Meningkatnya Konflik Syiah-Sunni Sengaja Diciptakan oleh Musuh
Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Ayatollah al-Udzma Sayyid Ali Khamenei Senin (19/11) pagi dalam pertemuan dengan para pejabat dan pengurus haji tahun ini menyebut haji sebagai ibadah yang istimewa. Seraya menekankan pentingnya persatuan bagi Dunia Islam beliau mengatakan, "Dalam musim haji, persatuan, keagungan dan keberagaman Dunia Islam terjelma dan kapasitas ini mesti dimanfaatkan dengan sebaik mungkin."
Ayatollah al-Udzma Khamenei menjelaskan bahwa haji adalah kewajiban yang mengkombinasikan tiga unsur ‘ibadah', ‘ketundukan' dan ‘keterlibatan secara politik dan sosial'. Beliau menambahkan, "Sebelum kemenangan revolusi Islam, jemaah haji Iran hanya berpikir untuk menjalankan ritual ini dengan benar. Padahal, pertemuan akbar dan istimewa ini mengandung unsur-unsur yang penting lainnya seperti keberagaman, keagungan dan persatuan yang bisa membentuk gerakan baru dalam membangun manusia, masyarakat dan persatuan Islam. Pandangan yang agung ini mesti dikenalkan pula kepada para jemaah haji non-Iran."
Topik lain yang ditekankan oleh Pemimpin Besar Revolusi Islam dalam pembicaraannya adalah masalah persatuan Syiah dan Sunni. Seraya menyebut perselisihan antara Syiah dan Sunni sebagai fenomena yang sudah ada sejak dulu, beliau menandaskan, "Dalam beberapa tahun terakhir, perselisihan ini semakin meningkat secara tidak wajar. Hal ini menandakan bahwa konflik ini sengaja diciptakan di tengah masyarakat Muslim."
Menurut Rahbar, penekanan akan persatuan dan kesepahaman antara Syiah dan Sunni saja tidak cukup. "Konflik ini terkadang dipicu oleh ketidakjelasan masalah atau anggapan tidak benar yang mesti diluruskan. Dan terkadang pula konflik disebabkan oleh perilaku yang salah. Untuk yang satu ini harus dilakukan penyelidikan yang cermat dan tindakan untuk mengatasinya," kata beliau.
Berikutnya, Ayatollah al-Udzma Khamenei menyinggung tentang upaya mengurai permasalahan politik yang ada di benak jemaah haji. Salah satu contoh dari permasalahan itu adalah konflik di Suriah. Seraya menjelaskan sikap logis Republik Islam Iran dalam krisis Suriah yang sudah dijelaskan secara terbuka, beliau menegaskan, dalam masalah Suriah, fakta yang sebenarnya adalah ambisi kubu arogansi untuk melenyapkan tali penghubung moqawamah di kawasan yang berada di dekat rezim Zionis Israel.
Lebih lanjut Pemimpin Besar Revolusi Islam menyatakan bahwa solusi untuk menyelesaikan krisis Suriah adalah dengan mencegah pengiriman senjata ke dalam Suriah. "Pemerintah di negara manapun akan melakukan tindakan tegas ketika kubu oposisi di dalam negeri mendapat suplai senjata dari pihak asing," ungkap beliau.
Rahbar menambahkan, "Jika kubu oposisi Suriah meletakkan senjata, mereka bisa menuntut pemerintah setempat untuk mendengar tuntutan mereka. Akan terbuka juga kemungkinan bagi mereka untuk menyampaikan aspirasi dan sikap."
Di bagian lain pembicaraannya, beliau mengapresiasi layanan yang diberikan kepada jamaah haji. Selain menekankan kepada para pejabat dan petugas haji untuk semakin memupuk solidaritas di antara mereka, beliau mengatakan, "Jangan pernah merasa puas dengan layanan materi dan bimbingan jamaah haji yang sudah dilakukan. Tidak ada batas untuk semakin meningkatkan kinerja."
Di awal pertemuan, Wakil Wali Fakih dan Amir Haji Iran Hojjatul Islam wal Muslimin Qazi Asgar menyampaikan laporan mengenai kinerja kantor Bi'tsah Pemimpin Revolusi Islam di bidang kebudayaan, keagamaan dan internasional selama musim haji.
Pembicara lain adalah Hojjatul Islam wal Muslimin Sayyed Ahmad Mousavi, Ketua Lembaga Haji dan Ziarah yang dalam laporannya menjelaskan kinerja lembaga ini dalam memfasilitasi pelaksanaan ibadah haji tahun ini.
sumber: www.leader.ir
Kirim komentar