Pena dan Perjuangan Malala Yousafzai

Pena dan Perjuangan  Malala Yousafzai

Malala Yousafzai, gadis Pakistan yang sekitar Sembilan bulan lalu
kepalanya pernah ditembak oleh kelompok Taliban karena menyuarakan tuntutan
agar anak perempuan juga memperoleh hak untuk mendapatkan pendidikan, akhirnya berbicara
di PBB. Ini merupakan penampilan perdana Malala pasca mendapat perawatan medis.

Sebuah perjuangan dengan pena, dengan tulisan, sebuah penyemangat bahwa kita dengan pena kita pun bisa bergerak dan mengerakkan, menggetarkan dunia, menyuarakan keadilan seantero dunia.

Berpakaian pink
dengan kerudung warna senada, Yousafzai menghadiri acara International Youth
Assembly di New York, Amerika Serikat. Gadis yang tengah merayakan ulang
tahunnya ke 16 tersebut juga mengenakan syal berwarna putih yang dililitkan di
lehernya.

 

Syal tersebut
dulunya milik mantan Perdana Menteri Pakistan Benazir Bhutto yang dibunuh pada
2007 setelah kembali dari pengasingan.

 

"Mari kita
ambil buku dan pena kita. Itu adalah senjata kita yang paling kuat. Satu anak,
satu guru, satu pena dan satu buku bisa mengubah dunia. Pendidikan adalah
satu-satunya solusi," kata Yousafzai di Markas PBB, New York, seperti
dilansir oleh Reuters, Jumat (12/7/2013) waktu setempat.

 

Nyali Yousafzai
sama sekali tidak surut. Ia mengaku tidak akan pernah berhenti memperjuangkan
hak pendidikan warga.

 

"Saya
ingin pendidikan bagi putra dan putri Taliban dan semua teroris dan ekstremis.
Bahkan saya tidak membenci talib yang menembak saya," ucapnya.

 

Ia
mengungkapkan pengalamannya saat ditembak oleh Taliban dalam jarak dekat
setahun yang lalu. Sama sekali tidak tampak ketakutan dalam nada bicaranya.

 

"Mereka
menembak teman-teman saya juga. Mereka mengira bahwa peluru akan membungkam
kami. Tapi mereka gagal dan keluar dari keheningan yang datang ribuan
suara," katanya disambut sorak-sorai dari para siswa yang berkumpul di
aula PBB itu.

 

Yousafzai
didampingi General Sekretaris PBB, Ban Ki-moon menandatangani petisi untuk
mendukung 57 juta anak di seluruh dunia yang tidak bisa pergi ke sekolah.
Petisi ini menuntut para pemimpin dunia untuk mendanai guru-guru baru, sekolah
dan buku dan akhir pekerja anak, perkawinan dan perdagangan. Selain Yousafzai,
petisi tersebut juga ditandatangani oleh 4 juta pelajar lainnya.

 

Ban mengatakan
bahwa PBB berkomitmen pada tahun 2015 semua anak harus dapat bersekolah. Mereka
tidak boleh kehilangan hak pendidikannya tersebut.

 

"Tidak ada
anak harus mati untuk pergi ke sekolah. Harus takut guru untuk mengajar atau
anak-anak takut untuk belajar. Bersama-sama, kita ikuti jejak ini gadis muda
pemberani, Malala." katanya.

 

Malala, lahir pada 12 Juli 1997, adalah seorang
siswi yang berasal dari Kota Mingora, Kabupaten Swat, Provinsi
Khyber-Pakhtunkhwa, Pakistan. Ia merupakan seorang aktivis muda yang vokal
melawan Taliban untuk memperoleh hak pendidikan bagi anak-anak perempuan.

 

Gadis ini tinggal dan bersekolah di lingkungan
yang dikuasai Taliban, kelompok militan yang ingin menerapkan hukum syariat di
Pakistan. Taliban melarang perempuan bersekolah. Mereka bahkan memaksa agar
sekolah-sekolah perempuan ditutup. Jika tidak, mereka akan menghancurkan
sekolah-sekolah tersebut. Hal ini menarik Malala untuk memperjuangkan hak
pendidikan para perempuan.

 

Pada 9 Oktober 2012, Taliban melakukan serangan
terhadap Malala. Dia ditembak. Upaya pembunuhan ini dilakukan Taliban saat
Malala berada dalam sebuah bus. Dia terkena
tembakan di bagian kepala dan leher.
Peluru
bersarang di tengkoraknya. Malala pun dilarikan ke rumah sakit setempat, lalu
kemudian ke Rumah Sakit Queen Elisabeth di Birmingham, Inggris. Beruntung, nyawa Malala bisa diselamatkan.

