Iring-iringan karapan Husaini as dari kota ke kota

Nakhlah

• Saat sampai di daerah bernama Wadi Nakhlah, waktu telah menjelang malam, dan di sini pulalah kafilah berhenti dan melewati malam. Pada malam itu, suara jeritan, raungan, tangisan anak-anak dan senandung duka para wanita kembali terdengar. Tangisan dan tetesan air mata yang menghikayatkan duka, derita dan nestapa karena kehilangan orang-orang terkasih. Akan tetapi, mata dan hati buta para petugas kafilah sama sekali tak tergugah dan tersentuh oleh air mata dan tangisan-tangisan ini. Hingga Shubuh, para petugas Yazid disibukkan dengan pesta pora dan hura-hura.

Marsyad dan Lina

• Dari Wadi Nakhlah, kafilah duka Karbala bergerak ke arah Marsyad. Pada awalnya kaum lelaki dan perempuan kota ini berdatangan untuk menyambut mereka. Namun ketika mereka menyaksikan kondisi para tawanan ini, segera suara isakan, jerit dan tangisan membahana ke awan, dan ketakutan mereka untuk menyerang para pembunuh Imam Husain as pun sirna.

Mushal dan Sinjar

• Di dekat daerah Mushal, para petugas Yazid menulis sebuah surat kepada gubernur Mushal untuk menghias kota dan mempersiapkan diri melakukan acara penyambutan bagi kedatangan kafilah duka Karbala.
• Sesuai dengan perintah penguasa setempat, kota Mushal telah dipercantik, lampu-lampu benderang dan gemerlapan telah menghias kota dan semarak kota terlihat di seluruh penjuru kota.
• Rakyat di daerah ini bertanya-tanya, apa gerangan yang menyebabkan seluruh kegembiraan dan kebahagiaan ini? Dalam jawabannya dikatakan, “Ubaidullah telah membunuh sejumlah orang yang menentang Yazid dan mereka akan mengirimkan kepala-kepalanya kepada Yazid.”
• Namun, seseorang yang berada di tengah-tengah rakyat mulai meneriakkan kata-kata, “Wahai rakyat Mushal! mereka semua berbohong. Ketahuilah bahwa sebenarnya yang telah dibunuh oleh Ibnu Ziyad bukanlah orang-orang asing. Mereka tidak lain melainkan putra Rasulullah dan dalam kafilah ini terdapat kepala Imam Husain yang hendak diserahkan ke Yazid.”

Nashibain

• Di Nashibain, penguasa kota mengeluarkan perintah untuk memperindah kota. Saat orang yang membawa kepala Imam hendak memasuki kota, tiba-tiba kuda yang ditungganginya tidak mengikuti perintah tuannya sehingga dipersiapkanlah kuda yang lain. Namun, kuda yang ini pun melakukan tindakan yang serupa, dan kejadian ini terulang beberapa kali. Hingga akhirnya mereka melihat kepala mulia Imam Husain as yang berada di atas tanah. Ibrahim Mushali mengambil dan mengamatinya baik-baik hingga mengenalinya. Setelah itu ia segera melaknat dan mengutuk para petugas. Saat warga kota menyaksikan peristiwa ini, mereka segera memutuskan untuk membunuh pembawa kepala Imam Husain as. Akhirnya karena ketakutan dengan reaksi rakyat, kepala Imam Husain as tidak jadi dibawa masuk ke kota ini.

'Ainul Ward dan Da'awat

• Setelah keluar dari Nashibin, kafilah Karbala memasuki ‘Ainul Ward. Para pembesar dan rakyat kota ini sepakat untuk mengarak kepala-kepala para syuhada dan mengambil keputusan untuk memasuki kota dari pintu ‘Arbain. Selanjutnya, kepala bercahaya Imam Husain as ditancapkan di atas tombak, diletakkan di alun-alun kota, dan menjadi tontonan rakyat dari tengah hari hingga petang. Sekelompok dari mereka bergembira, karena ini adalah kepala-kepala asing, sementara sekelompok lainnya menangis.

