Imam Husain, Tafsir Husain minni wa ana min Husain
Bismillahi Rahmani Rahim
Allahumma shali Ala muhammad wa Ali Muhammad
Qala Rasulallah
Husainun minni wa ana min Husain
Rasulallah saaw berkata, “ Husain dariku dan aku dari Husain”
Manusia ketiga yang telah terpilih untuk memanggul amanat imamah dan wilayah
Manusia besar ini lahir pada tanggal 3 atau ada juga yang mengatakan bahwa beliau lahir tanggal 4 syaban. Dialah Husain bin Ali putra Fatimah binti Nabi. Beliau meninggal pada umur kurang lebih 55 tahun meninggal di hari Asyura 10 Muharram ditangan orang-orang yang mengaku sebagai umat Islam, Yazid bin Muawiyah.
Terkait Kulaini dalam Kafi menyebutkan Imam shadiq as berkata, Jibrail turun menemui Nabi saaw beliau diberitahu bahwa beliau akan segera memiliki cucu yang lahir dari Fatimah Zahra as. Dimana setelah anda dia akan syahid ditangan umat anda sendiri. Ketika mendengar berita ini Nabi berkata, aku tidak berharap memiliki seorang anak yang nantinya akan syahid ditangan umatku sendiri, disini Jibrail kembali ketempatnya dan kembali datang kehadapan Nabi saaw, kembali Jibrail menyampaikan pesan yang sebelumnya sudah ia sampaikan kepada Nabi saaw. Nabi saaw juga menjawab dengan ungkapan yang sama, bahwa beliau tidak ingin punya anak yang nantinya harus mati syahid ditangan umat beliau sendiri. Diriwayat ini juga disebutkan untuk ketiga kalinya Jibrail turun kehadapan Nabi saaw namun tidak berbeda dengan sebelumnya dia masih menyampaikan pesan yang sama denga pesan sebelumnya. Hanya saja kali ini Jibrail juga berkata, ya Muhammad inna rabbaka yuqriuka salam, wa yubasyiruka biannahu jailun fi dzuriatihi al imamata wal wilayata wal washiyah, Jibrail berkata wahai Muhammad sesungguhnya TuhanMu menyampaikan salam kepadamu dan memberitahukan bahwa Allah menetapkan pada anak keturunannya (Imam Husain as) Imamah, wilayah, dan kewashian. Ketika mendengar ini Rasul berkata, aku sudah lega, kemudian Nabi saaw juga menjelaskan hal ini pada putrinya tercinta, Fatimah Zahra as, hai putirku, nanti engkau akan memiliki seorang anak dimana setelah sepeninggalku akan syahid ditangan umatku sendiri.
Sayidah Fatimah tampak tidak terima dan berkata aku tidak bisa menerima anak seperti ini, untuk kedua kalinya Nabi mengulangi ucapannya, dan menjelaskan bahwa imamah, wilayah, dan kewasyian akan menjadi terjaga melalui sulbi anak tersebut. Mendengar ini sayidah Fatimah as berkata aku sudah ridha, setelah berlalu 6 bulan lahirlah Imam Husain as, dijelaskan bahwa bayi tersebut tidak pernah meminum air susu dari seorang ibu pun, waktu itu ibu beliau sedang sakit sehingga tidak bisa menyusuinya, terus bagaimana ia mendapatkan makanan, aku melihat Nabi saaw meletakkan ibu jari beliau dimulut Bayi Husain as, setiap kali ia minum ini Husain as tidak butuh makan untuk dua sampai tiga hari, jadi dari riwayat ini dapat kita tahu bahwa darah daging Nabi saw mengalir dalam darah daging Imam Husain as.
Ketika disebutkan bahwa Husain minni wa ana min Husain bisa jadi dikarenakan hal ini. Karena Imam Husain as dalam masa penyusuan diberikan minum langsung oleh Nabi saaw. Disisi lain pada saat Imam Husain as lahir Nabilah yang telah membacakan adzan ditelinga kanan dan mengumandangkan iqamah ditelinga kirinya.
