Abbas, Kelahiran dan Kebesarannya

Abbas, Kelahiran dan Kebesarannya

Bismillahirahmanirahim

Allahumma shali ala Muhammad wa Ali Muhammad

Dalam sejarah kita lihat bahwa ketika sayidah Zahra masih hidup Amirul Mukminin tidak menikah dengan wanita lain, begitu juga selama masa hidup sayidah Khadijah masih hidup Nabi saaw juga tidak menikah dengan wanita lainnya.

Setelah kepergian Fatimah Zahra Imam Ali menikah dengan beberapa wanita, salah satu pernikahan beliau dilakukan dengan cara demikian, suatu hari beliau datang ke saudaranya yang bernama Aqil, saudara Imam Ali ini adalah seorang ahli nasab, inilah mengapa Imam Ali datang kepadanya walaupun Imam Ali sendiri lebih berilmu dibanding manusia selain Nabi saaw tentunya tapi hal ini bisa kita bahas ditempatnya sendiri,  Imam Ali berkata, saya ingin mengetahui kabilah yang paling berani dari kabilah-kabilah arab sehingga aku bisa memilih calon istri dari kabilah tersebut, Aqil mulai melakukan perhitungan dan analisa akhirnya dia temukan seorang wanita dimana ayah, kakek, ayah dari kakek sampai kebeberapa kakek baik dari ayah maupun ibu adalah tokoh pemberani dan pahlawan dimata bangsa Arab. Wanita itu adalah Fatimah al-Kilabiyyah. Imam Ali menikah dengan seorang wanita dimana wanita tersebut dipilihkan oleh saudara yang terkenal sebagai ahli nasab, hasil dari pernikahan ini lahir empat orang anak, semua anak dari Fatimah Al-Kilabi laki-laki, anak pertama bernama Abbas, dari pihak ayah tidak ada keraguan bahwa Ali bin Abi Thalib adalah seorang pemberani Arab waktu itu dan dari sisi ibu, Fatimah Kilabiyyah dipilih oleh Imam Ali dari kabilah dimana kakek-kakeknya adalah seorang pemberani dan kuat, jadi tidak perlu ada keraguan terkait keberanian dari Abbas bin Ali Bin Abi Thalib. Tidak aneh kalau anak-anak laki-laki dari Ummul Banin menjadi anak istimewa bagi masyarakat Madinah Munawarah, sebenarnya walaupun seorang wanita tapi ibu Abbas ini dikenal sebagai seorang pemberani dimata Arab, dan karena anak-anaknya yang istimewa orang-orang Arab waktu itu memberinya gelar Ummu Banin yakni ibunya anak-anak laki-laki karena banin adalah jamak dari ibnu, ini mengisyaratkan bahwa empat anak ini adalah anak yang jauh lebih menonjol dibandingkan anak laki-laki kebanyakan.

Pada perkembangannya setelah dewasa Abbas pun menikah, dari pernikahan Abbas bin Ali ini lahir beberapa anak, disini para ahli sejarah ada perbedaan pendapat, namun pendapat yang masyhur mengatakan bahwa anak Abbas ada dua, keduanya anak laki-laki, yang pertama bernama Fadhl dan anak kedua bernama Ubaidullah. Karena alasan inilah Abbas lebih terkenal dengan panggilan Abul Fadzl Abbas, Abbas syahid pada saat membela Islam, menjaga agar islam tetap jaya, membela wilayah dan keimamahan, ketika berumur 34 tahun. Pemakaman Abul Fadl Abbas terletak berdekatan dengan pemakaman saudaranya Husain bin Ali as, di Karbala Irak. Beliau lahir tahun 28 H pada tanggal 4 Sya’ban dan meninggal tahun 61 H bersama Imam Husain as dan sahabat-sahabat Imam Husain. Demikianlah sejarah singkat kelahiran Abbas hingga beliau menjemput anugrah syahadah.

Sekarang ketika kita ingin meneliti kebesaran Abul Fadzl Abbas. Sebenarnya ada banyak hal yang bisa kita utarakan disini namun jelas hal itu tidak mungkin karena kita dibatasi oleh waktu yang begitu sempit.

Jadi untuk sementara kami cukupkan dengan dua penjelasan yang sudah disampaikan oleh Maksumin, diutarakan oleh seorang hujjah Allah, orang yang dipercaya langsung oleh Allah.

Salah satu pernyataan itu dapat kita lihat di kitab Bihar jilid 44 hal 298. Kandungan hadis ini juga dinukil oleh syeikh Saduq.

