Israel Mengancam Iran Takkan Diam

Israel Mengancam Iran Takkan DiamRahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Ayatollah al-Udzma Sayyid Ali Khamenei di hari pertama tahun 1392 Hijriyah Syamsiah, Kamis (21/3) sore dalam pertemuan dengan ribuan peziarah makam suci Imam Ali bin Musa al-Ridha (as) di kota Mashhad, menjelaskan berbagai kemajuan yang diraih bangsa Iran di tahun 1391 HS yang baru saja berlalu. Beliau menegaskan bahwa bangsa Iran di tahun lalu telah membukukan banyak keberhasilan di bidang sains dan teknologi meski menghadapi propaganda gencar dan tekanan berat dari musuh-musuhnya.

 

Dalam pidatonya tersebut, Rahbar juga menerangkan berbagai topik penting seperti perundingan dengan Amerika Serikat (AS), kebijakan makro negara di bidang ekonomi dan pemilihan presiden yang akan digelar dalam beberapa bulan mendatang.

 

Di awal pembicaraannya, beliau menyampaikan ucapan selamat hari raya Nouruz dan tahun baru hijriyah syamsiah kepada rakyat Iran. Seraya menyebutkan berbagai keberhasilan dan kekurangan yang ada di tahun lalu serta menekankan bahwa evaluasi makro ini hendaknya dijadikan acuan untuk menyusun program kerja, beliau mengatakan, "Sebagaimana halnya manusia yang perlu selalu mengevaluasi kehidupan individunya, mengevaluasi masalah-masalah negara di tingkat nasional juga sangat penting. Sebab hal itu bisa menjadi pelajaran dan bisa dimanfaatkan untuk masa depan."

 Israel Mengancam Iran Takkan Diam

Pemimpin Besar Revolusi Islam mengingatkan bahwa bangsa-bangsa di dunia dan para elit di berbagai negara terus memantau perkembangan dan keberhasilan bangsa Iran untuk ikut memanfaatkan pengalaman tersebut. Tak hanya mereka, musuh juga terus mencermati keberhasilan dan kelemahan yang ada pada bangsa Iran.

 

"Untuk itu, bangsa Iran harus memiliki pandangan yang makro dan realistis serta analisa yang benar akan kondisi negara ini," ungkap beliau.

 

Menurut beliau, menganalisa kondisi dengan hanya memfokuskan pandangan kepada masalah-masalah seperti tingginya harga barang-barang, menurunnya produksi di sejumlah unit-unit produksi, dan tekanan ekonomi adalah analisa yang tidak benar dan tidak sempurna. Ayatollah al-Udzma Khamenei menandaskan, "Penilaian yang benar adalah ketika kita melihat pula berbagai kemajuan dan keberhasilan besar yang dicapai seiring dengan adanya sejumlah kelemahan dan problem. Jika itu dilakukan, maka analisa secara makro itu akan menghasilkan kesimpulan bahwa bangsa Iran adalah bangsa yang punya kebanggaan dan tangguh."

Mengenai pernyataan sejumlah petinggi AS tentang penerapan embargo yang ditujukan untuk melumpuhkan bangsa Iran, beliau menegaskan, "Di medan yang penuh dengan tantangan ini, berkat kecerdasan, bakat dan kekuatannya yang besar, bangsa Iran berhasil mengubah ancaman menjadi peluang, persis seperti sang juara di medan olahraga yang berhasil menang setelah melewati masa-masa sulit dengan kerja keras yang menguras tenaga, sehingga mengundang decak kagum semua orang. Jika kondisi Iran dianalisa dari sudut pandang seperti ini, maka yang nampak adalah bahwa bangsa Iran menang di medan yang besar ini."

 

Beliau menambahkan, "Prestasi dan keberhasilan bangsa Iran di medan yang penuh tantangan ini telah mengundang kekaguman para ilmuan yang cermat, para elit politik dan kalangan kampus berbagai negara di dunia, termasuk negara-negara yang memusuhi Iran."