Pada waktu itu Nabi menanyakan, “Hai Ali sudahkah engkau beri nama anak ini? Imam menjawab, Ya Rasulallah, bagaimana mungkin aku mendahuluimu dalam pemberian nama anak ini, aku serahkan pemberian nama anak ini kepadamu”. Nabi saaw berkata, “Aku juga tidak akan mendahului Allah swt”, jadi penamaan bayi Imam Husain as diserahkan kepada Allah. Pada kesempatan ini Jibrail turun dan berkata kepada Nabi saw, Ya Muhammad AlAliyul A’la yuqriuka salam, wa yaqulu aliyun mingka bimanzilati Harun min Musa , Ya Muhammad Allah mengirimkan salam kepadamu dan berfirman kedudukan Ali disisimu seperti kedudukan Harun disisi Musa as, jadi nama anak ini harus seperti nama anak Nabi Harun, Nabi saw bertanya apa nama anak Harun? Jibrail berkata, namanya Syubair, hal ini juga disampaikan pada saat kelahiran Imam Hasan Mujtaba, ketika itu Jibrail berkata anak Harun bernama Syabar, nabi saaw berkata, bahasaku bahasa Arab Syabar itu bahasa Ibrani, terus dalam bahasa Arab jadi apa? Disitu dijawab dalam bahasa Arab jadi Hasan, pada kesempatan ini nama anak Harun disebut Syubair, kembali Nabi saaw berkata lisani Arabiyu, Syubair huwa Ibri, syubair itu bahasa Ibrani, Jibrail berkata sammihil Husain, fasammahul Husain as, karenanya anak ini diberi nama Husain as,
Jadi dari proses kelahiran, penamaan setelah lahir sesuai riwayat yang ada semua berhubungan dengan alam non materi. Sebuah kejadian yang diluar kebiasaan pada umumnya, dimana dia meminum susu dari ibu jari Nabi saaw, pemberian namanya pun seperti yang sudah kita bahas tadi tidak diberikan oleh manusia melainkan oleh Allah swt, ini terkait ucapan Nabi saaw yang mengatakan Husainun minni wa ana min Husain,
Selanjutnya selesai mengatakan hal itu Nabi melanjutkan fa ana min Husain, ucapan bahwa saya ini dari Husain sangat penting, disini muncul pertanyaan memangnya Husain bin Ali itu siapa? Sehingga segala kerja keras, usaha jerih payah kegiatan dijalan Allah semua dilimpahkan pada cucunya yang bernama Husain bin Ali? Jika kejadian Asyura, tidak terjadi revolusi berdarah pun tidak terjadi, maka tidak akan pernah tercium bau dari agama yang diajarkan oleh Nabi saaw, nama Nabi Muhammad tidak akan lagi terdengar ditengah-tengah umat manusia. Dalil ucapan ini dapat kita lihat dari ucapan Husain bin Ali as, ketika Marwan bin Hakam menasihatinya, dimana Marwan mengatakan bahwa jika Imam Husain as mau bermusyawarah dengan Yazid tujuannya tidak lain hanya untuk kemaslahatan pribadi Imam Husain as, menanggapi hal ini Imam Husain as menjawab, Inna lillah wa inna ilaihi rajiun wa alal islami al-salam pertama kamu menakutiku dengan kematian padahal tidak ada ruang untuk takut pada hal-hal semacam ini, karena syahadah dalam kepercayaan kita bukan akhir dari kehidupan, bahkan kita percaya hal itu adalah pertemuan dengan Allah swt, sungguh kita dari Dia dan kepadanya kita akan kembali. Jadi wahai Marwan, tak perlu kau takut-takuti Husain dengan kematian, dan ketika pemerintahan Islam dipimpin oleh orang seperti Yazid maka ucapkanlah selamat tinggal terhadap ajaran ini, jadi jelas bahwa ucapan wa ana min Husain adalah kebangkitan Imam Husain beserta sahabat dan keluarga di Karbala yang mana karena perjuangan dan pengorbanan inilah maka Islam, Nabi Muhammad, Quran dan nilai-nilai Islam masih terus terjaga hingga sekarang.