Qansarin

• Qansarin merupakan sebuah tempat yang ramai dan berpenduduk banyak. Ketika warga kota ini mendapatkan informasi mengenai kedatangan kafilah ini, mereka segera menutup pintu gerbang kota dan melarang mereka memasukinya. Mereka melaknat rakyat Bani Umayyah dan melempari batu kepada para petugas dan mengatakan, “Wahai orang-orang jahat! Wahai para pembunuh putra-putra para Nabi! Demi Allah! Kalian jangan memasuki kota kami, kendati kalian membunuh orang terakhir dari kami.”

Halb

• Kafilah berhenti untuk sejenak beristirahatdi samping sebuah gunung bernama Jausyan selama satu malam. Para pembawa kepala Imam meletakkan kepala mulia Imam di atas sebuah batu. Saat terbit matahari dan kepala diangkat dari sana, beberapa tetes darah dari kepala Imam Husain mengalir di atas batu. Rakyat kota ini baru menyadari masalah ini setelah kafilah bergerak. Setelah kepergian kafilah, mereka berkumpul di sekitar tetesan-tetesan darah itu dan melakukan majelis duka di tempat ini.

Kufr Thab

• Pintu gerbang di benteng kecil ini tertutup untuk kafilah. Rakyat duduk di atas menara dan tidak bersedia memberikan perbekalan kepada para petugas Yazid, bahkan mereka juga tidak bersedia memberikan sedikit pun air kepada mereka. Khuli mendekati Hushain dan berteriak, “Wahai rakyat Kufr Thab! Bukankah kalian berada di bawah ketaatan pada kami, lalu kenapa kalian tidak bersedia memberikan air kepada kami?!”
• Rakyat menjawab, “Demi Zat-Nya! Kami tidak akan memberikan air kepada kalian, sekalikan setetes. Kalianlah yang telah menutup air atas para keturunan Telaga Kautsar dan membuat mereka syahid dengan bibir-bibir yang kehausan.”

Ma'arrah Nu'man

• Para penghuni kota ini membuka pintu gerbang untuk menyambut kedatangan kafilah Karbala ke kota ini. Mereka menjamu laskar Yazid, memberikan air dan perbekalan kepada mereka dan laskar ini menghabiskan beberapa hari di tempat ini.

Humah dan Himsh

• Setelah melewati Humah, akhirnya kafilah duka Karbala tiba di tempat bernama Himsh. Kota Himsh telah berhiaskan dengan bendera-bendera merah dan kuning untuk menyambut kedatangan kafilah ini. Namun, ketika rakyat kota menyadari bahwa tawanan kafilah ini adalah para putra Ali bin Abi Thalib as dan para putra Rasulullah saw, mereka merasa bersalah dan para perempuan kota segera melakukan majelis duka dan bersenandung duka.
• Para lelaki kota yang kecewa dengan keadaan ini, mulai melemparkan bebatuan ke arah laskar Ibnu Ziyad. Karena lemparan ini, sekitar dua puluh enam orang dari pasukan Yazid menemui ajalnya.
• Rakyat menutup pintu gerbang kota dan menyatakan bahwa kami tidak akan membiarkan satu orang pun dari kalian yang selamat melewati pintu. Kami harus membunuh Khuli dan mengambil kembali kepala Imam Husain as, dan hingga hari kiamat, kebanggaan ini akan menjadi milik kami.
• Laskar Ibnu Ziyad akhirnya mengambil kepala-kepala dan para tawanan dari pintu-pintu kota lainnya dan melarikan diri.

Ba'labak

• Saat para tawanan sampai di dekat kota Ba’labak, rakyat mengibarkan bendera-bendera perayaan, bahkan anak-anak juga dipaksa untuk keluar dari kota hingga satu farsakh untuk menyambut mereka. Sejumlah banyak rakyat lain, keluar dari kota dan mulai menggelar perayaan dengan cara mereka sendiri.
• Ummu Kultsum berkata kepada mereka, “Allah akan memecah belah dan memusnahkan kalian, dan kalian akan dikuasai oleh mereka yang tidak memiliki belas kasih kepada kalian.”

