Rezim Bahrain Beri Kewarganegaraan Lima Ribu Pengungsi Sunni Suriah

Media-media Arab mengabarkan, dengan maksud untuk mengubah komposisi masyarakatnya yang mayoritas Syiah, pemerintah Bahrain memberikan kewarganegaraan kepada lima ribu pengungsi Sunni warga Suriah yang tinggal di Yordania. 

 

Situs berita Al Nahrain pada edisi Senin (24/12) menulis, "Pusat Studi Strategi dan Keamanan Stanford dalam sebuah laporannya mengumumkan, pemerintahan rezim Al Khalifa, Bahrain dengan bantuan Arab Saudi tengah berupaya memberikan kewarganegaraan kepada lima ribu pengungsi Suriah yang bermazhab Sunni, dan sementara tinggal di kamp pengungsian Zaatari, Yordania dengan maksud untuk mengubah komposisi masyarakatnya yang mayoritas Syiah sehingga dapat melanggengkan kekuasaannya."

 

Seraya menunjukkan kekhawatirannya atas kondisi keamanan yang berlaku di Bahrain, lembaga ini memperkirakan langkah Manama untuk mengubah komposisi masyarakatnya beberapa tahun mendatang tidak akan begitu berpengaruh terhadap komposisi masyarakat Sunni negara itu.

 

Berdasarkan undang-undang, syarat pemberian kewarganegaraan Bahrain kepada warga Arab adalah tinggal di negara itu selama 15 tahun dan untuk warga bukan Arab, tinggal di negara itu selama 25 tahun. Akan tetapi undang-undang ini memberi keleluasaan bagi keluarga Al Khalifa untuk memberikan kewarganegaraan kepada setiap warga Arab yang dinilainya telah melayani negara.

 

Sebelumnya, warga muslim Syiah Bahrain menuduh pemerintah Al Khalifa bermaksud mengubah komposisi masyarakatnya dengan memberikan kewarganegaraan kepada puluhan ribu warga Sunni Arab.

 

Lembaga penelitian Stanford juga mengumumkan, rezim Al Khalifa dengan mendirikan pusat budaya di kamp pengungsian Zaatari, Yordania sedang berupaya memperkenalkan budaya Bahrain kepada para pengungsi Sunni yang akan menerima kewarganegaraan Bahrain tersebut.

 

Di sisi lain, terkait bahaya dan dampak langkah ini, lembaga studi Stanford mengatakan, "Pemberian kewarganegaraan kepada lima ribu warga Suriah yang bermazhab Sunni bisa membantu warga Sunni Bahrain dalam jangka panjang, namun tidak bisa mencegah bahaya dan masalah keamanan dalam jangka pendek."

 

Ditambahkannya, "Mendatangkan ribuan orang pengungsi yang kehilangan harta bendanya akan menimbulkan masalah ekonomi bagi pemerintah Bahrain. Pasalnya pertama mereka harus dipindahkan dari Yordania ke Bahrain, ketika tiba di negara itu pemerintah harus menyediakan tempat tinggal dan pekerjaan untuk mereka."

 

Akan tetapi, kata lembaga itu, dukungan finansial Arab Saudi dapat membantu Bahrain melewati kesulitan tersebut.

 

Di akhir laporannya, lembaga studi Stanford memperingatkan bahaya regional yang ditimbulkan langkah ini. Ada kemungkinan sebagian pengungsi itu berhubungan dengan kelompok-kelompok Salafi, bahkan menjadi anggota kelompok semacam itu.

Sumber : Irib Indonesia

Kirim komentar