 

Rahbar menyinggung sepak terjang kelompok yang tidak menyukai kemajuan bangsa Iran. Mereka, kata beliau, adalah musuh bangsa Iran yang menunjukkan penentangan terhadap kemajuan Iran dengan dua cara. Pertama, mengganggu dengan tindakan seperti mengembargo, mengancam dan menyibukkan para petinggi negara dan elit bangsa dengan masalah-masalah parsial. Kedua, dengan melakukan propaganda besar-besaran untuk menutup-nutupi keberhasilan bangsa Iran dan membesar-besarkan kelemahan yang ada.

 

Beliau menyebut tahun 1391 HS sebagai salah satu tahun yang sarat dengan aksi-aksi para penggangu bangsa Iran. "Mereka telah mengumumkan bahwa mereka ingin melumpuhkan dan menundukkan bangsa ini. Karena itu, jika rakyat Iran menghadapi semua tekanan ini dengan sepenuh jiwa dan semangat yang tinggi dengan terus melangkah meraih keberhasilan yang lebih besar, maka musuh akan kehilangan muka," tandas beliau.

 

Pemimpin Besar Revolusi Islam lebih lanjut mengajukan dua pertanyaan; Pertama, di manakah sarang utama konspirasi terhadap bangsa Iran? Kedua, siapa saja musuh-musuh bangsa Iran? Menurut beliau, sarang utama konspirasi terhadap bangsa Iran adalah AS. Dan kini, setelah 34 tahun berlalu, setiap kali disebut kata ‘musuh' maka yang langsung terbayang di benak bangsa Iran adalah AS. "Para petinggi AS harus memikirkan masalah ini dengan cermat dan bertanya pada diri sendiri, mengapa rakyat Iran akan langsung membayangkan AS ketika mendengar kata ‘musuh'?," kata beliau.

 

Mengenai siapa saja musuh bangsa Iran, Ayatollah al-Udzma Khamenei menjelaskan, "Selain AS yang memang merupakan musuh nomor wahid dan pusat konspirasi, masih ada musuh-musuh yang lain, yang salah satunya adalah pemerintah Inggris yang keji. Tapi Inggris tidak bergerak sendiri dan selalu mengekor. Negara inilah yang memainkan peran pelengkap untuk AS."

Di bagian lain pidatonya, Pemimpin Besar Revolusi Islam mengingatkan satu hal kepada pemerintah Prancis dengan mengatakan, "Republik Islam Iran tak pernah punya masalah dengan pemerintah dan rakyat Prancis. Tapi dalam beberapa tahun terakhir, khususnya di masa pemerintahan Sarkozy, pemerintah Prancis menjalankan kebijakan permusuhan terhadap pemerintah Iran dan kebijakan yang salah ini terus berlanjut sampai sekarang. Ini tindakan konyol dan bodoh."

 

Mengenai Rezim Zionis Israel beliau menegaskan, "Rezim Zionis bukan dalam kapasitas untuk dianggap sebagai musuh bagi bangsa Iran."

 

Terkait ancaman menyerang Iran yang diumbar oleh para petinggi Zionis, Rahbar menandaskan, "Jika mereka sampai melakukan kesalahan, Republik Islam Iran akan meratakan Tel Aviv dan Haifa dengan tanah."

 

Beliau menambahkan, "AS selalu menyebut segelintir musuh bangsa Iran dengan sebutan masyarakat dunia. Padahal masyarakat dunia yang sebenarnya tak pernah berpikir memusuhi Iran."

Setelah menjelaskan siapa saja musuh bangsa Iran yang sesungguhnya dan tindakan yang mereka lakukan pada tahuan 1391 HS, Ayatollah al-Udzma Khamenei mengatakan, "Bertolak belakang dengan sikap persahabatan yang diperlihatkan terhadap bangsa Iran, sejak awal tahun lalu AS menjatuhkan sanksi yang lebih berat dan lebih luas terkait perjualan minyak dan aktivitas perbankan. Apakah sikap mereka yang bersikeras melanjutkan tindakan permusuhan ini tidak layak disebut dengan permusuhan?"