Setelah beberapa tahun dari tragedi Asyura, Imam Ali Zainal Abidin berjalan bersama beberapa sahabat beliau disebuah gang, pada perjalanan beliau bertemu dengan Ubaidullah putra Abbas, disana putra Abbas sedang asik bermain, pada saat Imam Zainal Abidin melihat putra Abbas ini tampak benar bahwa tragedi Karbala mengiang jelas dalam benak beliau. Karenanya beliau menghadap kearah para sahabat beliau dan berkata, hari terburuk bagi Nabi saaw adalah perang Ukhud, dimana diwaktu itu Hamzah bin Abdul Muthalib syahid dan dihina oleh musuh-musuh islam, hari terburuk setelah itu adalah pada saat perang Mut’ah, dimana dihari itu paman Imam yang bernama Ja’far syahid dimedan Perang, Ja’far bin Abi Thalib dipotong tangannya oleh musuh-musuh Allah, setelah itu imam Ali Zainal Abidin meneruskan bahwa seburuk-buruknya Hari Uhud dan hari Mut’ah tidak ada hari yang lebih buruk dibandingkan hari kesyahidan Ayahku,  sungguh Abbas telah menjadi relawan islam, berkorban untuk Islam, Abbas yang telah dipotong tangannya kini diberi sayap oleh Allah sehingga dia terbang bersama para Malaikat di Surga seperti sudah diberikan pada pamanku Ja’far bin Abi Thalib, dimana ketika itu Nabi saaw berkata “Kini aku melihat Ja’far, kini Allah telah menganugrahkan dua sayap baginya, dan menggunakan sayap tersebut, ia terbang di Surga Allah, karena ucapan inilah sehingga Ja’far terkenal dengan sebutan Ja’far Thayar,  Imam Zainal Abidin berkata Wainna lil Abbasi Allah aza wajalla yaghbithu jamiu syuhada yaumal Qiyamah.

Kejadian kedua ketika bulan Muharam pada saat terjadinya tragedi besar Asyura, sebenarnya Umar bin Saad tidak ingin membunuh Imam Husain as tapi disisi lain dia juga sangat menginginkan tanah Rey yang dijanjikan penguasa ketika bisa membawa kepala Imam Husain as, melihat ini pimpinan Umar bin Saad tidak tinggal diam, dia memanggil Syimr kepadanya dan berkata jika Umar bin Saad menerima tugas untuk memimpin pasukan menghabisi Imam Husain maka biarkan tapi jika dia enggan atau tidak mau maka kepemimpinan pasukan sepenuhnya aku serahkan ditanganmu.

Selepas dhuhur tanggal 9 Muharam Imam Husain as sedang duduk didepan kemah, beliau terdiam disana, tiba-tiba ia disadarkan ketika debu-debu berterbangan pertanda kalau ada musuh yang sudah siap melakukan penyerangan, pada kesempatan itu Imam Husain as mengundang sauadaranya, ketika sampai disana Imam Berkata, Irkab binafsi anta ya Akhi, kembali kami tekankan disini, sesungguhnya jika tidak ada satu dalil pun yang menjadi saksi untuk mengungkapkan andil dan kebesaran Abbas maka ucapan Imam Husain ini sudah lebih dari cukup, dan disini yang berbicara adalah Imam Husain as, jelas ucapan beliau sebagai salah satu hujjatullah sangat berharga dan bisa dipercaya, berbeda dengan kita yang suka berlebih atau kurang dari takaran dalam ucap dan kalimat.

Selanjutnya Imam Husain berkata, "Ya akhi tolong tanyakan pada pasukan yang datang itu, ada keperluan apakah mereka?"

Disini kami tidak ingin membahas bagaimana Abbas menghadapi ratusan pasukan itu, apa yang dia lakukan sebagai putri dari Ummul Banin dan putra pertama dari Imam Ali dari jalur Ibu Ummul Banin. Disini kami hanya menekankan ucapan yang disampaikan Imam Husain as, ucapan yang menunjukkan kedekatan Abbas dengan imam jaman yang merupakan saudara kandungnya tersebut.

dan kembali kami sampaikan bahwa yang menyampaikan hal itu adalah Imam Husain as, salah satu imam maksum yang jauh dari dosa dan cela. Hal ini cukup menjadi dalil tentang keutamaan dari Abul Fadzl Abbas.

Billahitaufik wal Hidayah,

Wasalam

*Suparno, diringkas dari ceramah ustadz Ziayi berbahasa Persia dengan tema kelahiran Abbas.

Kirim komentar