Memisahkan Politik dari Agama adalah Strategi Musuh Islam

Memisahkan Politik dari Agama adalah Strategi Musuh IslamAyatullah al uzhma Nuri Hamadani Ahad (3/1) di hadapan para petinggi militer Republik Islam Iran dan staffnya menyatakan, "Sebelum datangnya Islam umat manusia berada dalam kezaliman dan kejahiliyaan, sampai akhirnya Nabi Muhammad Saw datang membawa agama Ilahi yang memancarkan cahaya yang menyinari kegelapan di zamannya. Kemudian secara bertahap Islam tersebar keseantero dunia yang membuat penguasa-penguasa dunia terpaksa bertekuk lutut dan mengakui kedigdayaan Islam. Sampai saat ini, musuh-musuh Islam terus berusaha keras untuk meruntuhkan dan merusak agama langit ini."

"Rasulullah saw mengirim lebih dari 30 surat kepada para penguasa besar dan mengajak mereka untuk hanya menyembah kepada Allah SWT. Ini diantara metode Rasulullah dalam upayanya mendakwahkan Islam keseantero dunia. Beliau mengajak diantaranya penguasa Persia dan Romawi untuk mengenal kebenaran, namun keduanya secara angkuh menolak dakwah Rasulullah tersebut." Lanjutnya.

Ulama yang juga merupakan guru besar Hauzah Ilmiyah Qom tersebut kemudian menyebutkan upaya gigih musuh Islam sepanjang sejarah untuk menghancurkan Islam dengan menggunakan berbagai cara. "Memisahkan antara agama dan politik adalah diantara strategi musuh agar umat Islam lebih sibuk mengurusi kesalehan pribadinya." Jelasnya.

"Dikekinian kita turut menyaksikan persaingan dua kubu, komunisme di timur dan kapitalisme di Barat. Keduanya bersaing hendak menguasai dunia khususnya antas kaum muslimin. Untuk tujuannya itu mereka melakukan banyak kezaliman dan penjarahan." Lanjutnya.

Ayatullah Nuri Hamadani selanjutnya menyinggung gerakan besar perlawanan rakyat Iran yang dipimpin oleh Imam Khomeini, "Setelah imam Khomeini dikeluarkan dari pelariannya di Irak, tidak satupun Negara Islam yang bersedia menerima Imam Khomeini. Karena semua Negara Islam saat itu dibawah kendali Barat ataupun Timur."

"Imam Khomeini pun kemudian memutuskan untuk menetap di Paris Perancis. Dan ditempat itu Imam Khomeini secara leluasa memimpin jalannya arah revolusi. Keberadaan Imam di Paris pun dimanfaatkan untuk memperkenalkan kepada dunia khususnya Barat mengenai perjuangan dan cita-cita Islam." Ungkap ulama marja taklid tersebut.

"Kewajiban paling utama kita saat ini adalah menjaga nilai-nilai Islam dan revolusi. Musuh Islam tidak sesaatpun berhenti dan menyerah untuk menaklukkan Islam. Apa yang terjadi saat ini di Suriah adalah bukti kegigihan mereka. Barat dan beberapa Negara Islam berupaya menjatuhkan kedaulatan Negara yang tidak mau didikte oleh mereka. Kegigihan mereka sampai Negara dan rakyat yang menolak mereka dihapus dari peta dunia." Tutupnya.(ABNA Indonesia)

Kirim komentar