Ulama dan Kebangkitan Islam dalam Perspektif Rahbar
Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah Al-Udzma Sayid Ali Khamenei menyatakan, "Para ulama dan pemuka agama yang punya pengaruh lebih besar memikul tanggung jawab yang berat. Mereka mesti menjelaskan kepada rakyat apa yang akan dilakukan, di manakah posisi mereka saat ini, apa yang harus dilakukan, dan siapakah musuh-musuh mereka. Pertahankanlah rakyat untuk selalu arif dan sadar. Jika terlaksana, tak ada yang bisa mengganggu mereka."
Musuh mengkhawatirkan ungkapan kata ‘Kebangkitan Islam'. Karena itu, mereka berusaha keras supaya kata ‘Kebangkitan Islam' tidak digunakan untuk menyebut gerakan agung ini. Sebab, mereka akan terguncang saat menyaksikan Islam muncul dalam bentuk yang sesungguhnya. Kebangkitan Islam telah menjadi kenyataan yang nyaris dapat disaksikan di seluruh negara Islam. Hal ini dikemukakan Rahbar pada Konferensi Internasional Ulama dan Kebangkitan Islam yang digelar pada tanggal 29 April 2013 di Tehran. Konferensi itu mengundang ratusan ulama, cendikiawan dan tokoh agama dunia Islam.
Dalam perspektif Rahbar, kebangkitan Islam adalah kenyataan yang berada di puncak list isu di dunia dan umat Islam dan sekarang indikasinya sudah dapat diraba dan dirasakan. Beliau mengatakan, "Indikasi paling jelas kebangkitan Islam adalah kecenderungan opini publik khusus di kalangan pemuda untuk menghidupkan kembali keagungan dan kebesaran Islam dan peningkatan wawasan mereka terhadap esensi imperialisme internasional serta terkuaknya wajah buruk, bengis dan penjajah negara-negara, juga kekuatan yang ingin menjadikan eksistensi bangsa-bangsa sebagai korban ketamakan sadis dan penjajahan mereka."
Sekarang kebangkitan Islam telah sampai pada tahap yang sensitif dan determinan dan muncul tuntutan mendesak agar seluruh peluang dan tantangan yang dihadapi dibahas secara mendalam. Mengingat para cendikiawan dunia Islam khususnya para ulama memiliki peran poros dalam memajukan gerakan kebangkitan Islam, mereka memiliki tanggung jawab yang lebih berat dalam hal ini. Sekarang aktivitas ilmiah dan kesepahaman antarulama dan peran mereka sebagai pembimbing, akan menjaga gerakan kebangkitan itu tetap di jalan yang benar.
Di sisi lain, masyarakat Muslim juga mengharapkan mereka mengambil sikap tegas dan serius dalam menghadapi penyimpangan, perselisihan dan friksi antarmazhab, serta mengantarkan gerakan ini ke tujuannya yang tinggi. Oleh karena itu, Konferensi Internasional Ulama dan Kebangkitan Islam ini digelar guna menyediakan panggung pertukaran pikiran dan dialog rasional antarulama dari berbagai mazhab Islam.
Ulama dan para cendikiawan Islam adalah orang-orang pertama yang mengenal kapasitas tinggi agama Islam dan mengetahui berbagai masalah serta keterbekalangan yang dihadapi umat Islam. Melalui identifikasi ancaman serta serangan dunia imperialis dan penjajah, mereka menekankan pentingnya kebangkitan Islam untuk menghidupkan kembali peradaban besar Islam.
Rahbar mengatakan, " Di sini para ulama dan pemuka agama yang punya pengaruh lebih besar memikul tanggung jawab yang berat. Mereka mesti menjelaskan kepada rakyat apa yang akan dilakukan, di manakah posisi mereka saat ini, apa yang harus dilakukan, dan siapakah musuh-musuh mereka. Pertahankanlah rakyat untuk selalu arif dan sadar. Jika terlaksana, tak ada yang bisa mengganggu mereka."
Lebih lanjut Rahbar mengatakan, "Kami katakan bahwa perlu dilakukan patologi. Selain patologi, tujuan dan cita-cita juga harus dijelaskan. Jika tujuan tidak jelas, yang muncul adalah kebingungan dan ketidakjelasan arah. Karenanya, tujuan harus dijelaskan. Salah satu tujuan terpenting dari kebangkitan ini adalah keterbebasan dari belenggu hegemoni arogansi global. Ini harus diungkapkan dengan jelas dan terbuka. Salah jika ada yang beranggapan bahwa kubu arogansi pimpinan Amerika Serikat (AS) mungkin bisa menerima keberadaan gerakan Islam."
AS dengan segenap kemampuannya akan berusaha melenyapkan Islam, keislaman, dan para pendukung Islam, tapi dengan tetap menyungging senyuman di luar. Tak ada pilihan bagi gerakan-gerakan Islam kecuali memperjelas batas-batas pemisah mereka [dari arogansi]. Saya tidak meminta mereka berperang melawan Amerika, tapi saya katakan adalah bahwa mereka harus mengenal dengan benar posisi Amerika dan arogansi Barat yang ada di hadapan mereka. Jika tidak bisa mengidentifikasi, mereka pasti akan termakan tipuan."
