"Kecilkan Perbedaan Perbesar Persamaan"
Massoud Shadjareh, Direktur Islamic Human Rights Comission (IHRC) mengumpamakan pemerintah Negara besar seperti Fir’aun yang bisa mendakwa seseorang tanpa bukti yang benar. Menurutnya, di Eropa setiap tahun dari kasus terorisme ada satu hingga dua dilakukan oleh Muslim, tapi lebih banyak yang dilakukan oleh orang lain (non Muslim), tapi tidak pernah diungkap media.
“Terlihat sekali ketimpangan dalam keadilan yang sangat menyudukan umat Islam,” tegas Shadjareh pada acara Seminar Islamic Human Rights di Graha Sucofindo, Jakarta (13/1),
Hal yang sama diungkapkan oleh Imam Islamic Centre Washington, Amerika Serikat (AS), Imam Muhammad al-Asi, konspirator dan media mengharapkan masyarakat dunia percaya bahwa orang Islam adalah masyarakat yang yakin dengan kebenaran, keadilan, cara-cara barbarian (kekerasan).
“Mereka para konspirator yang dibantu media ingin memberi paradigma palsu bahwa Islam identik dengan terorisme,” ungkap al-Asi.
Namun pria yang bekerja dalam penerjemahan tafsir Al-Qur’an pertama berbahasa Inggris itu menyayangkan dengan ketidakmampuan umat Islam dalam meluruskan dan meng-counter (menahan) pendapat yang salah itu.
Al-Asi mengambil contoh tudingan Barat (Amerika dan Israel) yang menuduh Muslim Iran melakukan kezaliman di seluruh dunia. Padahal itu tidak benar.
“Negara adidayalah (Amerika dan sekutunya) yang melakukan pembunuhan di Pakistan, Afghanistan, dan genocide (pembantaian) di Palestina atas nama ‘melawan terorisme’,” tegas al-Asi.
Lebih jauh pria yang juga berkiprah dalam majalah Crescent International itu mengungkapkan bahwa Amerika memberikan akses kepada Israel terhadap perkembangan persenjataan.
Dalam kesempatan yang sama, pendiri sekaligus Presidium Medical Emergency Rescue Committee (MER-C) Joserizal Jurnalis mengatakan “Ideologi yang paling ditakuti di dunia ini adalah Islam sehingga Islam jadi sasaran tembak. Siapa yang menembak? Menurut pengalaman saya adalah Zionis,” katanya.
Pria yang sudah melakukan misi kemanusiaan di berbagai wilayah konflik perang itu menghimbau masyarakat Islam agar lebih teliti dalam menyikapi suatu permasalahan sensitif.
“Jika ada konflik, kita harus mengurai mencari siapa yang bermain. Kita kecilkan perbedaan dan perbesar persamaan. Perbedaan masalah fikih dan mazhab selesaikan dalam majelis kajian,” kata Jose (sapaan akrab Joserizal), dokter spesialis bedah umum.
Sementara itu, pembicara lainnya, Munarman, Jubir Front Pembela Islam (FPI), membenarkan pernyataan sang dokter, bahwa masalah furu’ (perbedaan kecil) jangan dipersoalkan. Menurutnya, perbedaan paham harus diselesaikan di dalam majelis.
Advokat dan mantan Ketua Kontras dan YLBHI itu juga mengungkapkan, “Daftar PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) yang saya miliki tentang teroris menunjukkan semuanya adalah kelompok-kelompok Islam dan individual Islam yang aktif dalam dakwah dan perjuangan.”
Munarman juga mengatakan ada bias yang sangat luar biasa pelanggaran yang terjadi terhadap umat Islam dunia.
“Sejak 2001, di Guantanamo banyak tahanan Muslim yang tanpa proses dipenjara sampai sekarang. Dan di Indonesia, sudah ada 60-an orang yang baru terduga ditembak tanpa proses,” ungkap Munarman yang terus berjuang dalam membela orang-orang Islam yang menurutnya semena-mena dituduh sebagai teroris.
Wartawan senior investigasi Tempo, Ahmad Taufiq juga mengatakan, “Selama Qur’annya masih satu, Tuhannya masih satu, kita jangan mau dipecah belah.(Ahlulbaiindonesia.org)
Kirim komentar