Reaksi Tegas Sekjen Hizbullah terhadap Ancaman Israel

Reaksi Tegas Sekjen Hizbullah terhadap Ancaman IsraelMenanggapi ancaman rutin Rezim Zionis Israel terhadap Lebanon dan pelanggaran terus-menerus terhadap kedaulatan negara ini, Sekretaris Jenderal Gerakan Muqawama Islam Lebanon (Hizbullah) Sayid Hasan Nasrullah memperingatkan rezim  ini akan berbagai dampak dari setiap agresi ke Lebanon.

 

Sayid Nasrullah dalam pidatonya pada Sabtu (16/2) bertepatan dengan acara peringatan para syuhada pemimpin muqawama mengatakan, "Bandara udara, pelabuhan dan instalasi listrik rezim Zionis berada dalam target rudal dan roket Hizbullah. Dan setiap prediksi salah dari para pejabat Tel Aviv akan berujung pada musnahnya rezim ilegal ini."

 

Sekjen Hizbullah mengenai dukungan terhadap perjuangan bangsa Palestina menandaskan, Hizbullah adalah pelindung kuat rakyat Palestina, dan Israel setelah bertahun-tahun menjajah, dalam waktu dekat akan musnah.

 

Di bagian lain pidatonya, Sayid Nasrullah menekankan bahwa Muqawama di Lebanon memiliki banyak prestasi dan selama 30 tahun lalu mampu mengubah perimbangan kekuatan di mana kekuatan-kekuatan hegemoni selama bertahun-tahun bercokol di kawasan Timur Tengah.

 

Sekjen Hizbullah juga menegaskan bahwa Muqamawa Lebanon akan menggagalkan proyek Israel Raya dan menghidupkan kembali harapan serta rasa optimis. Ia mengatakan, "Hizbullah Lebanon mendukung penuh Muqawama Palestina hingga kubu ini semakin solid sehingga melalui perjuangan, bangsa Palestina mampu merebut kembali hak-hak, tanah air dan kehormatan mereka."

 

Tak diragukan lagi bahwa Muqawama dan perjuangan rakyat Lebanon yang dipimpin oleh Hizbullah menjadi benteng kuat terhadap agresi Israel dan sebagai penetralisir konspirasi dan ancaman kekuatan-kekuatan hegemoni. Hal itu telah menambah popularitas Muqawama di hadapan rakyat Lebanon dan opini publik kawasan serta meningkatkan posisi Muqamawa di mata pejabat negara ini.

 

Perlawanan Hizbullah yang berhasil menggagalkan agresi militer Israel selama beberapa tahun lalu telah mengubah perimbangan kekuatan. Karena sebelumnya, rezim Zionis dan para pendukungnya mendominasi kawasan. Mereka berupaya menghancurkan berbagai bentuk perlawanan dengan cara menebar ketakutan dan ancaman serta menggaungkan kekuatan Israel yang tak terkalahkan. Namun kekalahan beruntun rezim Zionis dalam menghadapi perlawanan Hizbullah dari tahun 2000 telah menggagalkan program dan konspirasi Israel dan Amerika Serikat di Lebanon dan Timur Tengah pada umumnya.

 

Pada tahun 2000, para pejuang Hizbullah berhasil memukul mundur militer Israel dan memaksa mereka meninggalkan sebagian wilayah jajahannya di Lebanon. Tahun 2006, dalam Perang 33 Hari, Israel kembali menelan kekalahan memalukan dalam agresinya ke Lebanon. Kekalahan tersebut telah menghancurkan klaim keperkasaan militer rezim Zionis yang tak terkalahkan sekaligus menggagalkan program AS-Israel yang dikenal dengan Timur Tengah Baru.

 

Perlawanan Hizbullah kemudian dicontoh oleh bangsa-bangsa di kawasan untuk menghadapi Israel. Kemenangan Hizbullah dalam menghadapi militer rezim Zionis juga menambah semangat bangsa Palestina untuk terus melanjutkan perlawanan mereka terhadap penjajahan rezim ini. Pada akhirnya, tahun 2005 rezim Zionis terpaksa meninggalkan Jalur Gaza dan pada tahun 2009, rezim ini juga menelan kekalahan pahit atas agresinya ke Gaza dalam Perang 22 Hari. Pada tahun 2012, Israel kembali menyerang Gaza, namun dalam Perang Delapan Hari ini, Tel Aviv kembali menelan pil pahit dan terpaksa menerima gencatan senjata.

 

Pengalaman menunjukkan bahwa Muqawama dan resistensi adalah satu-satunya jalan untuk menghentikan kebijakan ekpansionis rezim Zionis dan membebaskan tanah-tanah Palestina dari cengkeraman rezim ini. Kompromi dan berdamai dengan Israel bukan solusi tetapi justru akan meningkatkan keberanian Israel dalam memperluas wilayah jajahannya. Oleh karena itu, Sekjen Hizbullah dalam kondisi ini menekankan untuk melanjutkan perlawanan terhadap Israel. (IRIB Indonesia)

Kirim komentar