Menurut beliau, "Hari ini, arogansi global menggunakan uang, senjata dan sains untuk menguasai dunia. Tapi mereka berada dalam kevakuman pemikiran dan krisis panduan. Kesulitan besar ini sekarang tengah dirasakan oleh kubu arogansi global. Tak ada ide baru yang dapat mereka perkenalkan kepada umat manusia. Tak ada pemikiran yang dapat mereka tunjukkan kepada masyarakat umum, maupun kalangan elit dan cendekiawan. Tapi kalian punya. Kalian punya Islam. Jika sudah memiliki pemikiran dan peta jalan, kita bisa menentukan tujuan dan resistensi memperjuangkannya. Saat itulah sarana senjata, uang dan sains yang dimiliki Barat tidak lagi berpengaruh seperti dulu, walaupun tentunya juga bukan tanpa kesan sama sekali. Kita harus memikirkan masalah ini -jika ada waktu yang cukup saya akan membahasnya-. Tapi yang menjadi prioritas adalah bahwa kita punya pemikiran, peta jalan dan ideologi. Kita mesti tahu apa yang hendak kita lakukan."
Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran menegaskan bahwa tujuan harus ditentukan. Salah satu tujuan penting yang harus diperhatikan dalam gerakan kebangkitan adalah jangan sampai Islam tersingkirkan dari posisinya sebagai poros. Islam, pemikiran Islam dan syariat Islam harus menjadi poros. Ada upaya gencar yang sedang dilakukan untuk mengesankan bahwa syariat Islam tidak sejalan dengan kemajuan, perkembangan dan peradaban. Ini kata-kata yang ditebar musuh. Tidak benar. Islam sangat sesuai dengan itu.
Memang di tengah dunia Islam ada upaya dari banyak pihak yang berjiwa jumud, reaksionis dan tak punya kekuatan logika berijtihad untuk menunjukkan benarnya kata-kata musuh itu dengan berbagai cara. [Secara lahiriyah] mereka ini Muslim, tapi yang mereka lakukan adalah melayani kepentingan musuh. Di sekitar kita, di sejumlah negara Islam ada orang-orang seperti ini. Mereka menyandang nama Muslim tapi sama sekali tak memiliki pemikiran dan pandangan baru yang diilhami dari ajaran Islam. Islam milik dunia selamanya dan sepanjang masa.
Islam relevan dengan semua periode kemajuan manusia. Islam menjawab semua kebutuhan. Otak pemikir yang mampu memahami jawaban Islam atas semua persoalan harus mencari jawabannya. Sebagian orang hanya bisa mengkafirkan dan melontarkan tudingan fasik [kepada pihak lain] sambil mengaku diri sebagai Muslim. Tak jarang, orang-orang seperti itu pada akhirnya terbukti punya hubungan dengan kaki tangan musuh. Kita harus menjadikan syariat Islam dan pemikiran Islam sebagai poros. Ini salah satu tujuannya.
Tujuan lainnya adalah membentuk sistem. Jika sistem tidak segera dibangun, negara-negara yang sudah memenangkan revolusi akan terancam bahaya. Di kawasan utara Afrika, kita punya pengalaman yang terkait dengan peristiwa 60 atau 70 tahun yang lalu, yakni pertengahan abad 20 Masehi. Di Tunisia terjadi revolusi; terjadi gerakan kebangkitan yang menaikkan sejumlah orang ke tampuk kekuasaan. Di Mesir juga terjadi revolusi, kudeta, dan kebangkitan yang juga menaikkan sejumlah orang ke kursi kekuasaan. Kejadian serupa juga muncul di sejumlah wilayah lainnya. Tapi tak ada yang berhasil membangun sistem. Ketika mereka tidak membangun sistem maka yang terjadi bukan hanya lenyapnya revolusi tetapi juga perubahan drastis 180 derajat pada diri mereka yang naik ke puncak kekuasaan atas nama revolusi.
Masalah penting lainnya adalah mempertahankan dukungan rakyat. Jangan sampai hubungan dengan rakyat terputus. Rakyat punya tuntutan dan kebutuhan. Kekuatan yang sesungguhnya ada di tangan rakyat. Ketika rakyat kompak, bersatu dan mendukung para tokoh dan pemimpin mereka, maka AS dan bahkan yang lebih besar dari AS pun tak akan mampu berbuat apa-apa. Rakyat harus dipertahankan untuk selalu berada di medan dan ini bisa dilakukan oleh kalian sebagai cendekiawan, penulis, penyair, dan ulama.
Masalah lainnya berkenaan dengan penempaan keilmuan generasi muda. Negara-negara Muslim harus maju di bidang sains dan teknologi. Tadi saya katakan bahwa berkat ilmu dan sains, Barat dan Amerika berhasil menguasai negara-negara lain di dunia. Artinya, salah satu alat mereka adalah ilmu. Kekayaan juga mereka dapatkan dengan ilmu. Walaupun memang, sebagian dari kekayaan mereka didapat melalui penipuan, cara licik dan permainan politik, tapi ilmu juga punya peran.
Rahbar juga menyinggung masalah persatuan dan mengatakan, "Hari ini saya katakan kepada Anda semua, saudara dan saudari sekalian! Alat yang bisa berfungsi di tangan musuh kita dan bisa digunakan dengan maksimal adalah pertikaian; pertikaian Syiah dan Sunni; konflik antar suku dan antar bangsa, serta kebanggaan atas hal-hal yang salah. Mereka terus berusaha membesar-besarkan perbedaan antara Syiah dan Sunni. Mereka berusaha menyulut pertikaian. Anda semua sudah menyaksikan konflik apa saja yang mereka sulut di negara-negara yang baru berevolusi. Di negara-negara lain, mereka juga menebar isu untuk menyulut konflik. Semua pihak harus tanggap dan sadar. Barat dan AS adalah musuh Dunia Islam. Tindak tanduk mereka harus dicermati dengan kacamata ini. Mereka terus memprovokasi dan menerjunkan agen-agen intelijennya. Di mana saja melihat celah di situlah mereka akan merusak. Dalam masalah Palestina, mereka melakukan apa saja untuk mengganggu, tapi mereka gagal. Kitalah yang maju dan Dunia Islam terus maju.(IRIB Indonesia)
Kirim komentar