Saleh Lapadi : Peringatan Allah dalam Al-Quran: Sedih Akibat Kehilangan

Saleh Lapadi : Peringatan Allah dalam Al-Quran: Sedih Akibat Kehilangan

Allah Swt berfirman, "Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri." (QS. al-Hadid: 22-23)

 

Sudah menjadi sifat manusia tidak dapat menerima bila nikmat yang berada di tangannya kemudian diambil atau tidak sampai kepada apa yang diinginkannya dan secara alami ia kemudian merasa sedih. Sifat seperti ini, sekalipun pada pandangan pertama terlihat alami dan biasa, dimana masyarakat juga tidak melihatnya sebagai sesuatu yang buruk, tapi Allah Swt telah memperingatkan manusia tentang masalah ini. Allah mengingatkan manusia dalam surat al-Hadid ayat 22-23.

 

Begitu juga dalam surat Ali Imran ayat 153. Setelah menjelaskan kondisi sulit yang dihadapi umat Islam akibat kalah dalam Perang Uhud dan sebagian umat Islam yang lari dari medan perang, kelanjutan ayat ini menyinggung tentang tidak perlu terlalu bersedih akibat kehilangan sesuatu dan tidak sampai kepada yang diinginkan. Pada dasarnya, Allah Swt ingin menambahkan kapasitas semangat umat Islam bahwa sekalipun di medan perang kalian mengalami kekalahan, tapi tidak perlu bersedih dan tunjukkan sikap tegar. Mereka harus tahu bahwa Allah Swt Maha Mengetahui kesedihan dan kesulitan yang dihadapi.

 

Dalam surat al-Hadid ayat 22-23, Allah Swt juga memberikan pencerahan bahwa setiap peristiwa dan musibah terjadi dengan sepengetahuan-Nya dan semua itu merupakan kehendak Allah untuk menciptakan kemampuan menanggung penderitaan dalam jiwa manusia, sehingga mereka dapat mencapai maqam ridha, dimana mereka ridha dengan segala apa yang terjadi pada dirinya. Hasilnya, mereka tidak akan menyesali apa yang diambil darinya dan begitu juga tidak terlalu gembira dengan apa yang diraihnya. Tapi yang mereka harus ketahui adalah apa saja yang diambil darinya akan digantikan oleh Allah di akhirat dan akan diberikan kepada mereka. Sementara mereka harus berterima kasih kepada Allah Swt atas apa yang diberikan kepadanya. Sebagai ungkapan syukur manusia kepada nikmat Allah Swt adalah melaksanakan kewajiban yang diperintah-Nya.[1] Dalam hal ini, tidak boleh lagi ada penyesalan atau kegembiraan berlebihan dalam diri umat Islam.

 

Saat ini, mengajak manusia memperhatikan peringatan ilahi ini sangat bermanfaat ketika terjadi musibah atau bencana alam yang menimpa manusia dimana mereka mengalami kerugian materi dan jiwa. Karena peringatan ilahi ini dapat memperkuat semangat mereka untuk lebih tegar dan sabar. (IRIB Indonesia / Saleh Lapadi)

 

Sumber: Hoshdar-ha va Tahzir-haye Qorani, Hamid Reza Habibollahi, 1387 Hs, Markaz-e Pajuhesh-haye Seda va Sima.

Kirim komentar