Esensi Ghaibah Imam Mahdi

Esensi Ghaibah Imam Mahdi

Jika kita menelaah buku-buku referensi hadis, kita akan menemukan hadis-hadis yang menjelaskan tentang ghaibah Imam Mahdi as dalam jumlah yang sangat banyak. Sebelum kita membahas tentang klasifikasi ghaibah dan konsep penentuan duta dan wakil beliau, selayaknya kita mempertanyakan terlebih dahulu apa arti ghaibah dan bagaimana mungkin seorang manusia yang bersifat material dapat ghaib dari pandangan kita?; apa esensi ghaibah beliau?

Dengan demikian, pembahasan kita pada kesempatan ini akan terfokus pada dua pokok pembahasan: pertama, definisi ghaibah, dan kedua, esensi ghaibah Imam Mahdi as.

Definisi Ghaibah

Secara lenguistik, ghaibah memiliki dasar kata ghain, ya` dan ba`. Al-Ghaib adalah segala yang tersembunyi dari kita. Dalam ayat al-Quran kita membaca “yu`minûna bil-ghaib”. Artinya, mereka beriman kepada segala sesuatu yang tersembunyi dari mereka, seperti surga, neraka dan hari kebangkitan. Al-Ghaibah juga memiliki arti segala yang tersembunyi.[1]

Secara terminologis, terdapat dua definisi berkenaan dengan kosa kata tersebut:

Pertama , beliau tidak hidup di tengah-tengah masyarakat sehingga mereka tidak mampu untuk menemuinya, sebagaimana layaknya manusia biasa.

Yang jelas, definisi ini tidak dapat dibenarkan karena sangat banyak orang-orang yang pernah berjumpa dengan beliau, baik dari kalangan ulama Ahlussunnah maupun Syi’ah. Kami akan membahas hal ini (pertemuan beberapa orang mulia dengan beliau) pada pembahasan-pembahasan selanjutnya.

Kedua , tersembunyi dari pandangan manusia kapan pun beliau inginkan dan beliau hidup di tengah-tengah masyarakat umum. Oleh karena itu, beliau dapat dijumpai dan melihat kita meskipun kita tidak mengenalnya.

Esensi Ghaibah Imam Mahdi as

Ghaibah Imam Mahdi as adalah sebuah realita, bukan sekedar teori yang tidak memiliki kenyataan, meskipun seluruh sarana material tidak mampu untuk membuktikannya. Hal itu dikarenakan esensi ghaibah ini adalah sebuah esensi metafisik yang berada di luar ruang lingkup materi. Orang-orang yang pernah berjumpa dengan beliau, pertemuan tersebut selalu diakhiri dengan keghaiban beliau. Hal ini mengindikasikan bahwa ghaibah adalah suatu yang realistis.

Lebih dari itu, keghaiban beliau setelah perjumpaan-perjumpaan itu membuktikan bahwa beliau adalah seorang imam yang memiliki kemampuan luar biasa untuk mengadakan berbagai aktifitas metafisik di dunia materi ini. Bagaimana mungkin orang biasa dapat ghaib dan muncul kembali dalam sekejap mata? Dengan demikian, keghaiban beliau ini—menurut pendapat sebagian ulama—dapat dianggap sebagai salah satu mukjizat beliau. Karena definisi mukjizat—seperti telah kita bersama dalam pembahasan kenabian—adalah sesuatu yang bertentangan dengan hukum kausalitas material. Apakah keghaiban beliau bukan suatu yang bertentangan dengan hukum kausalitas material?

Terdapat arti lain berkenaan dengan esensi ghaibah ini. Yaitu, Imam Mahdi as “mengelabui” mata umat manusia sehingga mereka tidak melihatnya. Dan hal ini bukanlah suatu hal yang aneh bagi para wali Allah yang memiliki kemampuan untuk melakukan apa saja di alam dunia ini.

Jika kita merujuk kepada sejarah, hal itu pernah dilakukan oleh Rasulullah saw ketika para pembesar Quraisy mengepung rumah beliau dengan tujuan untuk membunuhnya pada peristiwa Lailatul Mabît. Ketika keluar dari rumah, beliau menaburkan debu di hadapan mereka dan mereka tidak dapat melihat beliau.[2]

Secara global, ghaibah Imam Mahdi dapat diklasifikasikan dalam dua klaisifikasi besar:

Pertama, ghaibah shugra (kecil, pendek).

Kedua, ghaibah kubra (besar, panjang). (imamalmahdi)


[1] Lihat pembahasan mendetail tentang hal ini di dalam buku Lisân al-Arab, jilid 10, hal. 151-153.

Kirim komentar