Dair Nashraniyan

• Sore mulai beranjak malam Kafilah yang tengah berada di dekat Syam mendengar berita bahwa akan ada sekelompok orang yang hendak menumpahkan darah malam ini untuk membebaskan para tawanan. Mendengar kabar ini, laskar Ibnu Ziyad segera mencari perlindungan ke Dair Nashraniyah.
• Seorang rahib mengatakan, “Dair ini tidak memiliki tempat untuk kalian. Masukkanlah kepala-kepala itu dan para tawanan, sementara kalian berjaga-jaga di balik tembok-tembok benteng untuk mengawasi supaya tidak ada musuh yang menyerang kalian."
• Rahib menempatkan para tawanan di tempat yang layak dan meletakkan kepala para syuhada di sebuah ruang khusus. Saat malam tiba, sang rahib tua mensucikan dan mengharumkan dirinya, memasuki ruangan dan membuka kunci kotak tempat penyimpanan kepala Imam Husain as. Ia segera mengeluarkan kepala mulia itu ia dari kotak dan dengan penghormatan sempurna ia mulai mencucinya dengan air bunga dan lalu mengharumkannya dengan minyak wangi. Setelah itu, ia meletakkannya ke arah kiblat dan berdiri di depannya.
• Malam itu sang rahib mengajak para muridnya untuk memeluk agama Islam dan mengusulkan kepada Imam Sajjad as bahwa mereka akan berperang dan membunuh para petugas Yazid. Namun, Imam Sajjad tidak mengijinkannya seraya berkata, “Allah sendirilah yang akan mengambil balas dendam dari mereka.”

Suriah (Damaskus, Syam)
Tanggal Masuk: 1 Shafar 61 Hijriah

• Kafilah Ahlul Bait Abu Abdillah Imam Husain as memasuki kota Damaskus pada hari pertama Shafar, dan hari itu Bani Umayyah menyelenggarakan pesta perayaan.
• Setelah melewati perjalanan panjang dari Kufah hingga Syam, dan diarak di berbagai kota di sepanjang perjalanan bersama kepala-kepala bercahaya para syahid Karbala, kini kepala-kepala ini diarahkan menuju kota Damaskus.
• Saat mendekati pintu gerbang Damaskus, Ummu Kultsum memanggil Syimr dan berkata, “Bawalah kami memasuki kota Syam dari pintu gerbang yang tidak ramai oleh penduduk. Jauhkan kepala-kepala dari beludru-beludru supaya rakyat tidak melihat ke arah kami.”
• Berlawanan dengan apa yang diminta oleh putri Fatimah as dan cucu Rasul saw, Syimr dengan keras kepala malah memerintahkan supaya kepala para syuhada ditancapkan di atas tombak-tombak, ditempatkan di antara beludru-beludru, kemudian melenggangkan mereka di tengah-tengah rakyat yang datang menonton.
• Para perempuan dan anak-anak Ahlul Bait diarahkan untuk melewati pintu gerbang utama Damaskus, diarak di tengah-tengah pasar kota, sementara Zainab Kubra dan putri-putri Imam Husain bin Ali as berada di antara mereka.
• Peristiwa lain yang terjadi di Syam adalah kehadiran Ahlul Bait Imam Husain as di tempat perjamuan Yazid. Dalam majelis pertemuan ini, Imam Zainal Abidin as dan Zainab Kubra dengan khotbah-khotbahnya berhasil menjelaskan banyak realita dan fakta untuk rakyat dan membongkar wajah Yazid dan keturunan Yazid yang zalim dan bengis.
• Kejadian lainnya di kota ini adalah penempatan kafilah Ahlul Bait di reruntuhan bangunan.
• Dan tragedi paling menyayat adalah meninggalnya Ruqayyah, putri Imam Husain yang baru berusia tiga tahun di reruntuhan ini dikarenakan luka yang dideritanya selama masa tawanan. Ia meninggal di sisi kepala ayahnya.

Sumber rujukan:

• Al-Maqtal, Muqarram, terjemahan Azizullah ‘Atharudi.
• Khulaseh-ye Tarikh-e Islam, Rasuli Mahallati, ringkasan Chenarani.
• Zendegani-ye Hazrat-e Abi Abdillah Al-Husain as, Imadzadeh.
• Sokhanan-e Husain bin Ali as az Madinah ta Syahadat, Muhammad Shadiq Najmi.
• Qesseh-ye Karbala, Ali Nazari Munfarid.
• Waq’ah Al-Thuff, Abi Mikhnaf, riset ulang Muhammad Hadi Yusufi.
• Al-Husain fi Thariqih ila Al-Syahadah, Sayid Ali Hasyimi

Sumber : http://shabestan.net

Kirim komentar