Jejak Husaini Jejak Suci
Gurun pasir kemilau berwarna ke emasan
Bersimbah darah suci sang penentu peradaban
Kemilau ke emasan berubah warna menjadi merah darah
Merah darah pertanda duka yang amat dalam
Semesta berduka bersama kelam meliputinya
Al Husain…
Menjejakkan laku , titah pemilik semesta
Meneruskan gundah-bahagia Datuknya
Dalam aroma kesturi wangi sorga
Karbala menjadi penanda di mulainya batas
Antara kepalsuan berbungkus agama
Bersanding ketegasan dalam cinta dan cahaya langit
Telapak-telapak kuda di pasir penyaksi
Tidak sekedar darah
Tidak sekedar tangis
Dan tidak sekedar jejak sejarah
Tapi awal terbukanya tabir pembeda
antara cinta dan kebiadaban
Antara cinta dan keserakahan
Antara cinta dan kerakusan
Semua tersibak dalam darah karbala
Oh…Maulaku,
Dalam tapak-tapak sejarah
Jejakmu terkubur ke ingkaran di saku-saku penikmat duniawi
Ceritamu tersimpan di loyan-loyan emas tahta kerakusan
Sehingga tak banyak yang memahami alur jejak suci keluargamu
Para pendusta berjubah ke shalehan
Mengarang dusta di teks-teks kepalsuan
Kucoba mendekati aroma wangi darah di jejak asyura
Mendekap cinta yang engkau sembahkan ke penjuru semesta
Merakitnya walau serpih-demi serpih
Sebab kutahu di setiap tapak yang kujejakkan
Di situ para pembual menebar jaring kebohongan
Ilahi…
Kuatkan rekat serpihan yang telah kujalin
Dalam menjemput cinta Al Husain..
Tambatkan hati para pencintanya
Dalam shaf-shaf cinta yang membuat semesta iri
Himpun kami dalam tarian jejak suci asyura…
Manado, 23 november 2012 (Majulahijabi.org)
Kirim komentar