam perjuangan dan kegigihannya melawan anak-anak panah beracun yang hendak menebarkan benih perselisihan.

Kepada para pejabat negara, elit politik dan pemuka agama, Rahbar mengimbau untuk melakukan tindakan apa saja yang diperlukan dalam rangka memperkuat keimanan dan persatuan bangsa. Beliau menambahkan, "Andai saja para pemimpin politik dan pemuka gerakan budaya di negara-negara Islam yang sedang dilanda masalah punya perhatian yang lebih besar kepada dua masalah ini!".

Di awal pertemuan, Presiden Republik Islam Iran Hojjatol Islam wal Muslimin Dr. Hassan Rouhani dalam kata sambutannya mengucapkan selamat hari raya Idul Fitri seraya menyebutnya sebagai hari raya keteguhan, kegigihan dan penyucian jiwa.

Seraya menekankan untuk meningkatkan kekuatan bangsa dan negara, Rouhani menyebut kepatuhan kepada undang-undang sebagai langkah awal yang bisa mewujudkan solidaritas dan persatuan bangsa. "Kami berharap, dengan memperoleh kepercayaan dari parlemen, pemerintahan periode kesebelas bisa lebih cepat dapat melaksanakan pengabdiannya kepada rakyat," katanya.

ABNA

Kirim komentar