Larangan Media Iran Merupakan Sabotase Intelektual
Pemimpin Eropa ketakutan dengan adanya saluran alternatif seperti Press TV, Hispan TV dan Russia Today yang menyampaikan laporan dan pesan secara jujur dan apa adanya atas ketidakpuasan publik masyarakat Eropa. Kata Dr Ismail Salami dalam sebuah artikel yang dimuat di Press TV.
Menurutnya, larangan Eropa atas siaran media Press TV dan Hispan TV merupakan bentuk pelanggaran nyata atas hak rakyat untuk memilih serta menyabotase intelektual.
"Merampas saluran ini dari masyarakat internasional adalah melucuti hak semua orang di seluruh dunia untuk memilih dan untuk mendengar. Dan hal ini tidak dibolehkan, dan merupakan tindakan “sabotase’ intelektual, " tulis Salami Ismail dalam sebuah artikel Minggu (23/12/12).
"Adalah hak asasi semua warga dunia untuk memilih suara alternatif yang berbeda dan memilih untuk mendengar." Tegasnya.
Menurut Salami, penutupan tersebut merupakan upaya untuk menutupi berita realistis tentang ekonomi mereka yang goyah.
"... Pemimpin Eropa merasa ketakutan dengan saluran alternatif seperti Press TV, Hispan TV dan Russia Today yang menyampaikan laporan secara jujur atas realitas ketidakpuasan publik masyarakat Eropa," tulisnya.
Hispasat, penyedia layanan satelit Spanyol telah menolak layanan kepada Press TV dan Hispan TV dari udara dan memerintahkan perusahaan Overon untuk menghentikan transmisi dua saluran TV internasional Iran itu.
Dalam sebuah pernyataan, Overon mengatakan larangan pada Press TV dan Hispan TV mengikuti langkah serupa oleh perusahaan Eutelsat Perancis yang sebelumnya telah memutus beberapa saluran satelit dan stasiun radio Iran dari udara. Dikatakannya layanan akan dihapus karena "interpretasi peraturan Uni Eropa yang lebih luas."
Salami menyatakan bahwa kedua saluran tersebut telah memainkan peran penting dalam "meningkatkan kesadaran intelektual dan wawasan politik di masyarakat Eropa.
"Saluran ini seperti cermin untuk para penonton Eropa, dimana kenyataan dan realitas akan tercermin sebagaimana mestinya. Dan hal ini mengganggu warga Eropa dengan merasa ketakutan dan keheranan, " tulis akademisi ini. (Islam times)
Kirim komentar