 

Pelaku
penembakan Malala merupakan seorang komandan Taliban Pakistan yang dikenal
kejam, Maulana Fazlullah. Dia bersama anak buahnya menguasai Lembah Swat,
tempat kelahiran Malala. Mereka bahkan pernah meledakkan sekolah anak perempuan
dan mengeksekusi di depan publik dengan kejam.

 

Atas perjuangannya tersebut, yang bahkan nyaris
mengorbankan nyawanya. Malala masuk dalam bursa calon peraih Nobel Perdamaian
2013. Pencalonan nama-nama kandidat peraih Nobel Perdamaian dilakukan pada
Jumat 1 Februari 2013. Selain Malala, sejumlah aktivis blok Komunis masa perang
dingin masuk nominasi. Peraih penghargaan ini sendiri akan diumumkan pada
Oktober mendatang.

 

"Penghargaan untuk Malala bukan hanya
tepat waktu dan pas untuk meraih penghargaan hak asasi manusia dan demokrasi,
tapi juga akan membuat anak-anak dan pendidikan berada pada agenda perdamaian
dan konflik," kata kepala Peace Research Institute of Oslo, Kristian Berg
Harpviken, dalam pengumuman para nominasi, di Oslo, Norwegia.

 

Pena dan Perjuangan  Malala Yousafzai

Jumat 12 Juli 2013, Malala berpidato di Majelis Umum PBB dan menyerukan pendidikan
global bagi seluruh anak di dunia tanpa kecuali. PBB menyatakan 12 Juli, hari
kelahirannya, sebagai Hari Malala. Berikut ini teks lengkap pidato Malala yang
menyentuh dan beberapa kali terhenti oleh gemuruh tepuk tangan hadirin itu:

 

 

 

Bismillah Arrahman Arrahim

 

Atas nama Tuhan yang maha pengasih dan
penyayang.

 

Yang terhormat Sekjen PBB Bapak Ban Ki
Moon, Yang terhormat Presiden Majelis Umum PBB Bapak Vuk Jeremic, Yang
terhormat Utusan Khusus PBB untuk Pendidikan Global, Bapak  Gordon Brown

 

Para tetua dan saudara saudara: Assalammualaikum.

 

Hari ini adalah kehormatan bagi saya
untuk bisa bicara lagi setelah sekian lama. Berada di sini, di antara hadirin
yang mulia, adalah momen yang luar biasa dalam hidup saya.

 

Saya juga merasa amat terhormat hari ini
karena saya mengenakan syal dari Benazir Butho yang telah syahid.

 

Saya tidak tahu harus mulai dari mana
pidato ini. Saya tidak tahu orang mengharapkan saya bicara apa.
Pertama-tama,  terimakasih Tuhan, karena kita semua diciptakan sama.
Terimakasih juga pada semua orang yang telah berdoa untuk kesembuhan saya yang
cepat, dan hidup saya yang baru.

 

Saya tidak bisa percaya betapa besar
cinta yang diberikan pada saya. Saya menerima ribuan kartu ucapan semoga cepat
sembuh dari seluruh penjuru dunia.

 

Terimakasih untuk semuanya. Terimakasih
untuk anak-anak yang dengan dunianya yang polos menguatkan saya. Terimakasih
untuk para tetua yang doanya menguatkan saya.

 

Saya juga ingin berterimakasih pada
para  perawat, dokter dan staf rumah sakit di Pakistan dan di Inggris,
yang telah merawat saya. Juga terimakasih pada pemerintahan Uni Eropa yang
telah membantu saya sembuh dan menemukan kembali kekuatan saya.

 

Saya sepenuhnya mendukung  inisiatif
Sekjen PBB Ban Ki Moon yakni  Global Education First Initiative. Juga
kerja-kerja Utusan Khusus PBB Gordon Brown dan Presiden Majelis Umum PBB Vuk
Jeremic. Saya berterimakasih pada kepemimpinan mereka dan pada upaya mereka
untuk terus menerus membantu dan memberi. Mereka juga terus menerus memberikan
inspirasi agar kita terus bekerja.

 

Saudara saudariku, ingatlah satu hal,
Hari Malala bukanlah hari saya. Hari ini adalah hari ketika semua perempuan,
anak laki-laki dan anak perempuan,  yang telah bersuara untuk hak mereka.
Ada ratusan aktivis HAM dan pejuang sosial yang tak hanya bicara untuk diri
mereka tapi juga berjuang untuk mewujudkan perdamaian, pendidikan dan
kesetaraan.

Ada ribuan orang yang dibunuh teroris, dan jutaan orang cedera. Saya hanya
salahsatu dari mereka.

Pena dan Perjuangan  Malala Yousafzai

ABNA

Kirim komentar