berhenti sebuah kafilah
pasukan para sahabat Nabi yang mulia
Kuda-kuda ditambatkan pejalan-pejalan kaki diistirahatkan
tapi lihat apa yang dilakukan sang Komandan
Ia turun dari kudanya berdiri menghadap Ka'bah yang berada di seberang sahara
Ia mengangkat tangannya berkali-kali
Allahu Akbar.. Allahu Akbar.. duduk dan berdiri, rukuk dan sujud
Ia rebahkan pipinya air mata menggelegak mengalir membasahi pasir yang kering
dalam desah nafas dan isakan kepedihan
yang ditumbuhkannya
Pemilik Arasy yang Agung, Inilah Basrah ... Kumohon kebaikan kota
ini.. Lindungi aku dari kejelekannya.. Masukkan aku ke tempat yang
baik.. Bukankah Engkau sebaik-baiknya yang menempatkan orang.. Ya
Allah Mereka berontak kepadaku Mereka tentang aku Mereka putuskan
bai'at kepadaku Ya Allah Peliharalah darah kaum Muslimin.."
Ali bin Abi Thalib, bukan komandan baru pasukan mukminin
di Badar, Uhud, Khaibar dan lain-lain
Ia tak pernah ragu dalam menyerbu
Ia tak pernah mundur
Karrar ghair farrar...
Di setiap pertempuran tubuhnya penuh luka sayatan pedang
Ia tidak pernah menangis
Ia tegar kekar sebagai Haidar Sang Singa
Tapi kini ia menangis
ia pandang Basrah seakan melihat Kota Musibah
ia gumamkan kata-kata duka
"Tuhan, peliharalah darah kaum muslimin."
Pasukan pembangkang datang dengan gemerincing tombak dan pedang
Ali berdiri mematung
pedangnya bergantung
Ia tidak segera menyambut musuh
Ali yang tegar kini ragu dan lesu
"Temui mereka ajak bersatu kembali hindari pertumpahan darah," katanya
kepada Abdullah bin Abbas
Ke tengah-tengah musuh yang meradang
Ali meneriakkan pesan perdamaian
Ia mengangkat Al-Qur'an, memandangi pengikutnya
dan air mata itu masih menggelegak di pelupuk matanya
"Adakah di antara kalian yang mau membawa mushaf ini ke tengah-tengah mereka..
Sampaikan pesan perdamaian atas nama Al-Qur'an..
Jika pedang memotong tangannya yang satu peganglah Al-Qur'an dengan
tangan yang lain
Jika tangan itupun terpotong gigit Al-Qur'an dengan gigi-giginya
sampai ia terbunuh
Sampaikan pesan perdamaian atas nama Al-Qur'an.."
Seorang pemuda Kufah bangkit menawarkan dirinya dengan kepolosan remaja belia
Ali yang tegar kini ragu dan lesu
ia mencari yang lebih tua... tidak ada
Ia serahkan Al-Qur'an ke tangan yang lembut dan indah
"Bawalah Al-Qur'an ini ke tengah-tengah mereka
Sampaikan pesan perdamaian..
atas nama Al-Qur'an.. Katakan jangan tumpahkan darah kami dan darah kalian."
Ia melejit ke depan musuh mengangkat Al-Qur'an dengan kedua tangannya
"Atas nama Al-Qur'an pelihara darah kami dan darah kalian."
Di depan pasukan demi pasukan ia mengangkat Al-Qur'an
"Atas nama Al-Qur'an pelihara darah kami dan darah kalian."
Pedang menebas tangan kanannya ia angkat Al-Qur'an dengan tangan kirinya
"Atas nama Al-Qur'an pelihara darah kami dan darah kalian."
Pedang menebas tangan kirinya
ia ambil Al-Qur'an dengan gigi-giginya
Matanya yang jernih masih menyorotkan pesan perdamaian
atas nama Al-Qur'an..
Dagunya diangkat ke atas dan darah menyiram seluruh tubuhnya
Pedang menebas lehernya..
darah membasahi tubuhnya, Al-Qur'an dan tanah di bawahnya
Pejuang perdamaian dan ukhuwah terbujur bersimbah darah
Ali menggumamkan doa pilu di sampingnya
"Ah, sampai juga saatnya kita harus berperang.."
Sejak itu, abad demi abad.. kaum muslimin dicabik-cabik perpecahan
tak jarang darah dengan sia-sia ditumpahkan
Lebih dari 14 abad sesudah itu
Muthahhari menyerukan pesan perdamaian
di malam yang bisu dan gelap ia dibantai seperti pemuda Kufah
ia jatuh bersimbah darah
Dengan mengambil nama Muthahhari sebuah Yayasan didirikan
untuk mendidik pemuda-pemuda Kufah modern
yang akan serukan pesan perdamaiandengan Al-Qur'an dan ilmu pengetahuan
Izinkan saya bertanya
Di manakah Anda berdiri?
Apakah Anda duduk di situ sebagai pembantai berdarah dingin
Potonglah tangan-tangan kami
tebas leher-leher kami
demi Allah, sampai teriakan yang terakhir
akan kami serukan pesan perdamaian
walaupun dengan darah yang sudah kering
Ataukah Anda berdiri di sini seperti Ali Amirul Mukminin
serahkan Al-Qur'an ke tangan-tangan kami
bantu topang dan perkokoh kami
doakan kami dengan air matamu
ketika tubuh-tubuh kami dikoyak-koyakkan
oleh saudara-saudara kami
yang berbeda paham dengan kami
20 Januari 1995 (majulah-ijabi.org)
Kirim komentar