 

Menurut beliau, kebijakan itu tak ubahnya bagai menyembunyikan tangan-tangan bercakar di balik sarung tangan beludru. "Tidak seperti tindakan lahiriyah yang menipu, AS sebenarnya sudah mulai bergerak secara sistematis seraya berharap dalam beberapa bulan mendatang dapat memaksa bangsa Iran bertekuk lutut di hadapan mereka dan berhenti melanjutkan aktivitas keilmuannya. Tapi yang terjadi berlawanan dengan apa yang mereka inginkan dan prediksikan," kata beliau.

 

Pemimpin Besar Revolusi Islam menegaskan, "Embargo memang berpengaruh tapi pengaruhnya tidak seperti yang mereka harapkan. Pengaruh yang ditimbulkan oleh embargo juga lebih banyak disebabkan oleh ketergantungan ekonomi kita pada sektor perminyakan. Karena itu, ke depan, pemerintah mendatang harus memprioritaskan ekonomi tanpa mengandalkan minyak."

 

Rahbar mengingatkan kembali pembicaraan beliau beberapa tahun lalu tentang keharusan menciptakan kondisi yang memberi keleluasaan kepada Iran untuk menutup sumur-sumur minyaknya tanpa menimbulkan masalah pada pengelolaan negara. Beliau mengatakan, "Saat itu, sebagian orang yang menamakan diri mereka teknokrat tersenyum sinis penuh makna mendengar kata-kata tersebut. Mereka mempersoalkan, mungkinkah itu terjadi?"

 

Beliau menandaskan, "Perekonomian tanpa minyak bisa diwujudkan dengan syarat ada perencanaan yang benar yang kemudian dilaksanakan."

 

Setelah menjelaskan langkah-langkah menyakitkan yang dilakukan musuh-musuh bangsa ini pada tahun lalu, Ayatollah al-Udzma Khamenei menyinggung tindakan musuh di bidang ekonomi, dan mengungkapkan, "Salah satu yang dilakukan musuh adalah upaya mengucilkan pemerintahan Islam. Penyelenggaraan Konferensi Tingkat Tinggi Negara-negara Gerakan Non Blok di Tehran yang dihadiri oleh para kepala negara dan pejabat tinggi Gerakan Non Blok dan kekaguman dunia atas keberhasilan Iran di bidang sains, teknologi dan ekonomi menunjukkan bahwa musuh-musuh Iran gagal total."

 

Beliau menyebut partisipasi besar rakyat Iran dalam pawai kemenangan revolusi Islam 22 Bahman yang lalu sebagai pukulan telak bangsa ini ke muka musuh dan ikrar loyalitas kepada Islam dan revolusi Islam.

 

Mengenai kegagalan musuh di bidang keamanan dan upaya yang dilakukan untuk menekan pengaruh Republik Islam Iran di kawasan, Pemimpin Besar Revolusi Islam mengatakan, "Upaya mereka gagal karena terbukti bahwa keterlibatan Iran di balik layar bisa berujung pada kemenangan dalam perang delapan hari di Gaza dan menyerahnya Rezim Zionis Israel di depan para pejuang Palestina. Musuh bahkan mengakui bahwa krisis di kawasan tak mungkin terselesaikan tanpa melibatkan Iran."

 

Menurut beliau, semua tekanan dan gangguan khususnya embargo meski menimbulkan kesulitan tapi juga membawa banyak kesan positif yang signifikan yang salah satunya dan yang terpenting adalah teraktivitasinya potensi dan bakat yang dimiliki bangsa Iran dan terlaksananya pekerjaan-pekerjaan besar dan mendasar di tahun yang lalu.

 