Semua hal yang bisa kita lihat dalam agama Islam tidak lain adalah buah manis dari perjuangan dan jalan yang sudah dipilih oleh Imam Husain as. Sekarang ini kita menjadi saksi bagaimana perlakukan orang-orang yang mengaku sebagai umat Islam dan berjubahkan dengan kode-kode etik keislaman namun dengan tanpa rasa malu memutar balikkan fakta terkait perjuangan yang sudah dilakukan Imam Husain as, menganggap apa yang sudah Imam korbankan sebagai angin hambar yang tidak ada arti sama sekali.
Sebuah kenyataan yang digunakan dengan sebaik-baiknya oleh musuh-musuh Islam sehingga bisa memecah belah Islam, menghancurkan Islam dari luar maupun dari dalam.
Sebenarnya penyebab perpecahan dalam islam yang kita temui sekarang ini adalah karena umat menjauhi Imam Husain as, menjauhi nilai-nilai perjuangan yang dibawa Imam Husain as, ketika umat semua berkiblat pada beliau yang berarti berkiblat pada Rasulallah maka umat Islam akan terjaga dari berbagai ketimpangan dan kerancuan minimal dalam tubuh Islam sendiri,
Maulana mengetengahkan sebuah contoh yang sangat cerdas, disitu diungkapkan suatu ketika ada sekelompok besar masyarakat yang sama sekali belum pernah melihat seperti apakah bentuk gajah itu, disuatu kesempatan dibawakan kepada mereka seekor gajah dengan ukuran biasa, gajah berada disuatu ruangan tertutup dan disitu tidak ada sedikitpun penerangan dan gajah juga dalam keadaan terikat jadi tidak bisa bergerak laluasa, satu orang masuk keruangan memeriksa gajah tadi dan kebetulan ketika dia pegang dia dapati belalai gajah, ketika keluar ruangan dia menyimpulkan gajah itu bentuknya panjang dan tidak begitu besar, mirip dengan ular, orang kedua masuk dan memegang gajah namun yang ia pegang hanya kuping gajah, dengan puas dia keluar dan yakin kalau gajah itu bentuknya seperti kipas, bisa mengibas angin dengan keras, begitu seterusnya, masing-masing orang memegang bagian berbeda dan menyimpulkan sesuai apa yang bisa mereka pengang. Hasilnya masing-masing dari mereka tidak memiliki gambaran yang sama tentang gajah dan tidak ada satu orang pun yang bisa menyimpulkan seperti apa bentuk gajah yang sebenarnya, seperti inilah kondisi orang yang tidak memiliki cahaya petunjuk padahal jika diruangan gelap itu ada satu lilin kecil saja yang menyala nisacaya mereka akan tahu seperti apa sebenarnya gajah itu.
Seperti inilah kondisi orang-orang yang meninggalkan cahaya petunjuk, mereka yang meninggalkan orang-orang seperti Imam Husain as dan para imam Ahlul bait, mereka menafsirkan Quran dengan kemampuan mereka tanpa menggunakan alat yang memadai, mereka menafsirkan agama Islam tanpa menggunakan lentera penerang, padahal sudah ditawarkan kepada mereka untuk memakai matahari sehingga mereka tidak keliru dalam memahami, mereka mengarang sendiri ajaran islam padahal ada pintu-pintu ilmu yang dengan tulus ikhlas bersedia menjawab dan memberi petunjuk kepada mereka. Seperti kita tahu Husain as pemuka pemuda surga ini adalah misbahul huda, lampu hidayah, jadi barang siapa ingin mendapatkan cahaya hidayah maka harus merujuk kepada orang-orang semacam Imam Husain as atau para penerus beliau, orang-orang yang dipercaya sama mereka.
Semoga Allah menjadikan kita orang-orang yang tidak menyia-nyiakan orang-orang besar seperti para Nabi dan Imam, serta orang-orang besar yang berada disekitar kita.
Ditulis oleh Admintvshia guna memperingati hari kelahiran Imam Husain as, merujuk ceramah Ust Ziyai
Kirim komentar