Pekan Persatuan, Momentum Kebangkitan Mustadafin Dunia
Persatuan dan persaudaraan, adalah dua kalimat penuh makna dalam kamus suci Islam dan merupakan warisan berharga Nabi pembawa rahmat. Di masa hijrah ke Madinah, Rasulullah Saw mengajak Muhajirin dan Anshar kepada persaudaraan, dan dengan cara inilah beliau meletakkan pondasi persatuan serta solidaritas keislaman. Selain itu, Rasulullah Saw juga telah mengganti nilai-nilai rapuh zaman jahiliyah dengan nilai-nilai luhur Islam seperti persatuan dan persaudaraan.
Dengan bersandar kepada ayat-ayat Al Quran, Nabi Muhammad Saw menyeru muslimin untuk meninggalkan perpecahan dan mengajak mereka membentuk umat yang satu di bawah ketaatan kepada Allah Swt. Menjawab seruan agung Nabi Kasih Sayang itu, umat Islam pun bersatu dan akhirnya mampu mengungguli musuh-musuhnya.
Al Quran menganggap solidaritas umat Islam adalah suatu hal yang sangat penting. Dengan mengajak umat Islam menyembah Tuhan yang satu, dan shalat ke arah kiblat yang sama, sebenarnya Quran telah menyeru mereka kepada persatuan dan mencegahnya dari konflik dan pertentangan. Di surat Al Anfaal ayat 46, Allah Swt berfirman, "Dan taatlah kepada Allah Swt dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar."
Imam Ali as dalam khutbah ke 192 Nahjul Balaghah menyeru umat manusia untuk mengambil pelajaran dari nasib orang-orang sebelumnya dan memikirkan sebab-sebab kejatuhan mereka. Amirul Muminin as bersabda, "Faktor-faktor yang menyebabkan kemuliaan dan kejayaan umat terdahulu di antaranya adalah, menghindari perpecahan, memiliki tekad yang kuat, saling menasehati dan memperhatikan solidaritas. Mereka menjauhi semua faktor yang membahayakan pondasi umat dan melemahkan kekuatannya."
Pasca kemenangan Revolusi Islam Iran tahun 1979, musuh-musuh Islam berusaha menciptakan perpecahan di tubuh umat Islam. Imam Khomeini memahami benar bahwa upaya mendekatkan pandangan mazhab-mazhab berbeda Islam dapat memberikan pengaruh besar pada kemuliaan muslimin dunia. Kala itu Imam berupaya menyeru umat Islam kepada persatuan, sehingga konspirasi musuh dapat diatasi.
Imam Khomeini yang pemikiran dan kegelisahannya tertumpah untuk menciptakan persatuan umat Islam, menjadikan hari lahir Nabi Muhammad Saw pada 12 Rabiul Awal, menurut versi Ahlu Sunnah sampai 17 Rabiul Awal, dalam versi Syiah, sebagai Pekan Persatuan. Imam berkata, "Kaum tertindas dunia, baik yang dijajah oleh Amerika ataupun oleh negara-negara lain, jika tidak bangkit dan tidak saling bergandengan tangan, tidak akan pernah mampu menghapuskan dominasi setan. Kita semua harus bekerja keras mewujudkan persatuan di antara mustadafin dari setiap aliran maupun mazhab yang berbeda. Yang penting adalah kalian dengan mazhab kalian dan kami dengan mazhab kami, saling menjaga keikhlasan."
Ayatullah Khamenei, Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran juga menyeru muslimin kepada persatuan dan empati. Ia menegaskan, "Saat ini tengah dilakukan upaya-upaya agar umat Islam tidak bersatu dan saling berperang. Upaya-upaya ini semakin meningkat pada saat umat Islam sangat membutuhkan persatuan. Kemungkinan besar, motif dilakukannya upaya-upaya ini adalah mencegah tegaknya kedaulatan Islam yang semakin dekat untuk segera terwujud. Wajar jika keinginan Islam untuk berdaulat, dan harapan seluruh umat Islam dunia untuk berpegang pada tali Islam tidak akan pernah bisa terwujud, karena di internalnya sendiri masih ada perpecahan dan pertentangan."
Pekan Persatuan adalah peluang berharga bagi umat Islam untuk menjadikan Al Quran sebagai pembimbing utamanya, dan mengambil langkah penting untuk menciptakan persatuan di antara muslimin dengan bersandar kepada persamaan-persamaan dalam keyakinannya. (IRIB Indonesia)
Kirim komentar