Lebih lanjut Rahbar menyebutkan berbagai keberhasilan besar yang dicapai di tahun 1391 HS, diantaranya penemuan sumber-sumber minyak baru, penemuan tambang uranium yang baru, pembangunan dan pengembangan pusat-pusat pembangkit dan pabrik-pabrik pengolahan minyak, pengembangan jalur transportasi, terlaksananya berbagai proyek di bidang energi, serta kemajuan di bidang sains dan teknologi, seperti keberhasilan mengorbitkan satelit Omid, pengiriman roket peneliti Pishgam dengan membawa serta mahluk hidup, pembuatan pesawat tempur super modern, pembuatan berbagai obat penting dengan komposisi baru, pencapaian peringkat pertama bidang nano teknologi di tingkat regional, keberhasilan meraih berbagai medali di berbagai lomba sains terkemuka, pesatnya pertumbuhan dan kemajuan sains, meningkatnya jumlah mahasiswa di Iran, keberhasilan di bidang sel induk, energi terbarukan dan energi nuklir, serta berbagai keberhasilan lainnya yang dicapai berkat kerja keras dan pengembangan bakat dan potensi para pemuda negeri ini di tahun 1391 HS. Padahal, musuh menyebut tahun ini sebagai tahun menundukkan bangsa Iran dengan sanksi-sanksi yang melumpuhkan.

 

"Pelajaran besar yang bisa dipetik dari keberhasilan dan prestasi-prestasi yang dicapai tahun 1391 HS adalah bahwa bangsa yang hidup tak akan pernah bisa ditundukkan dengan sanksi, tekanan dan gangguan musuh," kata beliau.

 

Ayatollah al-Udzma Khamenei menilai tahun 1391 HS sebagai ajang latihan bagi bangsa Iran untuk mengukir prestasi dan mengevaluasi kelemahan. Salah satu kelemahan adalah ketergantungan perekonomian negara kepada pendapatan minyak.

 

Selain ekonomi, permasalahan-permasalahan lain seperti keamanan, kesehatan masyarakat, kemajuan sains, serta independensi dan martabat bangsa sangat penting bagi negara. "Tahun 1391 HS membuktikan bahwa tanpa bergantung kepada AS dan kekuatan-kekuatan adidaya lainnya, bangsa Iran bukan hanya tak tertinggal tapi malah membukukan banyak keberhasilan dan kemajuan," kata beliau.

 

Di bagian lain pembicaraannya, Pemimpin Besar Revolusi Islam mengangkat beberapa topik yang terkait dengan masalah perundingan dengan AS. Pertama, adalah pesan yang berulang kali dikirim oleh para petinggi AS yang isinya bahwa mereka tidak menginginkan tumbangnya rezim di Iran.

 

"Masalah penggulingan pemerintahan Islam oleh kalian tidak pernah kami khawatirkan. Sebab, dulu ketika kalian secara terbuka mengumumkan berambisi melakukannya pun, kalian tak pernah mampu, dan ke depan pun kalian tak akan pernah bisa melakukannya," kata beliau tegas.

AS, tambah beliau, sudah berkali-kali mengirim pesan yang isinya mengajak Iran berunding. Tapi pengalaman di masa lalu tidak menyisakan harapan akan ajakan ini. AS memandang perundingan sebagai alat untuk memaksakan kehendak kepada pihak lain. Sementara Republik Islam Iran tak akan pernah tunduk kepada tekanan apapun.

 

Masalah kedua adalah bahwa AS tidak jujur dalam mengajukan usulan berunding dengan Iran. "Kita sudah berulang kali menegaskan bahwa kita tidak menginginkan senjata nuklir. Tapi AS mengaku tidak percaya. Jika demikian, mengapa kita yang harus percaya bahwa AS jujur dalam ajakannya berunding dengan kita?", kata Rahbar.

 

Beliau menandaskan, "Yang dapat kami simpulkan adalah bahwa ajakan berunding tak lebih dari taktik AS untuk menipu opini umum dunia dan rakyat Iran. Jika tidak, para petinggi AS harus membuktikan kejujuran mereka dengan tindakan."

 

Ayatollah al-Udzma Khamenei menguatkan analisa beliau dengan memberikan contoh bahwa para petinggi AS kerap mengaku berunding dengan utusan Pemimpin Revolusi Islam. Padahal, itu hanya omong kosong. Pemimpin Revolusi Islam tidak pernah menugaskan seorang pun untuk berunding dengan AS.

 

"Memang pernah terjadi beberapa perundingan dengan AS untuk kasus-kasus tertentu yang dilakukan oleh pemerintah Iran. Tapi dalam setiap perundingan itu kepada tim perunding ditekankan untuk tidak melanggar garis merah yang sudah ditentukan oleh Pemimpin Revolusi," kata beliau.

