Dimensi Baru Kejahatan AS di Irak

Dimensi Baru Kejahatan AS di Irak

Dimensi baru kejahatan Amerika Serikat di Irak kian tersingkap setelah satu dekade invasi ke negara itu. Sebuah majalah Inggris baru-baru ini membongkar keterlibatan CIA dan Mossad dalam meneror para ilmuwan dan intelektual Irak.

 

Politic Observermenulis, "Sejak hari kedua Baghdad jatuh ke tangan pasukan asing hingga sekarang, lebih dari 5.500 ilmuwan Irak diteror oleh Dinas Intelijen Pusat AS (CIA) dan Dinas Intelijen Israel (Mossad) serta beberapa agen lokal mereka di Irak."

 

Mossad dilaporkan secara diam-diam mengerahkan unit-unitnya untuk meneror para ilmuwan, peneliti, intelektual, dan dokter terkemuka Irak. Di samping Mossad, ada CIA yang juga memainkan peran utama dalam melakukan kejahatan tersebut.

 

Dalam operasinya, CIA diduga menawarkan kontrak kerja di Amerika kepada para ilmuwan Irak. Jika para ilmuwan menolak tawaran tersebut, maka agen-agen CIA akan mengintai mereka dan mengeksekusinya.

 

Sebuah fakta mengungkapkan, Amerika sudah membentuk sebuah tim teror untuk menjalankan operasinya di Irak. Operasi itu bertujuan membersihkan Irak dari para ilmuwan dan intelektual sehingga Washington dan Tel Aviv dapat membuka jalan bagi perusahaan-perusahaan mereka untuk berinvestasi di Irak.

 

Pada tahun 2011, sebuah laporan menyatakan bahwa Departemen Pertahanan AS (Pentagon) dan pasukan Amerika di Irak telah bekerja sama dengan agen-agen Mossad, membunuh lebih dari 550 ilmuwan dan tokoh-tokoh akademisi pasca pendudukan Irak pada April 2003.

 

"Mossad bekerja sama dengan pasukan Amerika di Irak menewaskan 350 ilmuwan nuklir Irak dan 200 dosen universitas dari tahun 2003 hingga 2008," International Reality, harian Yordania melaporkan dengan mengutip sebuah laporan rahasia yang disiapkan oleh Departemen Luar Negeri AS untuk Presiden George W. Bush.

 

"Pasukan Israel telah beroperasi di wilayah Irak sejak awal invasi, fokus kegiatan mereka adalah meneror para ilmuwan dan intelektual. Zionis melakukan itu setelah kegagalan upaya Washington untuk menarik sejumlah ilmuwan Irak agar bekerja sama dan bekerja di Amerika," kata laporan itu.

 

"Beberapa ilmuwan Irak dipaksa untuk bekerja di pusat-pusat riset di Amerika, namun sebagian besar dari mereka menolak untuk bekerja sama dalam bidang-bidang tertentu dan melarikan diri dari Amerika ke negara lain," tambahnya.

 

Laporan tersebut semakin memperjelas bahwa kejahatan Amerika sepanjang pendudukan Irak tidak hanya terbatas pada pemboman kota dan desa-desa dengan dalih melawan terorisme, tapi juga ingin menghancurkan aset berharga Irak dan sektor pendidikan. (IRIB Indonesia)

Kirim komentar