Krisis Pangan di Suriah dan FAO

Krisis Pangan di Suriah dan FAO

Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) serta Program Pangan Dunia (WFP) mulai menunjukkan sinyal tanda bahaya keamanan pangan di Suriah dan menyatakan, sanksi ekonomi dan perang membuat jutaan warga di negara ini menghadapi kesukaran pangan.

 

FAO dan WFP dalam statemen bersamanya menginatkan bahwa empat juta warga Suriah tidak memiliki kemampuan menyiapkan atau memproduksi bahan makanan secara cukup dan keamanan pangan mereka terancam.

 

Menurut para pengamat FAO, produksi pertanian dan peternakan di Suriah dalam satu tahun terakhir mengalami kerugian besar dan jika perang berlanjut maka prospek di tahun 2014 akan semakin buruk.

 

FAO baru-baru ini mengajukan permintaan dana segera sebesar 41,7 juta dolar untuk membantu sekitar 768 ribu warga Suriah, namun sampai saat ini organisasi tersebut belum berhasil dan hanya mendapat sekitar 3,3 juta dolar.

 

Pemerintah Barat dan sejumlah negara Arab yang memiliki kekayaan berlimpah terus mengobral klaim bantuan kemanusiaan kepada rakyat Suriah, namun mereka justru menunjukkan sikap pasif dalam hal ini. Sebaliknya mereka malah aktif dalam menyalurkan bantuan finansial dan sejata dalam jumlah besar kepada para teroris di Suriah dan membuat kelompok radikal ini semakin buas merusak dan membantai rakyat tertindas Suriah.

 

Pemerintah Barat dan sejumlah negara Arab pro mereka tidak hanya puas melakukan langkah ini, bahkan mereka tak segan-segan menjatuhkan sanksi ekonomi kepada Suriah dan menunjukkan permusuhan hebatnya kepada rakyat negaraini. Hal ini menunjukkan bahwa mereka beserta kelompok bayarannya (teroris Suriah) tak segan-segan melakukan kejahatan apa pun terhadap rakyat Suriah.

 

Terbongkarnya kinerja buruk pemerintah Barat dan kelompok bayarannya terhadap Suriah kian menelanjangi kedok mereka dan tujuannya di Damaskus. Sikap mereka ini praktisnya membahayakn jiwa rakyat Suriah dan masa depan negara ini serta bakal menghancurkan Damaskus. Ini adalah realita yang juga diakui oleh sejumlah pengamat Barat.

 

Terkait hal ini, Michael Cadesky, ketua lembaga riset LLP Kanada beberapa waktu lalu mengatakan, "Tujuan utama Barat adalah menghancurkan sebuah bangsa. Melakukan pembunuhan massal terhadap sebuah bangsa, merusak ekonomi mereka dan mengobarkan krisis kemanusiaan di sana."

 

Disebutkan bahwa kelompok teroris Suriah selain membunuh warga dan militer juga menarget pusat-pusat ekonomi serta infrastuktur di negara ini. Akibatnya Suriah menderita kerugian besar di sektor infrastruktur dan ekonomi.Transformasi Suriah kian membongkar wajah sejati kelompok anti Suriah dan memperjelas esensi terorisme mereka serta pengabdiannya kepada asing.

 

Bagaimana pun juga Suriah kini tengah dihadapkan pada kenyataan pahit perang dengan teroris. Amerika Serikat dan sejumlah negara Eropa melalui kelompok teroris bukan saja tengah berperang dengan Suriah, bahkan perang ini lebih dari sekedar perang militer dan keamanan, namun mencakup pula perang ekonomi, finansial dan media. Hal ini juga membangkitkan kekhawatiran besar masyarakat internasional.

 

Bahkan dalam hal ini, Badan Amnesty Internasional yang menutup matanya terhadap kejahatan para teroris di Suriah beberapa waktu lalu terpaksa meminta para teroris Suriah menjaga Hak Asasi Manusia (HAM). Kelompok teroris sejak Maret 2011 dengan dukungan asing termasuk AS dan sejumlah negara Eropa, Qatar, Arab Saudi dan Turki telah memporak-porandakan berbagai kota di Suriah serta menciptakan mimpi buruk di negara ini. (IRIB Indonesia)

Kirim komentar