Meningkatnya Kasus Bunuh Diri di Kalangan Militer Israel
Jumlah kasus bunuh diri di kalangan militer rezim Zionis Israel terus bertambah. Koran Zionis, Haaretz pada Senin (12/8) mempublikasikan sebuah laporan baru mengenai jumlah serdadu Israel yang bunuh diri. Laporan tersebut berasal dari pusat informasi dan riset yang berafiliasi dengan Knesset (parlemen) Israel.
Menurut laporan itu, selama enam tahun terakhir tercatat 124 tentara Israel bunuh diri. Sebanyak 20 persen di antaranya baru bertugas kurang dari enam bulan dan 37 persen dari total tentara yang bunuh diri itu bukan kelahiran Palestina pendudukan (Israel).
Berdasarkan penyelidikan, pasca agresi militer rezim Zionis ke Lebanon pada musim panas tahun 2006 dan serangan militer rezim tersebut ke Jalur Gaza, banyak tentara Israel mengalami gangguan mental dan trauma sehingga sebagian dari mereka bunuh diri.
Sebelumnya, departemen peperangan Israel menyebutkan, dalam 10 tahun terakhir sebanyak 126 tentara tewas bunuh diri. Namun setelah adanya informasi rahasia dari seorang blogger bahwa sebab kematian separuh dari tentara Israel adalah bunuh diri, departemen tersebut menuai kecaman dan kemudian terpaksa merilis pernyataan baru bahwa dalam 10 tahun terakhir ini sebanyak 237 tentara Israel bunuh diri. Dengan demikian setiap bulannya rata-rata satu tentara Zionis bunuh diri.
Banyak pengamat yang berpendapat sama bahwa sebab kematian separuh dari jumlah tentara Israel yang tewas adalah bunuh diri, bahkan sejumlah data lain menyebutkan setiap pekannya sedikitnya dua tentara Zionis bunuh diri.
Sementara itu, hasil penelitian lembaga-lembaga sosial di Israel menunjukkan meningkatnya kasus bunuh diri bukan hanya terjadi di antara tentara Zionis melainkan juga di kalangan sipil. Berdasarkan data terbaru, per hari rata-rata dua warga Israel bunuh diri. Hal itu menunjukkan parahnya krisis sosial di Palestina pendudukan.
Kekalahan beruntun yang dialami pasukan Israel dalam memerangi Gerakan Muqawama Islam Lebanon (Hizbullah) dan gerakan-gerakan Muqawama Palestina telah melemahkan semangat mereka. Lari dari program wajib militer dan bunuh diri adalah bagian dari dampak kegagalan tersebut.
Kini militer rezim Zionis tengah menghadapi krisis parah dan kian hari krisis tersebut semakin mengkhawatirkan. Berdasarkan data yang dipublikasikan oleh sumber-sumber Israel, jumlah tentara Zionis yang lari dari tugasnya dan remaja Israel yang tidak bersedia mengikuti wajib militer terus meningkat dan pada tahun 2012 jumlahnya mencapai ribuan orang. Menurut data militer Israel, dalam beberapa tahun terakhir lebih dari 40 persen yang seharusnya ikut wajib militer tetapi menolak untuk mengikutinya.
Keputusasaan militer rezim Zionis tentang masa depan mereka, janji-janji palsu para pejabat rezim tersebut dan kekalahan berturut-turut dalam memerangi gerakan-gerakan Muqawama Islam di Lebanon dan Palestina pada tahun 2006, 2009 dan 2012 merupakan sejumlah faktor yang melemahkan semangat mereka sehingga banyak remaja Israel yang menolak untuk bergabung dengan militer.
Sementara itu, mayoritas tentara yang dipaksa aktif di militer kecewa terhadap kebijakan militerisme para pejabat Tel Aviv sehingga mereka akan menggunakan kesempatan yang ada untuk melarikan diri dari tugas-tugasnya.
Meningkatnya krisis di kalangan militer Israel telah menimbulkan kekhawatiran bagi para pejabat rezim Zionis. Pasalnya militer adalah salah satu pilar utama untuk memajukan kebijakan ekspansionis rezim tersebut.
Salah satu cara yang ditempuh oleh para pejabat Tel Aviv untuk menutupi kekalahannya dan mengembalikan semangat militernya adalah menebar ancaman terhadap negara-negara di kawasan, termasuk ancaman agresi militer ke Lebanon dan Suriah. Akan tetapi melihat kenyataan yang dihadapi militer Israel, maka ancaman tersebut tak ubahnya sebuah perang urat syarat dan gertakan belaka. (IRIB Indonesia/RA/NA)
Kirim komentar