 

Masalah ketiga terkait perundingan dengan AS adalah bahwa AS tidak menginginkan proses perundingan nuklir ini berakhir. "Jika benar-benar ingin menyelesaikan isu nuklir, solusinya sangat mudah, yaitu dengan mengakui hak bangsa Iran mengayakan uranium untuk kepentingan damai," kata Rahbar.

 

Beliau menambahkan bahwa Badan Energi Nuklir Internasional (IAEA) yang mengawasi proyek nuklir Iran bisa menghilangkan kecurigaan adanya penyimpangan dalam proyek nuklir ini.

 

"Tapi berdasarkan pengamatan saya, AS tidak mementingkan masalah ini. Yang dimaukan AS adalah membiarkan isu ini tetap tak terselesaikan untuk dijadikan alasan menekan Iran dan menjatuhkan sanksi yang disebutnya melumpuhkan bangsa Iran. Tapi meski tidak mereka sukai, bangsa Iran tak akan pernah bisa dilumpuhkan," tegas beliau.

 

Di bagian akhir pembicaraannya, Pemimpin Besar Revolusi Islam mengangkat masalah pemilihan umum yang akan diselenggarakan beberapa bulan mendatang. Beliau menyebut pemilu sebagai momen sangat penting yang memperlihatkan epik politik, kekuatan pemerintahan Islam, tekad kuat bangsa dan harga diri negara. Untuk itu beliau menyeru rakyat Iran untuk menyemarakkan pemilu 14 Juni mendatang. "Partisipasi luas rakyat Iran dalam pemilu selain menjadi jaminan akan keamanan negara juga akan melumpuhkan ancaman musuh," imbuh beliau.

 

Menurut beliau, ikut ambil bagian dalam pemilu adalah kewajiban sekaligus hak bagi semua orang yang peduli dengan kepentingan bangsa dan kemerdekaan negara. Sementara menolak pemilu hanya layak dilakukan oleh orang-orang yang menentang pemerintahan Islam.

 

Ayatollah al-Udzma Khamenei mengingatkan semua pihak untuk tunduk kepada undang-undang sehingga peristiwa pasca pemilu 2009 tidak terulang lagi. "Awal terjadinya rangkaian peristiwa tahun 2009 dipicu oleh sikap sebagian orang yang tidak mau tunduk kepada aturan dan menerima suara rakyat. Mereka lantas memprovokasi massa untuk turun ke jalan-jalan dan membuat kerusuhan, dan ini kesalahan besar," kata beliau.

 

Rahbar menambahkan, "Syukur, undang-undang kita sudah memberikan aturan yang jelas jika ada keraguan atas kejujuran pemilu. Karena itu, semua pihak harus tunduk kepada hasil pilihan mayoritas rakyat."

 

Mengenai presiden mendatang beliau mengungkapkan, "Presiden yang akan datang selain harus memiliki kelebihan-kelebihan yang ada pada diri presiden saat ini juga harus menjauhi kelemahan-kelemahannya."

Karena itu, lanjut beliau, dalam setiap pemilu presiden pilihan rakyat harus menunjukkan kemajuan, penyempurnaan dan pilihan yang lebih baik dari periode sebelumnya.

Terkait para kandidat presiden, Pemimpin Besar Revolusi Islam menegaskan, "Para kandidat yang bersaing di pemilihan presiden harus loyal kepada revolusi Islam dan nilai-nilainya, loyal kepada kepentingan bangsa, dan meyakini akan prinsip mengelola negara dengan logika bersama."

Sebelum pidato Rahbar, Wakil Wali Faqih untuk wilayah Khurasan Ayatollah Waez Tabasi dalam kata sambutannya menyinggung penamaan tahun 1391 HS dengan nama Tahun Epik Politik dan Ekonomi seraya mengatakan, "Penamaan ini akan menuntun rakyat Iran yang cerdas dan bijak meraih berbagai kemajuan dan keberhasilan besar di berbagai bidang politik dan ekonomi. Dengan kerja keras dan persatuan bangsa ini akan mampu mengatasi semua kesulitannya."(ABNA Indonesia)

Kirim komentar